Setibanya di Desa Harapan, Shani mencoba menghubungi beberapa nomor yang ia dapatkan sebelumnya. Terlebih lagi Shani tidak mengetahui tentang desa ini. Jadi ia memutuskan untuk meminta bantuan kepada teman lamanya yang tinggal di desa ini juga.
"Loh... Kamu udah sampai, Shan?" Shani tersenyum ketika membaca satu kalimat yang muncul dari notif pesannya. Dengan segera ia beralih pada pesan tersebut kemudian mengutarakan alasannya.
"Iya, WKWKWK. Efek kangen adek."
Ini masih jam tujuh pagi dan Shani sudah tiba di desa milik orang lain. Shani pun tidak menyangka jika perjalanannya akan terasa singkat.
Tidak ingin membuang waktu lebih banyak, Shani menanyakan keberadaan temannya itu. Memintanya untuk mengirim lokasinya saat ini agar Shani bisa menyusulnya.
"Tapi aku masih di warung sekarang, Shan." Akhirnya temannya itu mengirimkan alamat rumahnya. Alamat pun sudah di kirimkan ke ponsel Shani. Membuat senyum Shani seketika mengembang. Tapi kembali redup ketika membaca pesan terakhirnya. Mengatakan jika temannya itu masih berada di luar rumah.
Berbekal dengan alamat yang sudah diberikan, Shani dengan perlahan mulai melajukan kendaraannya, mengikuti Google Maps yang menunjukkan arah.
Ketika Shani bertemu dengan jalanan yang bercabang, tak sengaja mata Shani menangkap sebuah kedai kecil yang menampakkan beberapa orang yang sedang berbelanja maupun duduk santai.
Terlihat seorang wanita dengan rambut sebahu sedang asyik memilih jajanan basah yang ia masukkan ke dalam sebuah kantong kresek. Shani tentu mengenalinya, dan memutuskan untuk membelokkan stir mobil menuju ke arah kedai tersebut.
"Buk, ini semua berapa ya? Saya mau ada tamu soalnya."
Shani mematikan mesin mobilnya kemudian mengambil dompetnya. Membuka pintu mobilnya kemudian turun dan menghampiri temannya itu.
" Tiga Puluh Ribu aja, Neng." Belum sempat membuka dompetnya, ada seseorang yang tiba-tiba menyerahkan selembar uang Lima Puluh Ribu kepada si penjual kedai.
"Loh, Shani..."
"Iya Zee. Ternyata kamu di sini." Zee ingin meraih uang tersebut namun dengan cepat di tahan oleh Shani. "Udah nggak apa. Ayo kita ke rumahmu aja." Shani menarik lengan Zee. Menuntunnya untuk masuk ke kendaraan milik Shani.
Shani pun berlari menuju ke kursi kemudi. Meminta kepada Zee untuk meletakkan belanjaannya di jok belakang.
"Rumah kamu jauh dari sini, Zee?" Tangan kiri Shani menyerahkan tissue kepada Zee. Melihat dahi sang empu yang mengeluarkan keringat. "Makasih, Shan. Sama seperti dulu, selalu perhatian."
Shani tak bisa menyembunyikan senyumannya. Zee memang mengetahui sifatnya yang satu itu. Akhirnya Zee menunjukkan letak rumahnya.
Membawa semua barangnya ke dalam rumah sembari memanggil orang rumah.
"Ibuk, bapak, adek... Ini temennya Zee dateng!" Terdengar ada suara seorang gadis yang menyauti teriakan sang kakak. "Iya kak, sebentar! Bapak sama ibuk udah berangkat ke kebun!"
Tak menunggu lama, datanglah seorang gadis yang Shani rasa itu adalah adik daripada Zee. Ia meletakkan minuman dan juga beberapa camilan di depan meja Shani. Kemudian disusul dengan Zee yang berjalan mendekat ke arah mereka berdua.
"Gimana kabar Shan? Gilak! Udah lama banget nggak ketemu." Memang pertemuan terakhir mereka sudah cukup lama. Terhitung semenjak mereka masih di umur belia.
"Kabarku baik kok. Ini adikmu ya? Manis banget." Gadis tersebut mengelus tengkuknya dan mengulurkan tangannya. "Iya kak, hehe. Nama aku Angelina Christy."
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing You - ShanChik [END]
Ficción GeneralMISSING YOU Menceritakan seorang kakak beradik yang berpisah karena perceraian orang tua. Sang kakak yang merasa kehilangan, begitu juga dengan sang adik. Hal ini merujuk pada kata 'Missing' atau 'Menghilang' Karena jarak yang terpaut jauh menumbuh...