"Aduh, badan gue sakit semua," ujar Zidan, sambil berjalan lunglai.
Tubuhnya sedang tidak baik baik saja, lemas, pusing, dan bibirnya yang sudah pucat. Mata nya terus berjuang untuk tidak terpejam, kepala nya seperti di tumbuk beberapakali. Ia naik keatas menuju kamarnya, rasanya dia ingin cepat membaringkan tubuhnya itu.
Sampainya disana, dia melempar tasnya ke sembarang arah. Tak lupa untuk mengganti pakaiannya, kaos hitam yang simpel dan mudah untuk di pakai itu sudah membalut tubuh Zidan. Tanpa aba aba, dia langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur yang empuk nan hangat itu.
Nafasnya terasa hangat, membuka matanya yang tadi terpejam sejenak. Menatap langit langit kamar, bola matanya tak berhenti bergerak kesana-kemari. Sampai akhirnya, mulutnya terbuka mengucapkan sesuatu.
"Hm, taman sekolah?" Entah apa yang dipikirkan olehnya, namun raut nya, sudah amat penasaran dengan tempat itu.
Tempat yang membuat kehebohan, bahkan sampai menjadi bahan perbincangan murid murid disana. "Apa yang terjadi?"
Pertanyaan yang meluncur tak tertahankan. "Kenapa para guru melarang murid murid pergi kesana?" Ia terus memikirkan hal tersebut, memutar otak tentang apa yang sebenernya terjadi.
Memikirkan hal yang membuat otaknya kalut, semakin membuat dirinya pusing. Ia beranjak dari tidurnya, mengambil ponsel yang berada tepat diatas laci. Namun, saat tangan nya hendak meraih ponsel. Ia melihat Hema yang sedang sibuk dengan benda tipis itu, pria yang duduk di kursi panjang. Zidan penasaran dengan apa yang dilakukan Hema.
Hema tampak serius memperhatikan benda yang ia pegang. Zidan yang tadi hanya terus memperhatikan gerak gerik Hema dari lantai atas, mengintip dari balik tirai yang menjuntai. Zidan semakin penasaran, apa yang sedang dilakukan Hema?
Hingga Hema sama sekali tidak beralih dari ponselnya. Zidan tiba tiba teringat. "Taman belakang?" celetuknya, bola mata Zidan ditarik perhatiannya dengan laki laki yang datang menghampiri Hema.
Menyipitkan matanya, hingga terlihat jelas bahwa itu adalah irsyad. Hema menyambut Irsyad disana, mereka duduk lalu mengobrol. Seperti nya serius, sampai keduanya seperti orang kebingungan.
Zidan menyelidik, dan menelisik. "Ngomongin soal apa sih?"
•••
Langit pagi mulai masuk membela diri untuk menghuni tiap sudutnya. Ayam ayam mulai berkokok bagai alarm tanpa diminta. Burung burung juga beterbangan, diiringi decitan yang menyejukkan telinga.
Pagi ini, dengan tekad yang tinggi. Zidan yang ditemani Bella, Irsyad, Rasa, Torn, dan Alzen nekat memasuki taman belakang. Mereka pergi tanpa sepengetahuan Hema. Bagaimana tidak? Jika dia ikut, pasti kata "Tidak." Terus keluar dari mulutnya.
Meskipun mereka juga pergi dengan paksaan Zidan. Kini, mereka mulai menelusuri sudut taman itu, dengan teliti dan hati hati. "Eh, kalau ketahuan sama Hema gimana?" tanya Irsyad yang sedari tadi bimbang dan khawatir.
"Kalau lu pada nggak ada yang cepu, kita nggak bakalan ketahuan!" sinis Torn menatap irsyad, yang sedari berisik ketakutan.
"Ngomongnya bisa biasa aja gak sih?" Celetuk Bella, Torn memutar bola matanya malas. Bugh! suara itu, mengangetkan mereka semua. Zidan tiba tiba saja terbanting kelantai. Ia mengerang kesakitan.
Mereka melihat itu, sambil bertanya-tanya. Apa yang terjadi? Akhirnya, mereka melangkah perlahan, mendekat pada Zidan yang sudah tergeletak. "Zid, lo gapapa? Ada yang sakit gak?" tanya Bella dengan suara bergetar, Zidan menggelengkan kepalanya, berusaha untuk berkata tidak.
"Tempat ini gak beres," ucap Alzen, setelah sibuk mengamati sekitar. "Sekarang, kita pergi," perintah nya, Bella dan juga Alzen membopong Zidan untuk berdiri. Zidan, Bella dan Alzen berada paling depan. Mereka berjalan perlahan keluar dari taman itu, berbagai gangguan terus berdatangan. Wajah mereka kini penuh ketakutan dan kekhawatiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
VELLICHOR MIRACLE
Teen Fiction"Jangan lari, nanti bisa mati." Bukan tentang ke mauan mereka, akan tetapi takdir yang Maha Kuasa. Bagaimana, jika bertemu dengan apa yang apa dilihat, didengar bahkan melewati batas kemampuan manusia pada umumnya? Mereka tidak menginginkan hidup de...