.03.

395 37 0
                                    

"A-abang ngapain disini?"

"Ya menurut kamu Abang mau ngapain disini? Lagian kamu ngapain duduk disini?"

"Mm... I-itu e-ean lagi kelja hehe" lean terlihat gugup saat ditatap khawatir oleh Reno, selama ini ia tidak pernah di beri tatapan seperti.

"Yang bener aja! Kamu masih kecil! Lagi pula kerjaan apa yang tempat nya dipinggir jalan kek gini?!"

"I-itu.. ean gak tau mau kelja apa, jadi ean milih buat ngemis aja."

Perkataan dari lean membuat amarah Reno seketika memuncak. Ia tak mengerti kenapa anak kecil seperti lean harus bekerja, sedangkan dirinya yang hanya diam pun sudah bergelimang harta. Ia mencoba meredam amarah nya agar tak membuat lean takut.

"Udah Jan duduk di sini, kita kesana dulu aja." Reno menuntun lean yang terlihat lemas ke tempat duduk di depan supermarket. Jika di perhatikan baik baik di tubuh lean ada banyak lebam, tubuhnya pun terasa hangat. Pakaian nya saja terlihat Lusuh.

Sekarang Reno menatap datar, "Ini.. luka dari mana?"

"I-itu tadi ean jatuh hehehe" lean memberikan cengiran bodohnya itu, tapi siapapun pasti tau jika yang diucapkan bocah ini ialah kebohongan.

"Abang tidak suka pembohong, lean." Reno berucap dengan nada dan tatapan datar nya.

"Ini luka pukulan ibu.." gumam lean dengan meremat baju nya gugup.

"Kamu di pukul sama ibu kamu?"

"Ng-nggak kok.. itu gala gala ean nakal. Di sini ean yang salah.. ma-makanya ibu hukum ean.."

Lean terlihat gugup ia semakin meremat baju nya kasar, apalagi tatapan datar Reno yang membuat dirinya semakin dilanda kegugupan. Ia juga tak mau ibu nya di salahkan.

"Ean."

"I-iya?"

"Dengerin abang! Kamu itu bukan anak nakal, jangan sekali-kali kamu ngomong kayak gitu oke. Abang gak suka"

"Ta-tapi bang-

"Lean."

"I-iya bang, ean ngelti.."

"Nah pinter, tapi kenapa muka lean merah?" Tanya Reno yang baru menyadari muka lean yang memerah.

Reno meletakkan tangannya di dahi lean. Dan ya, sepertinya lean demam. Terbukti tangannya terasa panas saat memegang dahi nya.

"Lean kamu demam!"

Reno terlihat panik dan langsung menggendong lean ke mobilnya.

"E-ean gak papa-

"Kamu demam lean! Sekarang diem! Kita ke rumah sakit."

Reno menaruh lean di kursi samping pengemudi dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan di atas rata rata.

Lean yang melihatnya hanya diam kebingungan. Ya memang ia merasa pusing sejak tadi, namun ia sudah biasa akan hal itu. Jadi reaksi Reno yang seperti ini membuat nya sedikit bingung.

Lama larut dalam pikirannya, tak terasa sekarang mobil sudah sampai di tujuan.

"Nah ayo!"

Reno terlihat begitu panik, ia segera memanggil dokter dan menyuruh nya untuk memeriksa lean.

Dokter pun membawa lean untuk di periksa, sementara Reno menunggu di luar ruangan.

Apa ini?

Kenapa gue panik banget gini?

Padahal gue bukan orang yang kek gini.

Tapi.. entahlah.

Lama melamun, pintu ruangan terbuka menampilkan dokter.

Baby LeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang