HALOOO!!
Selamat datang di cerita Pangeran Tengah;) peringatan: cerita ni ngga kan punya banyaaak konflik, paling beberapa aja dan RINGAN EJEEJEJJ soalnya nanti kalo berat pala Wai pusink. And yes, ada bonus gambar di bawah, jadi baca sampai habis!!Selamat baca!! Beri juga Wai Noyi yang gemaz WKWKWKWK ini vote dan komen🫶🫶
U ´ᴥ' U
Langit kembali terang benderang ketika matahari datang. Bunda Ratu Triavi sudah duduk di pinggir ranjang, tangannya mengusap rambut halus milik putra tengahnya, dia cubit hidung mancung anak itu perlahan, "Sayang, bangun..."
Bunda Ratu berujar pelan, dia beberapa kali gumamkan kata itu supaya tak terlalu mengangetkan si Anak Tengah. Bukannya terbangun, Pangeran Jenovie malah memunggungi Ratu Triavi, sukses buat Bunda Ratu gemas sendiri.
Bokong Pangeran Jenovie ditepuk beberapa kali, "Bangun, Jenovie sayang."
Ada erangan dari Pangeran Jenovie, buat Bunda Ratu makin gencar membangunkan si Bayi Besar, sampai akhirnya Pangeran Jenovie membuka mata dan mengerjap-menatap Bunda Ratu yang sudah duduk sambil tersenyum ke arahnya.
Mata sayu milik Pangeran Jenovie menatap sekitarnya lalu kembali ke arah Bunda, "Bunda, Ayah mana?"
Bunda Ratu mengelus kepala Pangeran Jenovie, "Di bawah, Ayah sudah menunggu untuk Pangeran Kecilnya turun dan sarapan."
Mata Pangeran Jenovie berkaca-kaca, "Kenapa Ayah tinggalkan Jenovie?"
"Tak ada yang meninggalkan Jenovie, sayang. Ayah menunggu di ruang makan," Bunda Ratu lagi-lagi mengelus dahinya Pangeran Jenovie, "ayo bangun dulu, kita susul ayah."
Pangeran Jenovie menggeleng, "Jenovie kan tidur bersama ayah karena ingin bangun dengan ayah!"
"Iya, sayang. Bangun dulu yuk? Kita menyusul ayah setelah Pangeran Kecil ini bangun."
Tiba-tiba pintu kamar Raja dan Ratu dibuka, menampilkan Pangeran Jemian yang sudah dibalut dengan pakaian khas kerajaan. Kakinya nampak mendekati ranjang, dia lalu menatap heran ke arah sang Kembaran yang masih terlelap, "Jenovie tidak ingin bangun, hm? Ayah dan saudara lain sudah menunggu."
"Hung!" yang ditanya merengut tak suka dengan air mata yang mulai mengalir, "Jenovie ingin ayah!"
"Jenovie ingin digendong? Jemian bisa gendong Jenovie jika ingin," Pangeran Jemian berdiri di samping Bunda Ratu, dia menatap sayang pada Pangeran Jenovie yang merajuk.
"Ingin, tapi dengan Ayah!"
"Mintalah penjaga memanggil Ayahmu, Jemian," titah Bunda Ratu yang langsung membuat Pangeran Jemian mengangguk dan menghampiri penjaga di pintu. Lantas dia kembali berbalik, melihat bagaimana Pangeran Jenovie sudah mulai duduk dibantu dengan Bunda Ratu, memang manja sekali saudaranya yang satu itu.
"Kenapa anak Bunda Ratu yang satu ini sangat manja?" Pangeran Jemian bersuara.
Pangeran Jenovie yang sedang dikecupi Bunda Ratu mendelik ke arah Pangeran Jemian, "Jemian tidak boleh iri!" tangan Pangeran Jenovie merangkul posesif Bundanya, lalu kembaran Pangeran Jemian itu mengecup Bundanya sampai bunyi kecupan itu hinggap ke telinga Pangeran Jemian.
"Jemian iri sebab Jenovie tidak kecup Jemian juga, padahal kita selalu bersama sejak bayi," bibirnya Pangeran Jemian dibuat murung, tatapannya jadi sok sedih. Tapi sukses buat Pangeran Jenovie melepas pelukannya dan mendekati Pangeran Jemian.
Tubuhnya yang lebih kecil dari Pangeran Jemian itu membuatnya harus menarik pakaian kembarannya, barulah Pangeran Jemian peka dan mendekat hingga kecupan manis didapati Pangeran Jemian di pipi, "Jangan sedih, Jemi..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Bayi
De TodoEnam orang saudara Pangeran Jenovie sibuk bertugas, artinya si Pangeran Tengah pun bebas. Bukan kabar baik bagi para pegawai istana, sebab seratus lebih aduan datang selama tiga bulan belakangan--yang ternyata ulah sang Pangeran. U 'ᴥ' U Bukan cerit...