Ruka pagi ini setelah menemuka sebuah sepeda di gudang dan membersihkannya lalu memanggil keempat adiknya untuk bermain, tentu saja bukan Pharita atau Asa karena mereka tidak akan melakukan hal seperti itu. Sebaliknya kedua gadis itu sedang mengurus tanaman di halaman."Memangnya Canny bisa naik sepeda?" Tanya Ahyeon ragu.
"Bagaimana jika dia jatuh lagi?" Tanya Rami.
Rora mengedikkan bahunya tidak tahu ia merangkul pundak Canny yang memakan lolipop di sampingnya, mereka menatap sepeda yang ditemukan Ruka. Sepeda itu masih tampak bagus tapi dengan ukurannya tentu hanya Canny yang akan naik. Setelah di panggil ke halaman mereka berempat di tinggalkan begitu saja dan Ruka pergi entah ke mana.
"Canny boleh naik?" Tanya Canny dengan mata berbinar dia tidak pernah naik sepeda karena Asa tidak akan mengijinkannya takut ia terluka namun entah kenapa kali ini Asa mengizinknnya.
Rora meringis melihat binar mata Canny siapa yang bisa menolak permintaan Canny jika ekpresinya saja tampak lucu seperti sekarang. Tiba-tiba Rami menepuk punggungnya dengan keras membuatnya tersadar.
"Tidak sekarang sayang kita tunggu Ruka unnie," Sahut Ahyeon.
Tak lama kemudian Ruka datang dengan sesuatu di tangannya membuat keempat adiknya bingung. Ia meletakkan bubble wrap dirumput lalu tersenyum cerah seolah apa yang akan dia lakukan nanti adalah hal paling menakjubkan padahal tidak ada yang benar jika ide itu berasal darinya.
Benar saja ide Ruka tidak pernah benar, saat ini Canny merentangkan kedua tangannya yang di balut bubble wrap oleh Ruka anehnya Rami dan Rora bahkan membantu ide bodoh itu membuat Ahyeon tidak bisa berkata-kata lagi dia hanya menganga dalam diam.
"Satu lagi, pakai ini," Ucap Ruka setelah menempelkan selotip terakhir dan memakaikan helm pada Canny.
"Unnie Canny bahkan tidak akan bisa naik sepeda," Komentar Ahyeon.
"Jadi apa kau ingin mengambil resiko Canny terjatuh?" Tanya Ruka.
"Terluka," Tambah Rora.
"Dan menangis?" Rami malah ikut-ikutan.
Ahyeon meremas kepalanya frustasi ia berjongkok di rumput menarik napas dalam, bahkan Canny terlihat tidak keberatan. Ikatan persaudaraan bodoh macam apa ini?
Ruka membantu Canny naik ke sepeda dan Rora menahan sepedanya, mereka mendoring Canny sambil berseru heboh. Ahyeon bahkan bisa melihat jika Canny kesulitan mengayuh pedal sepedanya tapi ketiga gadis itu malah bersikap seolah Canny menikmatinya.
"Sudah lah, sebaiknya aku mendaftarkan mereka ke rumah sakit jiwa," Kata Ahyeon lelah.
Tiba-tiba dia mobil hitam memasuki halaman rumah mereka. Dengan jelas mereka tahu siapa itu, Ahyeon berdiri hendak menghampiri sang pemilik mobil yang baru saja keluar. Tapi saat melihat tatapan dingin Ruka yang tidak pernah ia lihat sebelumnya langkahnya tanpa sadar berhenti. Ia menelan salivanya Ruka tidak seperti biasanya.
"Appa!" Seru Canny bersemangat ia berlari ke arah pria dengan setelan jas yang merentangkan tangan dan menggendong Canny.
Dia adalah Taeyang, ayah mereka yang datang bersama dua pria dewasa lainnya dari mobil yang berbeda. Mereka adalah bodyguard sang ayah, tentu saja karena ayah mereka orang penting.
"Kalian masuk lah dan bawa Canny," Ucap Ruka tanpa menoleh pada ketiga adiknya suara dingin Ruka benar-benar membuat ketiga adiknya takut.
Seolah mengerti Taeyang menurunkan Canny ia tersenyum tipis pada keempat anaknya yang lain. Tatapannya tertuju pada Ruka, anak tertuanya.