Asa baru saja keluar dari kamar saat mendengar keributan di luar. Ia bergegas ke ruang tengah menatap tiga gadis yang basah kuyup sambil menenteng alat pancing dan ember. Tatapan Asa tertuju pada Rora yang memeras baju Canny, seketika lantai dipenuhi air yang menggenang. Asa menganga tudak percaya melihat kelakuan mereka yang dengan mudah mengotori lantai, padahal dia baru saja menyapu lantai kurang dari sejam yang lalu.
Tatapan Asa tertuju pada Ruka Ia menggeleng, Ruka adalah yang tertua di antara mereka semua bahkan sudah berusia 20 tahun tapi gadis itu tidak pernah dewasa dia malah membawa kedua adik mereka pergi memancing. Menghela napas pelan Asa mendekati Canny memeluk si bungsu yang menenteng ember dengan topi pancing kebesaran dan mata berkaca percayalah dia akan menangis sebentar lagi. Itulah kenapa Asa memeluknya meski tahu bajunya akan ikut basah juga.
"Apa yang terjadi?" Tanya Pharita dia setahun lebih muda dari Ruka.
Seketika Ruka yang bahkan belum menyadari keberadaan Asa langsung berbalik ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil menatap Pharita gugup. Ia tanpa sadar mundur bersembunyi di balik tubuh Rora karena takut pada tatapan tajam Pharita yang sangat menusuk sekarang.
"Apa yang terjadi? Astaga, mereka sangat basah," Seru Ahyeon yang datang bersama kembaran non identiknya, Rami. Mereka berdua langsung tertawa melihat penampilan ketiga gadis yang basah kuyup itu.
Canny cemberut, si bungsu yang memang sudah berkaca-kaca sejak tadi langsung menangis karena ditertawakan. Asa semakin memeluknya erat dan mengusap punggungnya lembut. Rora yang berada di samping Canny langsung memarahi kedua unnienya dengan kesal dan menyuruhnya diam saja. Dia dan Canny hanya berbeda dua tahun tapi dia tidak akan segan mengomeli para unnienya jika mereka mengganggu Canny.
"Maafkan kami hmm," Ucap Rami meminta maaf pada si bungsu.
Canny menggeleng ia menyembunyikan wajahnya didekapan Asa. Enggan menatap Rami yang baru saja meminta maaf padanya. Akhirnya Pharita menginstruksikan agar mereka mengganti baju dulu dan mandi sebelum bertemu kembali di ruang tengah. Dia sampai menghela napas frustasi melihat kelakuan Ruka dan yang lainnya.
Asa membawa Canny, bocah tiga belas tahun itu ke kamar membantunya membersihkan dirinya dan berganti baju agar tidak demam karena pakaiannya yang basah tadi.
"Kau terluka?" Tanya Ahyeon yang baru saja masuk ke kamar Asa, Canny menggeleng menanggapi pertanyaan Ahyeon.
"Apa yang terjadi?" Tanya asa lembut, Lagi-lagi Canny hanya menggeleng.
"Tidak ingin membahasnya hmm? Tidak apa-apa," Ucap Ahyeon memeluk Canny menenangkannya.
"Pergilah bersama Ahyeon hmm, unnie akan berganti baju juga," Kata Asa pada Canny sambil mengusap kepala Canny. Ahyeon yang mengerti langsung membawa Canny keluar.
***
Setelah mereka semua membersihkan dirinya, ketiga gadis yang baru saja pulang memancing itu dikumpulkan di sofa ruang tengah untuk di interogasi. Pharita meski setahun lebih muda dari Ruka tapi dia yang paling tegas diantara mereka bertujuh, tangannya bahkan sudah berada di pinggang Ruka bersiap mencubit Ruka setelah mengomelinya di kamar. Sedangkan Ruka sendiri hanya bisa diam berharap ada yang menyelamatkannya dari amukan Pharita.
"Jadi apa yang terjadi?" Tanya Pharita tegas.
Canny memeluk Asa dan menyembunyikan wajahnya, ia di pangku oleh Asa yang mengusap punggungnya. Dari ketiga gadis itu sepertinya dialah yang tidak akan mendapat omelan. Tentu saja karena keenam unnienya tidak pernah memarahinya bahkan memanjakannya.
"Itu, kami memancing dengan perahu karet," Kata Rora terbata dia meskipun memiliki mulut savage tapi tetap takut pada unnie kedua mereka itu.
"Tunggu perahu karet? Kalian bahkan baru pertama kali memancing tapi malah menggunakan perahu karet?" Tanya Ahyeon tidak percaya.
Ruka bahkan tidak pernah pergi memancing sebelumnya dan ini kali pertama ia melakukannya. Ditambah ia mengajak dua adik mereka tentu saja itu berbahaya.
"Itu ide Rora," Kata Ruka ia melimpahkan segala kesalahan pada Rora dengan mudah untuk menyelamatkan dirinya.
"Unnie, jangan menyalahkan ku, kau juga setuju tadi," Sahut Rora membela diri.
"Tapi aku setuju karena kau memaksa," Balas Ruka tidak terima.
"Kapan aku melakukan itu? Unnie sendiri yang bilang itu akan menyenangkan," Kata Rora lagi.
"Sudah lah kalian berdua bodoh," Kesal Pharita dan mencubit pinggang Ruka membuatnya meringis kesakitan.
"Lalu bagaimana selanjutnya?" Tanya Rami penasaran.
"Itu... kapalnya terbalik saat kami berada di tengah danau. Ruka unnie terlalu banyak bergerak," Jelas Rora menyalahkan Ruka untuk membalas dendam karena Ruka menyudutkannya tadi.
"Apa? Lalu Canny? Dia juga jatuh?" Tanya Asa tidak percaya dia tahu si bungsu tidak bisa berenang.
"Tenang saja, kami langsung membantu Canny dan menaikkannya ke kapal bahkan ponselku jatuh karena membantu Canny lebih dulu," Sahut Ruka dia tidak akan gila membiarkan adiknya tenggelam.
"Canny juga memakai pelampung tadi," Tambah Rora.
"Pantas saja aku tidak bisa menelponmu unnie," Kata Rami pada Ruka sambil mengangguk pelan.
Pharita dengan tatapan tajam langsung memukul belakang kepala Ruka membuat gadis tertua itu meringis kesakitan. Tatapannya tertuju pada Rora ia memanggil gadis itu dan memukul belakang kepalanya juga sebagai hukuman. Wajar saja jika Rora bersikap kekanak-kanakan dia masih lima belas tahun, tapi Ruka? Dia malah ikut-ikutan dengan Rora membuat Pharita tidak habis pikir lagi.
"Dengarkan aku, tidak ada ide bodoh lagi oke?Terutama jika kalian bersama Canny. Paham?" Tanya Pharita tajam.
Kedua gadis yang mendapat omelan itu saling menatap dengan sengit lalu mengangguk paham pada Pharita. Mereka juga sadar bahwa mereka salah karena tanpa sengaja tindakan mereka malah merugikan Canny.
Pharita setelah puas mengomeli kedua gadis itu beralih menatap Canny. Memanggil gadis itu ke arahnya dan memeluknya lembut. Canny terlihat masih ketakutan, tangannya bahkan dingin.