5 - Twist of Fate

119 115 8
                                    

Di sebuah rumah besar dan megah, yang dihuni oleh tiga anggota keluarga dan lima asisten rumah tangga, terhampar halaman yang luas dan indah. Di samping rumah terdapat taman yang dipenuhi bunga mawar.

Sebuah mobil Ferrari 458 Italia berwarna merah memasuki halaman rumah tersebut dan berhenti di teras. Seorang gadis cantik dengan tubuh mungil dan rambut pendek yang dihiasi bando pink memasuki rumah. Sang supir kemudian pergi memarkirkan mobil tersebut ke garasi.

Abel, gadis berkulit putih pucat itu, tampak sedih melihat suasana rumahnya yang menjadi tegang.

Abel duduk di sofa di samping ibunya, menunggu berita yang akan disampaikan ayahnya. Abel sangat mengharapkan kabar baik.

Selama beberapa menit, ketiga orang itu hanya diam, tidak ada yang berbicara. Bahkan sepiring camilan di hadapan mereka pun terasa tak berarti.

Tak lama kemudian, seorang dokter laki-laki masuk ke dalam rumah, ditemani oleh Pak Annas, orang kepercayaan ayah Abel.

Dokter itu tidak duduk. Dia hanya mengeluarkan beberapa lembar kertas hasil laboratorium, lalu pergi atas perintah Pak Annas.

Hati Abel semakin panas, tubuhnya sedikit gemetar, dan dia hanya bisa menunduk dengan mata berkaca-kaca.

Ayah Abel mengambil kertas di hadapannya, membaca isinya, dan dengan wajah kecewa melemparkan kertas itu kembali ke meja.

Abel melihat ibunya menangis, membuat hatinya hancur. Dia mendongakkan kepalanya untuk melihat ayahnya, menunggu apa yang akan dikatakan.

"Tidak cocok, saya bukan ayahnya Abel!" ucap Wisnu, ayah Abel.

Seketika air mata jatuh ke pipi Abel, tubuhnya gemetar, dan hatinya terasa begitu sakit. Abel menoleh ke arah ibunya dengan perasaan kecewa, namun ia juga tak tega melihat ibunya menangis tersedu-sedu.

Pak Wisnu kembali berbicara, "Hera! Jawab saya! Abel anak siapa?" suara Pak Wisnu mulai meninggi, membuat Bu Hera semakin menangis.

Dengan suara bergetar, Bu Hera berkata, "Anak Yu... di."

Pak Wisnu berusaha menahan emosinya, "Yudi teman kerja kamu dulu?"

Bu Hera mengangguk.

Pak Wisnu membanting piring yang ada di meja, membuat semua camilan berhamburan. Lalu, laki-laki bertubuh tinggi itu berteriak, "Pergi dari rumah ini! Bawa anak kamu! Suruh Yudi urus Abel!"

Bu Hera menangis dan bersujud di kaki Pak Wisnu, "Jangan... aku minta maaf, Pa. Mama khilaf, itu kejadian 18 tahun yang lalu. Sekarang Yudi sudah menikah dan punya anak."

Pak Wisnu mundur, "Jangan sujud padaku, jangan panggil saya Papa lagi! Saya akan ceraikan kamu!" ucap Pak Wisnu lalu pergi.

Abel menangis di sofa, tubuhnya bergetar karena tak percaya. Tak lama kemudian, lima pelayan di rumah Abel naik ke lantai atas dengan membawa tas-tas besar yang kosong, disusul dengan suara teriakan Pak Wisnu, "Kemasi barang barang penting mereka!"

Pak Wisnu menghampiri Abel, "Ini uang 10 juta untuk menyewa kontrakan atau terserah kalian. Abel, Om tidak akan mengirim uang ke rekening kamu lagi! Tapi tenang, Om tidak minta kembali uang yang sudah om kasih. Gunakan uang itu sebaik mungkin, atau terserah kamu."

365 Day's with 365 Drama'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang