IV

690 117 5
                                    

Semburat cahaya jingga kian mengisi kamar berukuran sedang milik seorang gadis bermata coklat. Gadis tersebut mendapati kesadarannya karena merasa terganggu dengan rasa hangat di pipinya.

Ia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang ada. Merasakan kamar dengan nuansa yang sangat sunyi dan juga sepi. Menenangkan hati siapapun yang berada di dalam kamar tersebut.

Puas menikmati paginya yang selalu indah, gadis yang berprofesi sebagai pengajar di salah satu sekolah dasar itu pun segera meraih handuk dan juga pakaiannya. Membasuh wajah dan juga tubuhnya agar terlihat lebih segar.

Selesai dengan mandinya, ia keluar dengan wajah yang berseri. Menggunakan pakaian santainya. Tak lupa ia mengaplikasikan beberapa krim di wajahnya.

Dirasa cukup, kemudian ia berjalan keluar dari kamarnya. Berjalan menuju kamar di sebelahnya kemudian membuka pintu kamar tersebut.

Mendapati sang ibu yang masih terbaring dengan lemas di ranjangnya. Ia berjalan mendekat kemudian membuka gorden dan juga jendela kamar ibunya. Membuat sang Ibu menggeliat karena wajahnya yang terkena cahaya matahari.

Sang Ibu meletakkan tangan kirinya di atas wajahnya, menatap si pelaku yang hanya tersenyum tanpa merasa bersalah sama sekali.

"Selamat pagi bunda... Gimana tidurnya? Nyenyak?" Veranda selaku sang ibu hanya tersenyum dan mengangguk. "Nyenyak sayang. Soalnya diurut sama anak bunda,"

Chika terkekeh menanggapi ucapan sang ibu. Memang benar, setiap malam sebelum sang Ibu tidur, Chika menyempatkan dirinya untuk merawat sang ibu. Dengan mengoleskan beberapa minyak ke tubuh ibunya agar terasa hangat.

"Yaudah, sekarang bunda mandi ya. Chika siapin air hangat dulu," Veranda hanya bisa menerima semua perlakuan Chika. Veranda juga merasa sangat sedih karena ia merasa membebani sang anak. Ditambah lagi perekonomian mereka yang pas-pasan atau bisa dibilang kurang.

Setelah air hangat siap, Chika menuntun sang ibu untuk masuk ke dalam kamar mandi. Tak lupa juga Chika menyiapkan handuk dan baju ganti sang ibu. Chika memandikan ibunya dengan telaten. Membersihkan setiap jengkal tubuh ibunya kemudian mengeringkannya. 

Setelah mandi, Chika mengajak sang ibu untuk sarapan bersama. Agar sang ibu bisa meminum obatnya.

Mengenai obat tersebut, Chika merasakan tidak ada perubahan yang signifikan dari ibunya setelah meminumnya. Chika yakin jika obat itu dosisnya tidak tepat terhadap penyakit ibunya. 

Sekarang Chika sudah mengganti pakaiannya menjadi setelan mengajar. Ia kembali menemui sang ibu untuk mengajaknya berjemur di teras depan.

"Bunda, Chika berangkat kerja dulu ya. Nanti kalau bunda udah ngerasa panas, bunda masuk aja." Chika meraih tangan ibunya kemudian mengecupnya. Berpamitan untuk pergi bekerja. Veranda pun menatap punggung anaknya dengan sendu.

Kini Chika harus memantapkan hatinya dan mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengajar. Satu hal yang pasti menurut Chika adalah murid muridnya yang selalu menunggu kehadirannya. 

"Bu guru!"

Itu adalah teriakan mereka yang melihat kedatangan Chika. Mereka beramai ramai datang dan memeluk kaki Chika. 

Bukan tanpa alasan Chika digemari oleh anak didiknya. Ia memiliki cara mengajar yang kreatif dan menyenangkan. Membuat anak anak menjadi menyukainya. Terlebih, Chika sering menerapkan belajar di luar kelas yang mengajarkan banyak nilai nilai kehidupan.

Karena ini merupakan sekolah dasar, jadi jam Dua Belas siang Chika sudah pulang ke rumahnya. Chika hanya menyempatkan diri untuk membasuh muka serta mengganti pakaiannya. 

Setelah itu ia akan kembali lagi merawat ibunya. Ia terus optimis terhadap kesembuhan ibunya walaupun jika di lihat dengan kasar, tidak ada perubahan ke arah yang lebih baik.

Di malam harinya, setelah sang ibu sudah tertidur, Chika akan duduk sendirian di dalam kamarnya. Memandang sendu ke arah luar jendela sembari memeluk boneka pemberian sang kakak. Hanya itu saja yang Chika miliki untuk menghilangkan rasa rindunya kepada Shani.

Suara canda tawanya bersama sang kakak akan memenuhi pikirannya jika ia sedang menyendiri seperti ini. Menambah rasa kesedihan di dalam hatinya.

Namun satu hal yang selalu Chika ingat adalah orang orang di sekitarnya yang masih peduli bahkan berbaik hati kepadanya. Bantuan selalu datang, baik itu berupa tunai maupun barang.

Jadi, yang perlu Chika lakukan adalah tetap semangat dan selalu optimis. Percaya bahwa semuanya akan baik baik saja.

🪐

Hari baru telah di mulai. Burung serta angin pagi berterbangan. Memenuhi kehampaan langit di pagi yang cerah ini. Gemericik air yang membuat suasana semakin tenang. Pancaran cahaya matahari yang begitu menghangatkan.

Chika kembali melakukan rutinitasnya. Ia membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum ia mengurus sang ibu. Hari ini Chika berniat untuk datang bekerja lebih awal karena ia memiliki tugas yang harus di selesaikan.

Saat Chika memasuki kamar sang ibu, ia terkejut melihat keadaan ibunya yang berada di lantai. Terjatuh dari tempat tidurnya.

Dengan cepat Chika menghampiri sang ibu dan mencoba untuk menyadarkannya. "Bunda ... Bunda kenapa?" Namun Veranda tidak memberikan respon apapun.

Chika yang panik berlari keluar rumah dan meminta bantuan kepada para tetangga. Dengan cepat para tetangga membantu Chika untuk membawa ibunya ke rumah sakit terdekat.

Chika yang panik menyempatkan dirinya untuk izin mengajar untuk beberapa hari ke depan. Mengatakan bahwa ibunya dalam keadaan tidak baik baik saja. Guru di sekolah pun memakluminya.

Chika ikut naik ke kendaraan milik tetangganya. Melesat dengan cepat menuju ke rumah sakit. Sedari dalam perjalanan, Chika terus menyadarkan bundanya. Ia merapalkan segala doa untuk keselamatan ibunya.

Sesampainya di rumah sakit, Chika dan beberapa warga turun. Satu dari mereka berlari dan memanggil dokter dan juga suster. Datang membawa brangkar rumah sakit. Meletakkan tubuh tak sadarkan diri itu di atasnya. Lalu dibawanya masuk.

"Dok, tolong selamatkan ibu saya," sang dokter mencoba untuk menenangkan Chika. "Baik. Saya akan melakukan yang terbaik. Biarkan saya memeriksa ibu anda terlebih dahulu."

Setelah mengucapkan itu, dokter itu pun masuk ke dalam ruangan tersebut. Meninggalkan Chika yang menatap kosong ke arah pintu yang sudah tertutup rapat.

Sang dokter juga berpesan kepada Chika untuk membuat surat lanjutan serta mengisi tagihan di bagian kasir.

Demi ibunya, Chika melakukan semua hal tersebut. Dengan segera berlari menuju kasir dan menyelesaikan Apa yang perlu ia selesaikan.

Missing You - ShanChik [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang