#9 Iri

677 78 10
                                    


bxb | votenya syg:*

Rasanya Gin ingin ngambek saja saat ini. Bagaimana tidak, ia sudah berusaha keras untuk datang ke rumah kekasihnya karena rindu yang begitu mendalam dan keinginan untuk bertemu. Namun, setibanya di kamar, harapannya pupus ketika mendapati kekasihnya justru mengabaikannya dan lebih memilih asyik bermain dengan Mocca, kucing pertamanya.

Perasaan kesal dan kecewa bercampur menjadi satu dalam hatinya, membuat Gin hanya bisa memandang dengan tatapan sendu, berharap kekasihnya segera menyadari keberadaannya dan memberikan perhatian yang telah ia nantikan.

Sudah hampir satu jam Gin tidak melakukan kegiatan apapun bersama kekasihnya. Ia hanya duduk di sudut ruangan, meng-scroll video random di platform Tik*Tok agar tidak merasa bosan. Dengan perasaan sedikit jenuh, Gin terus menggeser layar ponselnya, mencoba mengalihkan pikiran dari kenyataan bahwa waktu berkualitas yang ia harapkan bersama kekasihnya ternyata tidak terwujud. Sesekali ia melirik ke arah kekasihnya, berharap ada inisiatif untuk menghabiskan waktu bersama, namun yang ada hanya kesunyian yang semakin menguasai suasana.

Souta juga kini malah sibuk sendiri. Dengan tangan kiri yang terus-menerus mengelus bulu halus Mocca, kucing kesayangannya, tangan kanannya asyik menjelajah media sosialnya. Matanya terpaku pada layar ponsel, sesekali tersenyum atau tertawa kecil saat menemukan sesuatu yang menarik. Tanpa sadar, perhatian dan kasih sayangnya tersita oleh dunia maya dan si Moca.

Jujur, Gin merasa iri dengan si Mocca. Rasanya, ingin sekali ia mengurung kucing berbulu itu di kandangnya, membiarkannya di sana untuk sementara waktu. Gin ingin menjadi pusat perhatian kekasihnya, ingin merasakan sentuhan lembut di rambutnya. Dalam benaknya, Gin membayangkan betapa indahnya jika ia yang berada dalam pelukan kekasihnya, diusap penuh kasih sayang dan diperhatikan seperti Mocca. Perasaan iri dan keinginan itu semakin kuat, membuat hatinya bergejolak antara cemburu dan rindu yang mendalam.

Tetapi itu tidak mungkin dilakukan. Gin tahu bahwa jika ia benar-benar mengurung si Mocca, ia malah akan menghadapi konsekuensi yang tidak diinginkan. Kekasihnya pasti akan marah, dan bukannya mendapatkan perhatian, Gin malah mungkin akan kehilangan jatah ciuman manis dan sentuhan-sentuhan kecil yang begitu ia rindukan.

Kekhawatiran akan reaksi kekasihnya membuat Gin berpikir dua kali. Ia sadar bahwa tindakannya hanya akan membuat situasi semakin buruk, dan akhirnya, ia lebih memilih untuk menahan rasa cemburu itu, berharap bahwa kekasihnya akan menyadari dan kembali memberikan perhatian yang layak ia dapatkan.

Jadilah ia hanya pasrah menunggu sampai kekasihnya sadar akan kehadiran dirinya.

Tapi sampai kapan?

(cr : smartrest a

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(cr : smartrest a.k.a pinterest)

Souta yang melihat status pesan dari Gin mengernyitkan alisnya heran. Ia merasa ada sesuatu yang tidak biasa dari cara Gin mengungkapkan perasaannya kali ini.

"Kenapa lagi itu bocah?" gumamnya dalam hati. Rasa penasaran mulai muncul di benaknya, dan ia mencoba mengingat kembali apakah ada hal yang mungkin telah ia lakukan atau abaikan sehingga membuat Gin merasa kesal atau kecewa. Souta menyadari bahwa mungkin sudah saatnya ia memberikan perhatian lebih kepada Gin, mencari tahu apa yang sebenarnya sedang dirasakan oleh kekasihnya.

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Souta mendekat ke arah Gin, perasaan bersalah mulai menyelimuti hatinya. Ia menyadari bahwa kehadiran Gin telah ia abaikan terlalu lama, dan sekarang saatnya untuk memperbaiki kesalahan tersebut.

"Utututu... kesayangan Souta sedang ngambek rupanya," ucap Souta dengan suara imut yang sengaja ia buat. Ia mencoba mencairkan suasana dengan nada manis dan ekspresi yang penuh kasih sayang. Tangannya perlahan mengusap kepala Gin, berharap bisa menghilangkan kekesalan di hati pacarnya. Souta menatap Gin dengan penuh penyesalan, siap melakukan apa saja untuk mengembalikan senyum di wajah orang yang ia cintai.


Gin langsung saja memeluk erat kekasihnya, membenamkan wajahnya di ceruk leher yang hangat dan akrab. Souta terkekeh geli melihat tingkah laku pacarnya yang manja dan merajuk seperti anak kecil, seakan mencari kenyamanan dan perlindungan di pelukannya. Kehangatan itu membuat hati mereka semakin dekat, menguatkan ikatan cinta yang mereka miliki.

lucunya bayi besar gue...



ada yg mau request??

Honey... |GINSOU|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang