Chapter 3

21 3 3
                                    

.
.
.
.
.

Rivan pun keluar dari kamar mandi tersebut lalu mengunci pintu tersebut dengan kunci penyegel agar seseorang tidak bisa membukanya dengan cara apapun, Rivan pun menghela nafas lalu ia pun pergi ke dapur untuk menyeduh secangkir teh sambil menulis naskah untuk di jadikan novel yang akan ia jadikan buku dan di situlah Rivan sedang merasa nyaman juga tenang karena Ketika ia sedang menulis serasa seperti semua beban hatinya di keluar kan oleh tulisannya, Sekian 4 jam kemudian Rivan pun melirik ke arah jam yang sudah menuju jam 3 lewat namun Rivan masih tetap melanjutkan menulis naskah itu walaupun sudah merasa ngantuk tapi dengan menyeduh teh ia terbantu tidak tertidur dan fokus melakukan menulis naskah nya dengan tenang,ketika sudah jam 7 pagi Rivan masih menulis naskah itu terus sampai seketika Clover datang ke dapur untuk minum segelas air lalu ia melihat Rivan dan suara yang berat.
"Hoam .... Selamat Pagi Rivan, Apa yang kau lakukan?"
Clover mengambil segelas air lalu meminumnya dan melihat Rivan sedang menuliskan sesuatu.
"Ah... Tidak apa-apa... Ku hanya menulis naskah yang... Membosankan... Dan tidak menarik... Sepertinya kau akan bosan juga untuk membacanya."
Rivan pun membereskan kertas-kertas naskah itu namun tiba-tiba kertas itu diambil oleh Clover.
"Heh-?!"
Rivan mencoba mengambil kertas itu namun Clover menghindar dan membaca naskah yang di buat Rivan lalu seketika mata Clover berbinar.
"Hei... Ini sungguh menarik kau menulis cerita dengan genre yang benar-benar membuat orang bingung... Dan berpikir keras aku suka dengan ide mu,Astaga... Dasar Sepuh merendahkan diri."
"Bukan seperti itu masalahnya, itu masih belum sempurna!"
Rivan dengan cepat mengambil kertas naskah itu lalu menaruhnya didalam lemari yang penuh buku hasil tulisannya juga naskahnya yang sudah lama,Rivan pun pergi ke kamar lalu rebahan dengan mata yang berat dan ingin tertidur namun seketika Clover menghampiri nya.

"Hoy... Kenapa kau malah ti—"

Omongan Clover terpotong oleh Rivan.
"Diam... Aku hanya ingin tidur Damai... Sudah jangan ganggu aku."
Rivan pun mulai tertidur dengan pulas dan terlihat kelelahan Clover pun membiarkan Rivan tidur lalu pergi ke luar untuk mencari udara segar melainkan Malikun sedang minum wine sudah lima botol.

Di tempat yang di mana banyak seseorang hidup dengan kepercayaan kecahayaan adalah tempat yang indah dan lebih paling penting di dunia daripada kegelapan, disana lah orang-orang di sana hidup Damai namun rasis dengan kegelapan mereka benar-benar anti kegelapan juga ingin memusnahkan nya disitulah Arc berada di tim itu ia merasa aman dan nyaman yang lebih daripada ia tinggal bersama Rivan Kakaknya sendiri semakin lama rasa benci dan dendamnya pada Rivan semakin ketat hingga ingin membunuhnya namun ia tidak tahu apa yang membuatnya benci padanya tapi ketika Arc berpikir lebih dalam ia pun tahu bahwa Tim nya Rasis dengan kegelapan apalagi Rivan adalah Tim kegelapan mungkin itu penyebab nya ia membenci Rivan seketika Arc dipanggil oleh sahabat nya bernama Sky menghampiri nya.
"Hey Arc,kau sudah menyiapkan semua senjata mu? Sekarang kata ketua kita akan melakukan perang lagi."
Seketika Arc menghela nafas dengan bosan karena perang lagi.
"Kali ini kita menang atau tidak? Kalau tidak ku tidak mau ikut... Lebih baik aku diam di rumah dan tiduran saja."
Arc dengan ekspresi kesal dan malas ikut perang yang di perintahkan ketua.
"... Ayolah! Ikut saja! Mau menang atau tidak ikut saja,jika tidak mau aku marah sekarang ini."
Sky pun marah dan memalingkan pandangan dari Arc.
"Uh... Iya-iya... Aku ikut."
Arc pun terpaksa ikut perang karena Sky memaksanya.
"Kebiasaan... Dasar betina jika tidak menuruti kemauannya pasti marah."
"Apa kau bilang-?! Aku tidak marah."
Arc hanya menghela nafas dan pasrah saja dengan Sky.
Di perjalanan sudah sampai di pembatasan antara Daerah Tim Kecahayaan dan kegelapan Ketua kecahayaan pun menyuruh semua Anak buahnya untuk melawan para kegelapan dan mengambil semua dari mereka,Di sisi lain Rivan sedang jalan-jalan sekitar daerah rumahnya tiba-tiba pedang dari kecahayaan melesat didepannya Rivan pun mulai mengeluarkan pedangnya dan menyerang nya juga begitu dengan Malikun dan Clover ikut membantu Rivan,Clover pun melawan salah satu musuhnya yaitu Arc disitu lah Rivan menyadari nya lalu menarik Clover untuk menghentikan nya.
"Biarkan aku yang mengurusnya kau urus saja bagian ku."
Rivan pun mendorong Clover ke musuh yang ia lawan tadi lalu ia pun menghadapi Arc hanya menghindari saja tidak melawan, Arc yang terus-menerus mengayunkan pedangnya ke Rivan dengan berharap bisa membunuhnya namun Rivan terus saja menghindari dan tidak mau melawan hingga Akhirnya Arc pun berhenti dan menaruh pedangnya di sakunya.
"Tch... Kenapa kau menghindari nya? Kau tidak bisa melawan ku karena kau bukan tandingan ku? Lalu mengapa kau menghampiri ku? Apakah kau ingin berharap aku kembali kepada mu? Ck... Siapa juga yang mau Kakak yang pengkhianat juga jelata seperti mu?"
Arc memutarkan matanya dan menatap Rivan dengan mencoba merendahkan Rivan namun seketika Arc merasa sesuatu yang seperti tidak bisa di saat ini,Arc pun memutuskan untuk mundur dan tidak melanjutkan konflik yang ia lakukan tadi namun ketika Arc ingin mundur Rivan sudah mencondongkan pedangnya ke leher Arc dengan cepat Arc melihat Rivan yang awalnya wajah Rivan seperti biasa saja juga sedikit harapan dan sekarang terlihat Rivan dengan tatapan mengerikan suram seperti tidak biasa di lakukan olehnya.
"Sungguh mengecewakan... Seharusnya aku tidak menjaga mu sejak kecil dan menganggap mu sebagai Adikku jika sekarang dirimu seperti tidak menerima diri ku menemuimu,Harusnya... Aku membiarkan mu mati saja daripada mengkhawatirkan bajingan seperti mu yang tiada artinya."
Rivan pun seketika menusuk dada Arc dengan pedangnya dan tidak peduli hal yang di rasakan Arc seketika Arc pun terjatuh dengan terkejut apa yang dilakukan Rivan kepadanya.
"Ugh... Uh... Kakak... Mengapa kau melakukan nya? Kenapa kau—"
"Jangan memanggilku dengan sebutan itu! Aku sudah tidak menganggap mu sebagai Adikku... Dasar sialan."
Arc seketika terdiam dan menyadari yang ia lakukan kepada Rivan seharusnya ia tidak melakukannya.
"M-maafkan aku... Aku tidak bermaksud—"
Arc Seketika merasa kepalanya di tusuk oleh Rivan dan meringis kesakitan.
"Ah! K—kakak...mengapa kau melakukan itu?"
Arc menatap ke arah Rivan dan penuh ampunan namun semua itu tiada artinya Rivan pun meninggalkan Arc begitu saja dan membiarkan Arc terluka,Arc terdiam seketika merasa bersalah karena telah mengecewakan Rivan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Twin LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang