06. Class Allocation

753 182 11
                                    

DILARANG KERAS MENCOPY-PASTE, MEMPLAGIATI, ATAU MENIRU SAMA PERSIS FANFIC MILIK SAYA INI! JIKA TERINSPIRASI, IZIN TERLEBIH DAHULU KEPADA SAYA!

DILARANG KERAS MENJADI SILENT ATAU GHOST READERS, WAJIB VOTE TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA!

CEK KOMENTAR DI SINI UNTUK MENGETAHUI PANDUAN MEMBACA DIALOG REO ➡

CEK KOMENTAR DI SINI UNTUK MENGETAHUI PANDUAN MEMBACA DIALOG REO ➡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Masa Orientasi Siswa telah berlangsung selama beberapa hari, dan hari ini adalah hari yang paling dinanti oleh seluruh murid angkatan baru, yaitu penetapan kelas tetap. Sejak awal masuk, mereka telah ditempatkan dalam kelas sementara yang hanya digunakan selama orientasi berlangsung.

Namun, mulai hari ini, setiap murid akan memiliki kelas yang benar-benar mereka tempati hingga kelulusan.

Di aula besar yang dipenuhi suara gemuruh bisikan dan langkah kaki serta lautan wajah yang dipenuhi harapan, Reo duduk di salah satu kursi deretan tengah. Jari-jarinya yang panjang bertaut satu sama lain, saling mencengkeram erat. Tatapannya tertuju ke depan, tapi pikirannya melayang ke berbagai kemungkinan.

Hasil pembagian kelas ini akan menentukan segalanya.

Tiga tahun.

Tiga tahun yang akan dia habiskan di dalam ruangan yang sama, bersama orang-orang yang mungkin akan menyiksanya seperti saat berada di Sekolah Dasar.

Dia sedikit menundukkan kepala. Tangan yang sedari tadi bertaut, kini digenggam lebih erat sebagai upaya meredam kegelisahan yang terus menggerogoti dada. Sejak awal masuk sekolah, ketakutan tersebut tidak pernah benar-benar hilang.

Dari dulu dia sudah menerima kenyataan bahwa akan selalu sendirian karena kekurangan yang dimiliki. Dia juga sudah bersiap untuk menghabiskan masa SMA dengan keheningan, ejekan, ataupun tatapan merendahkan yang mengikuti ke mana pun dirinya pergi.

Namun, dia merasa seperti hidupnya sedikit lebih ringan selama beberapa hari terakhir. Tuhan seolah mengabulkan doanya. Tidak ada lagi perundungan seperti di hari pertama masuk sekolah, tawa mengejek, hinaan yang berbisik di telinganya, dan tatapan merendahkan yang menusuk ke dalam hati.

Walau memang masih ada bisikan-bisikan kecil yang tersebar di antara mereka yang mengetahui kekurangan dirinya, setidaknya mereka tidak mendekati hanya untuk menyakiti dan memilih untuk menjaga jarak. Itu jauh lebih baik dari pada membuat jiwanya kembali terguncang.

Semuanya karena kehadiranmu.

Sejak pertemuan pertama kalian, kamu menjadi satu-satunya orang yang mau berteman dengannya. Kamu selalu memastikan agar dia tidak sendirian, mengajaknya berbicara, dan selalu berada di sisinya untuk memastikan tidak ada lagi murid-murid nakal yang akan mengganggunya.

𝗦𝗜𝗟𝗘𝗡𝗧 𝗩𝗢𝗜𝗖𝗘 || 𝐌𝐢𝐤𝐚𝐠𝐞 𝐑𝐞𝐨 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang