Sudah dua hari semua akun media sosial Gin diblokir oleh kekasihnya, Souta. Gin merasa putus asa dan mencoba berbagai cara untuk membujuk Souta agar membuka blokiran tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan Gin adalah meminta bantuan Rion untuk mendial nomor Souta langsung. Namun, usaha itu pun tidak membuahkan hasil.
Gin akhirnya menyadari bahwa leluconnya mungkin telah melewati batas, sehingga membuat kekasihnya marah dan mendiamkannya selama dua hari.
Sebenarnya ia bisa saja langsung ke rumah kekasihnya untuk minta maaf. Tetapi ia mendadak harus disibukkan oleh organisasi dari fakultas, maklum ia seorang wakil bendahara. Maka dari itu, hari ini ia baru bisa menemui kekasihnya yang sedang merajuk itu.
Saat ini, Gin sedang dalam perjalanan menuju rumah Souta dengan menggunakan motor merk Supra yang merupakan milik ayahnya. Meskipun sebenarnya ia terpaksa menggunakan motor bebek itu karena motornya sedang dalam masa servis bulanan, namun ia rela melakukannya sebagai permintaan maaf kepada kekasihnya.
Tak lama Gin telah tiba di perkarangan rumah Souta. Ia memarkirkan motornya di halaman yang dipenuhi dengan berbagai jenis tanaman bunga yang menenangkan dan indah dipandang mata. Sinarnya yang memancar dari bunga-bunga tersebut dapat menyejukkan mata ketika memandangnya.
Dengan hati yang berdebar, Gin menekan bel rumah Souta. Dia merasa gugup menghadapi orang tua Souta, khawatir jika mereka mengetahui bahwa dia adalah penyebab Souta merajuk selama dua hari terakhir.
Terdengar suara pintu terbuka, dan dari baliknya muncul seorang wanita paruh baya yang masih memancarkan kecantikan meskipun usianya hampir mencapai lima puluh tahun.
"Loh, nak Gin?" Wanita tersebut terkejut melihat kedatangan Gin di rumah mereka saat hari hampir gelap. Matanya memancarkan kebingungan campur kekhawatiran.
"Halo, Ma!" sapanya dengan gugup. Mamah Souta langsung mengundang Gin masuk ke dalam. Dia tahu bahwa Gin ingin bertemu dengan anak bungsunya. Senyum hangat terpancar dari wajah Mamah Souta.
"Souta lagi di kamar, kamu naik saja ya," jelas Mamah Souta kepada Gin sambil tersenyum ramah. Gin menganggukkan kepala sebagai jawabannya. Mamah Souta kemudian melanjutkan aktivitas memasak untuk persiapan makan malam.
Gin melangkah menuju kamar kekasihnya yang terletak di lantai dua. Dia menatap pintu berwarna biru itu dengan penuh harap di hadapannya, mengingat momen-momen manis yang mereka bagikan di sana.
Tok tok tok!
"Masuk aja mah, ngga Souta kunci kok!." seru pemiliknya dari dalam kamar. Gin terkekeh pelan, ia sangat kangen dengan suara cempreng kekasihnya. Ia segera membuka pintu berwarna biru tua itu.
"Kenapa mah–
GINN?!,"
Sang pemilik kamar terkejut apa yang dilihat sekarang, pacarnya yang sedang berdiri didekat pintu dengan menggunakan setelan PDH BEM-nya, ouh satu lagi, kantong plastik warna putih yang pacarnya pegang ditangan kanannya.
"Ngapain lo ke sini?!" tanya Souta dengan sewot.
Gin menghampiri Souta yang tadi sedang asik bermain game di ponselnya dengan posisi bersandar di headboard. Ia manaruh kantong belanjaan di atas meja belajar, lalu langsung memeluk kekasihnya dengan erat. Ia juga mendaratkan kecupan ringan di tengkuk Souta, yang membuat empunya merasa geli.
"Maaf buat lelucon yang kemarin, aku tau kalo itu sangat keterlaluan" ucap Gin dengan lirih.
'hah?'
'ouhh!'
Souta baru ingat tentang lelucon Gin, yang sampe membuat dirinya kesal lalu memblokir kontak pesan pacarnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honey... |GINSOU|
Fanfiction|bxb| "Manis banget kamu, kayak madu."- G "Dihh..., pasti ada maunya nih." - S Berisi kerandoman Gin dan Souta sebagai sepasang kekasih. ¡DILARANG PLAGIARISME! •homophobic go away!! •fake chat!! •harsword!! •fiksi!! © babocca 11-06-24