3

857 135 15
                                    

Hera merupakan sepupu Dirga yang paling tak sabar melihat kehancuran rumah tangga Alya.

Kebenciannya bermula dari pertama kali melihat Dirga membawa seorang gadis cantik berpenampilan sederhana ke hadapan keluarga besar mereka sepuluh tahun silam.

Tidak ada yang salah dari sikap dan perilaku Alya terhadap mereka pada saat itu, namun wanita itu menganggap Alya adalah seonggok parasit yang menempel pada Dirga. Hera merasa keluarga mereka tidak selevel dengan Alya yang hanya merupakan putri seorang kepala dinas di sebuah daerah terpencil. Menurutnya jabatan tersebut terlalu rendah dibandingkan dengan kekayaan mereka yang luar biasa banyaknya.

Tidak sampai di situ saja, kesombongan Hera semakin menjadi-jadi saat dirinya dipinang oleh putra sulung dari salah satu orang terkaya di Indonesia. Kehidupannya yang nyaris sempurna membuatnya semakin tinggi hati dan merasa paling berkuasa di antara para sepupunya. Tapi entah kenapa hanya Alya yang menjadi sasaran kemarahannya. Hera bahkan tidak segan untuk merendahkan Alya secara terang-terang saat keduanya bertemu di pertemuan keluarga.

Lalu apakah Alya membalas perbuatan Hera tersebut?

Jelas saja tidak.

Wanita tamatan jurusan psikologi itu lebih memilih mendiamkan agar keributan tidak bertambah besar. Tidak peduli meskipun hatinya acapkali terluka saat mendengar hinaan pedas dari sang sepupu suami, namun demi keutuhan keluarganya Alya memilih mengabaikannya. Baginya keluarga adalah nomor satu.

Tapi kini pemikiran tersebut berubah total setelah pengkhianatan Dirga. Segala kebaikan Alya dulu berubah menjadi kemarahan yang tinggal tunggu waktunya saja untuk diluapkan. Dan Hera menjadi salah satu target pembalasannya setelah Dirga, suaminya.

***

Menarik nafas dalam sambil menguatkan hati, Alya membawa kedua anaknya memasuki rumah megah bergaya mediterania milik Hera.

Seperti yang diduganya kehadirannya sama sekali tidak dipedulikan oleh keluarga besar Dirga. Padahal dirinya bukan tanpa alasan datang. Kalau bukan karena arisan keluarga Dirga yang biasanya dilakukan dua bulan sekali tentu saja Alya tidak akan mau menginjakkan kakinya ke rumah Hera yang kebetulan mendapat giliran menjadi tuan rumah.

"Mana Dirga, Al? " Belum sempat duduk, Alya langsung diberondong pertanyaan oleh mertuanya tentang keberadaan suaminya.

"Belakangan Ma datangnya. Katanya Mas Dirga berangkatnya dari kantor biar gak bolak-balik, " jawab Alya sesuai ucapan Dirga tadi sore ketika wanita itu mengingatkan suaminya untuk pulang cepat biar bisa berangkat bareng.

"Seharusnya bareng dong datangnya. Kamu ini gimana sih,  Al?" Rinda terkesan menyalahkan menantunya.

Alya memilih diam tidak membantah. Hatinya terlalu beku untuk memasukkan ke hati perkataan sang mertua.

Untung saja percakapan itu tidak berlangsung lama karena putri cantiknya meminta diantar ke toilet. Tidak membuang kesempatan Alya langsung berlalu membawa sang putri dari hadapan ibu mertuanya.

Selesai menemani Sima buang air kecil, Alya bermaksud kembali ke tempat berkumpulnya semua orang. Namun langkahnya mendadak berhenti ketika mendengar namanya di sebut dalam pembicaraan yang terdengar jelas di telinganya.

"Ish...ngapain sih itu si upik abu datang ke acara ini?" Terlihat beberapa wanita berkumpul membicarakan dirinya. Dan Alya tanpa melihat lebih dekat dapat mengenal bahwa yang membicarakannya barusan adalah Rini, sepupu Dirga lainnya.

"Entah, gak ada juga yang ngundang dia. Si upik aja kepedean datang." Balas Hera disambut gelak tawa lainnya.

"Kali aja dia butuh makan gratis. Perbaikan gizi untuk dia dan anak-anaknya. Ya siapa tahu Dirga gak ngasih uang belanja karena lebih sibuk sama selingkuhannya," Ledek Rini semangat. Wanita itu sepertinya senang sekali melihat Alya menjadi bahan ejekan.

Dendam istri gilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang