Namanya Zaki, umur 17 tahun. Zaki adalah anak yang pendiam tetapi ramah dan selalu mendapatkan ranking bagus di sekolah. Tipikal introvert yang peka akan tatapan orang lain terhadap dirinya. Dia juga memiliki wajah yang lugu tetapi tampan walau badannya sedikit kurus. Kesehariannya hanya dihabiskan di rumah jika tidak ada urusan penting untuk keluar.
Hari ini Zaki bersama dengan orangtuanya sedang dalam perjalanan menuju rumah Tante Lina. Beberapa tas dan koper di bagasi belakang serta selembar kertas yang menyatakan bahwa Zaki akan memulai sekolah di sekolah yang baru pada pertengahan semester.
"Zaki, Ayah harap kamu bisa melupakan semua hal yang telah terjadi dan membuka lembaran baru di rumah tantemu dan sekolah barumu nanti." Suasana berat selama perjalanan dipecahkan oleh Ayah sambil dia menghela nafas panjang.
Zaki membalas pelan bahwa dia mengerti, tetapi wajahnya masih tertunduk. Malu, takut dan semua perasaan negatif membebani pikirannya. Zaki masih tidak percaya bagaimana foto dan video ketika dia lagi onani dapat tersebar di WA grup sekolah. Pihak sekolah tetap diam dan berharap tidak ada media yang menyoroti kasus ini. Tetapi semua siswa, teman sekelas dan guru mengetahui hal terebut. Bahkan Vina, perempuan yang dia taksir juga mengetahui hal tersebut.
Beberapa kali Ayah mengatakan mengatakan kalimat-kalimat pendukung dan saran. Dia juga berpesan kepada Zaki untuk menjaga kelakuannya di sana. Ibu juga menambahkan bahwa Zaki harus sering-sering membantu pekerjaan rumah di sana. Zaki hanya mengiyakan dengan suara lirih kecil.
"Jangan nakal disana dan jangan melakukan sesuatu yang menbuat mereka marah. Ibu tidak tahu lagi harus bagaimana jika mereka menolakmu, Zaki" Ucap Ibu sedikit dengan nada tinggi.
Ibu sudah memarahi Zaki sejak dia mengetahui skandal yang Zaki lakukan di sekolah. Sepertinya perasaan kesal itu masih ada.
"Paham bu" Jawab Zaki lirih.
Hari sudah semakin sore, akhirnya mobil Zaki dan keluarga sampai di depan rumah Tante Lina. Terlihat 2 orang sedang duduk di depan teras sedang asik mengobrol sambil sesekali melihat layar hp. Seorang wanita paruh baya dengan senyum indah di wajahnya yang menggunakan daster kuning dengan corak bunga. Kemudian ada seorang perempuan muda menggunakan kaos oblong dan celana pendek duduk di sampingnya. Mereka adalah Tante Lina dan anaknya yang bernama Laras.
Tante Lina yang melihat kedatangan mobil di depan rumahnya, berdiri dan menyambut hangat kedatangan Zaki sekeluarga.
"Sudah lama kamu tidak kemari ya, Asri." Kata Tante Lina sambil memeluk Ibu.
"Iya, Lin. Akhirnya aku kemari tapi kami malah memberimu beban tambahan." Kata Ibu sambil melirik ke arah anaknya, Zaki.
"Tidak merepotkan kok. Zaki tinggal di sini membuatku aman. Apalagi semenjak cerai di rumah ini jadi tidak ada laki-laki." Ujar Tante Lina sambil tersenyum.
"Terimakasih Lin, aku tidak tahu bagaimana jika tanpamu." Ucap Ibu lega.
"Dulu aku ingat sekali Zaki waktu masih kecil, kamu juga sering menitipkannya sama aku kan." Tante Lina berucap sambil mengingat kembali memori lama, "Aku yang dulu memandikannya. Juga waktu membantumu ketika Zaki sunatan. Hihihi." Tante Lina tertawa mengingat kejadian tersebut sambil tertawa.
Mereka berbiraca ngalor ngidul, bercerita tentang memori lama sampai berganti gosip terbaru. Zaki juga mulai mengingat masa di mana mereka tinggal berdekatan. Di waktu Ibu dan Ayah masih sibuk menata karir dan si Zaki kecil selalu dititipkan ke Tante Lina. Zaki dan Laras dulu juga berteman akrab apalagi umur mereka tidak jauh berbeda. Laras lebih tua satu tahun daripada Zaki.
Zaki melihat ke arah perempuan muda di samping Tante Lina yang terasa familiar. Sekarang Laras sudah tumbuh menjadi perempuan cantik berkulit sawo matang dengan rambut hitam menjuntai dengan indah. Payudaranya terlihat berisi di balik kaos yang dia kenakan. Kaki Laras juga terlihat menggoda dengan kulit mulus seperti bayi.
"Hari semakin larut, sebaiknya kami bergegas pulang. Jaga baik-baik Zaki ya." Ucap Ibu kepada Tante Lina, "Dan Zaki, jangan lupa bantu-bantu Tante Lina. Jangan cuma malas-malasan kamu." Pesan Ibu ke Zaki terakhir kali.
"Jangan lupa memberi kabar kepada kami sesekali Zaki." Tambah Ayah sambil melihat Zaki yang akan berpisah dengannya.
"Paham Bu. Baik Ayah. Zaki pasti akan merindukan kalian" Jawab Zaki dengan mata yang mulai berkaca. Dia tidak pernah jauh dari kedua orang tuanya dan kali ini dia akan berpisah dan tidak tahu kapan akan bertemu lagi.
Akhirnya ayah dan ibu pergi meninggalkan Zaki di rumah Tante Lina. Zaki merasa sedih ketika melihat mobil mereka mulai menjauh, menghilang dari penglihatan.
"Ayo masuk Nak Zaki, sekalian Tante antarkan kamu ke kamar." Ucap Tante Lina setelah beberapa saat melihat kepergian Asri dan suaminya.
"Baik Tante." Jawab Zaki setuju sembari membawa koper dan tas ke dalam rumah. Zaki tidak bisa terus bersedih dan membiarkan tante Lina marah.
Rumah Tante Lina memiliki denah yang cukup sederhana, dengan ruang tamu yang berada pada bagian paling depan setelah pintu masuk. Kemudian ruang keluarga yang cukup luas beralas karpet dengan tv di atas meja. Pada ruang keluarga tersebut terdapat 4 pintu di mana jika diurutkan dari depan ke belakang; pintu untuk ke kamar tidur Tante Lina, pintu untuk ke kamar tidur Laras, pintu untuk ke kamar tidur kosong yang akan ditempati oleh Zaki dan terkahir pintu untuk ke dapur. Pada area dapur terdapat pintu menuju kamar mandi dan halaman belakang.
Zaki, Tante Lina dan Laras pergi menuju kamar yang akan Zaki tempati. Kamarnya sederhana tetapi rapi dan bersih. Terdapat satu jendela yang cukup besar tetapi jendela ini tidak bersambung keluar rumah melainkan ke dapur.
"Kenapa jendelanya seperti ini Tante?" Tanyaku penasaran dan ingin mencairkan suasana.
"Dulu dapur itu tidak ada Zaki, malahan tempat ini yang dulunya adalah dapur. Tapi karena Om kamu mau melebarkan rumah, ingin menambah kamar lagi katanya. Tapi akhirnya jadi kamar kosong." Jawab Tante Lina sambil sedikit tertawa dan terlihat ada perasaan sedih di wajahnya.
Tante Lina dan suaminya bercerai setelah suaminya ketahuan selingkuh berkali-kali serta melakukan tidakan kekerasan rumah tangga. Tante Lina yang sudah tidak tahan dan melihat tidak ada perubahan pada suaminya memutuskan untuk bercerai dan memilih sendiri. Hak asuh anak menjadi milih Tante Lina dengan bukti KDRT yang dilakukan suaminya.
"Dulu Mama bilang ingin punya anak laki-laki, untung sekarang udah ada kamu." Timpal Laras sambil melihat kewajah mamanya yang sedih.
"Maaf Tante." Kata Zaki merasakan perasaan sedih dari Tante Lina dan merasa bersalah.
"Tidak apa-apa Nak Zaki. Sekarang ayo Tante bantu kemaskan barang-barangmu lalu kita bisa makan dan istirahat." Ucap Tante Lina dengan senyuman.
"Teriamakasih Tante. Dan Kak Laras juga terimakasih." Ucap Zaki melihat kearah Tante Lina dan Laras.
Mereka mulai membuka koper dan memilah barang-barang. Mereka mengeluarkan dan mengisi lemari dengan pakaian dan seragam sekolah. Buku dan alat tulis ditempatkan di meja belajar. Kemudian ada laptop dan alat elektronik lainnya dikeluarkan dan disimpan dengan rapi. Barang-barang Zaki mulai tersusun dengan cepat.
Ketika sedang mengambil pakaian di dalam koper, Laras melihat ada celana dalam yang unik dan familiar di tumpukan pakain yang sedang dikeluarkan. Sebuah jockstrap dengan motif awan. Laras mengambil dan membentangkannya dengan tangan.
"Wah lihat ini.. kolor ini sangat lucu sekali.." Ucap Laras dengan nada tinggi.
Zaki terkejut melihat jockstrap di tangan Laras. Jockstrap itu Zaki beli secara diam-diam. Dia sering memakainya sehingga dia membawa ke sini. Tapi jockstrap itu juga merupakan pakaian yang Zaki kenakan pada foto dan video yang tersebar di WA grup sekolah.
(Bersambung) Ini cerita pertamaku dan masih dalam pengerjaan. Terimakasih sudah membaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Dalam Nafsu
Teen FictionCerita ini mengandung unsur eksplisit dan konten seksual! Laki-laki pemalu yang terjebak dalam lingkungan dominasi perempuan setelah mengalami kejadian memalukan yang mengubah kehidupannya.