Prolog

44 31 5
                                    

Sore ini, awan hitam menutupi matahari. Tetesan air hujan jatuh dengan lebatnya.

Sagara baru keluar dari sebuah minimarket dengan sebuah kantong plastik berisi makanan ringan. Lelaki itu termenung menatap genangan air di depannya. Satu hal yang ia sesali yaitu, lupa membawa payung di musim hujan seperti ini. Tak ada yang bisa ia lakukan selain berteduh dan termenung di depan minimarket itu.

"Hai, kayaknya lo ga bawa payung, ya?" ucap seseorang di sebelahnya. Sagara menoleh, melihat gadis dengan suara lembut itu.

Bagai matahari yang mengusir awan hitam, gadis itu memberikannya sebuah payung berwarna kuning cerah. "Buat gue?" tanyanya.

Gadis itu mengangguk dengan senyuman hangat terukir di wajahnya. Sagara merasa seperti tersihir oleh senyumannya. Netranya tak dapat berpaling dari netra kehitaman gadis itu, seakan ada gaya magnet yang menariknya.

"Terus lo gimana?" tanya Sagara lagi.

"Gue gapapa kok, rumah gue ada di dekat sini. Lo pake aja payungnya."

Gadis itu tersenyum lalu berlari menerobos derasnya hujan tanpa mempedulikan rambut panjangnya yang terurai basah terkena hujan.

ARUNIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang