9 - Terungkap

66 61 3
                                    


𝐒𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐲𝐚 𝐭𝐮𝐥𝐢𝐬 𝐝𝐢 𝐬𝐢𝐧𝐢 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐟𝐢𝐤𝐬𝐢, 𝟏𝟎𝟎% 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐩𝐢𝐤𝐢𝐫𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐲𝐚 𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐝𝐢𝐭𝐮𝐥𝐢𝐬 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐝𝐢𝐛𝐚𝐜𝐚.

𝐒𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚-♡!




Di malam yang indah di kota Samarinda, langit bertabur bintang seperti permadani yang menghiasi gelapnya malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di malam yang indah di kota Samarinda, langit bertabur bintang seperti permadani yang menghiasi gelapnya malam.

Emma dan Raya baru saja melangkahkan kaki keluar dari restoran favorit mereka setelah membeli pizza yang selalu Abel pesan ketika nongkrong di sana.

Aroma keju dan pepperoni masih tercium dari kotak pizza yang mereka genggam erat, berharap kejutan ini akan membuat Abel tersenyum lebar.

Mereka berdua memesan maxim dan berjalan menyusuri jalan raya Samarinda yang ramai. Melewati taman pinggir sungai Mahakam yang selalu ramai dengan sepasang anak muda yang sedang kasmaran.

Sesampainya di rumah Abel, mereka mengetuk pintu dengan penuh antusias, "Permisi, Abel... Abelll ini Emma sama Raya."

Terdengar suara langkah kaki dari dalam rumah yang mengarah ke pintu dan pintu itu terbuka. Namun, yang membuka pintu bukanlah Abel, melainkan Pak Wisnu yang ekspresinya tampak serius.

"Abel sudah tidak tinggal di sini lagi," ujar Pak Wisnu dengan nada yang datar, seolah-olah mengucapkan sesuatu yang biasa saja.

Emma dan Raya saling pandang, kebingungan tergambar jelas di wajah mereka. "Bagaimana bisa Abel pindah rumah tanpa cerita ke mereka? Bagaimana bisa Abel pindah rumah sementara ayahnya tidak?" Pertanyaan itulah yang muncul di kepala mereka.

"Ini alamat rumah barunya," lanjut ayah Abel sambil menyodorkan selembar kertas.

Mereka berdua menerima kertas itu, tangan mereka gemetar. Di atas kertas itu tertulis alamat yang tidak mereka kenal. Dengan perasaan yang campur aduk, mereka ragu akan pergi ke alamat itu atau tidak.

Pak Wisnu menutup pintu dan meninggalkan mereka di teras. "Sumpah, kok bisa Abel pindah gak cerita ke kita?" ucap Raya.

Emma menggelengkan kepalanya, "Gak tau, kita kesana gak?"

Raya memeriksa alamat itu sekali lagi, "Ini dimana sih? Perasaan gue gak pernah ke sana."

Emma mengangguk, "Gue juga gak pernah kesana, tapi gak apa apa lah, kita naik maxim jadi gak mungkin nyasar."

Raya melirik handphonenya yang menunjukkan pukul 20.12 WITA, "Ya udah ayok."

Akhirnya Raya memesan maxim lagi dan menunggu di depan gerbang besar rumah Pak Wisnu.

365 Day's with 365 Drama'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang