Ares dan Silencia tengah menikmati percakapan hangat dengan para bangsawan ketika seorang pelayan mendekati mereka dengan sepiring makanan penutup yang tampak menggiurkan. Pelayan tersebut menyajikan hidangan dengan senyum ramah, tidak menyadari bahwa hidangan itu telah diracuni oleh Viscount Brooke.
Ares, tanpa kecurigaan, mengambil sendok pertama dari makanan penutupnya. Mata para tamu tertuju padanya saat ia mengunyah, mencicipi setiap gigitan dengan kesenangan. Tiba-tiba, Ares meletakkan sendoknya dan tangannya menggenggam erat meja. Wajahnya memucat, keringat dingin mengalir di dahinya. Para tamu menahan napas, menyaksikan dengan ngeri saat Ares tampak kesulitan bernapas.
"Tidak!" teriak Silencia, suaranya memecah keheningan. Dengan sigap, ia bergegas ke sisi Ares, memegang tangan calon tunangannya dengan erat. "Panggil Erevan Elden! Segera!" perintahnya pada penjaga dan pelayan dengan suara tegas namun terdengar panik.
Beberapa bangsawan segera bergerak mencari bantuan, tetapi di tengah kekacauan itu, Ares mengedipkan mata pada Silencia. Hanya Silencia yang menyadari hal itu, matanya membulat seketika menyadari apa yang sedang terjadi. Ares berpura-pura keracunan, padahal sebenarnya ia kebal terhadap berbagai racun setelah bertahun-tahun menempa kekebalan sebagai bentuk perlindungan diri.
Silencia, dengan kecerdasan dan ketenangannya, segera mengambil kendali situasi. "Tenang semua, beri dia ruang!" katanya sambil mencoba menenangkan kerumunan yang semakin gelisah. Tangannya tetap memegang erat tangan Ares, memberikan dukungan seakan-akan ia benar-benar khawatir.
Di sudut aula, Viscount Brooke tersenyum tipis. Pikirannya dipenuhi dengan kepuasan, tetapi tatapan tajam Silencia yang sesekali mengitari ruangan telah membuat senyum itu perlahan memudar. Seolah ada sesuatu yang ia lewatkan, sesuatu yang tidak berjalan sesuai rencana.
Ares berpura-pura tersentak dan jatuh ke lantai, dan dalam hitungan detik, Erevan Elden tiba, langsung memeriksa keadaan Ares. Silencia, sambil tetap memegang kendali situasi, memberikan sedikit ruang kepada Erevan, namun tetap berada di dekat Ares.
"Ada yang mencoba meracuni Duke Ares." jelas Erevan Elden.
Kerumunan bergemuruh dengan ketidakpercayaan dan ketakutan, sedangkan Silencia berdiri tegak, tatapannya kini melihat sekeliling. Mencoba memindai siapa yang terlihat mencurigakan. Pada saat itu juga, Viscount Brooke mulai merasa tidak nyaman di tempatnya.
Ares, yang masih berpura-pura lemah, memberi tanda halus kepada Silencia bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dengan kekuatan dan kecerdasan mereka, mereka akan mengungkap siapa dalang di balik upaya pembunuhan ini.
Silencia menarik napas dalam-dalam, tetap tenang dan tegas. "Kami akan mencari tahu siapa pelakunya," katanya dengan suara yang penuh determinasi. "Dan ketika kami menemukannya, dia akan mendapatkan hukuman yang setimpal."
Ares menarik tangan Silencia untuk mendekat. Ia membisikkan sesuatu yang hanya Silencia bisa mendengar.
"Viscount Lanane Brooke. laki-laki dengan rambut merah dan jambang tebal." Ares, seakan sudah tahu siapa pelakunya, memberikan sebuah nama pada Silencia. Silencia langsung mengerti maksud dari bisikan Ares tersebut.
Silencia menarik napas dalam-dalam, menenangkan hatinya yang berdebar. Dalam sekejap, ia telah beralih dari seorang tunangan yang panik menjadi seorang pemimpin yang tegas dan berani. Ia tahu bahwa tindakan cepat dan cerdas diperlukan untuk mengungkap pelaku di balik upaya pembunuhan terhadap Ares.
"Penjaga," perintahnya dengan suara tegas yang mengatasi keributan di aula, "tutup semua akses keluar. Tidak seorang pun diizinkan meninggalkan tempat ini hingga kami menemukan pelakunya."
Para penjaga segera bergerak mengikuti perintahnya. Pintu-pintu aula besar itu ditutup dan dijaga ketat. Para tamu, meskipun cemas dan bingung, tetap di tempat mereka, mengetahui bahwa ini adalah demi keselamatan mereka semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duke's Adopted Daughter (REVISI)
RomanceSuatu hari Hasegawa Aya, seorang wanita berusia 30 tahun mengalami kecelakaan sepulang kerja, dan ketika bangun, ia mendapati dirinya berada di dalam sebuah novel online yang terakhir dibacanya sebelum tewas. Berawal dari rasa simpatinya semasa hidu...