𝐒𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐲𝐚 𝐭𝐮𝐥𝐢𝐬 𝐝𝐢 𝐬𝐢𝐧𝐢 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐟𝐢𝐤𝐬𝐢, 𝟏𝟎𝟎% 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐩𝐢𝐤𝐢𝐫𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐲𝐚 𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐝𝐢𝐭𝐮𝐥𝐢𝐬 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐝𝐢𝐛𝐚𝐜𝐚.
𝐒𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚-♡!
•
•
•Dengan langkah yang gembira, Viola memasuki rumahnya sambil menggenggam erat kantong penuh sate.
Sate yang aromanya begitu menggugah selera sehingga berhasil memikat ibunya keluar dari kamar. "MasyaAllah, Mamah pikir ada hantu sundel bolong yang mampir, ternyata kamu." seru ibunya dengan nada gembira.
Viola mengerutkan kening, kebingungan. "Sundel bolong, Mah?"
"Iya! Mang, pesan sate dua ratus tusuk ya," jawab ibunya sambil tertawa lembut, suara yang selalu membuat Viola merasa hangat dan nyaman.
Dengan senyum di wajahnya, Viola tertawa lalu beranjak ke dapur untuk mengambil piring dan sendok, kemudian kembali ke ruang tamu, tempat mereka akan menikmati sate bersama.
Sambil mengunyah sate lezatnya, Viola membuka percakapan. "Mah, Fella gak jadi kuliah."
Ibunya mendengarkan dengan seksama sambil terus menikmati sate. "Kenapa? Bukannya dia yang paling pintar di kelasmu?"
Viola menggigit lontong sate itu lalu berucap, "Gak, peringkat kedua." jawaban Viola masih menggantung.
"Dia gak punya uang Mah, kasihan banget. Dunia memang gak adil, makanya Allah ciptain akhirat." lanjutnya, Viola menjawab pertanyaan ibunya.
Ibunya tertawa kecil, senyum manis terukir di wajahnya. "Sejak kapan anakku jadi bijaksana?"
"Sejak baru lahir of course," balas Viola dengan nada bangga.
"Iya deh iya," sahut ibunya, mengakui kebijaksanaan putrinya.
Di tengah keasyikan mereka makan, tiba-tiba ponsel Viola berdering dan bergetar, menandakan adanya pesan masuk. Bunyi notifikasi itu berulang, menunjukkan lebih dari sepuluh pesan telah diterima.
Viola meletakkan sendoknya dan mengambil ponselnya. Layar menampilkan pesan dari Fella, atau lebih tepatnya, dua puluh lima gelembung pesan dari Fella.
Meskipun gelembung pesannya banyak, hanya enam pesan yang benar-benar berisi inti pembicaraan mereka. Sisanya hanyalah deretan emotikon menangis dan stiker yang menunjukkan kesedihan.
Viola memasang ekspresi wajah cemberut dan hatinya kesal. Lampu kecil di atas meja ruang tamu memancarkan cahaya temaram, mengiringi perasaan Viola yang tak menentu.
Fella, sahabat setianya, baru saja mengirimkan foto. Viola merasa tidak suka dengan apa yang terlihat di sana. Viola dan Fella tidak pernah berbuat masalah dengan Sandra, tapi gadis itu malah mencari-cari kesalahan pada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Day's with 365 Drama's
Novela Juvenil"Sebenarnya gue mau ceritain kisah cinta gue dengan Rendra, tapi setelah gue pikir-pikir emangnya hidup isinya cinta doang? Kalian harus tau cerita gue yang lain!" -Wirviola Hannah. Satu hari satu drama, berarti seratus hari seratus drama. "Okay! 3...