Cathleya menatap layar televisi dengan serius, melihat lelaki yang amat ia kenalinya kini berada di dalam sana. Lelaki itu tengah diwawancarai oleh pembuat acara televisi, terlihat jelas bahwa lelaki tersebut sedang dipuja-puja oleh kaum hawa sebab ketampanannya; alis tebal dengan kulit seputih salju serta tingginya yang menjulang, otot-otot tubuhnya pun sedikit terlihat walau sedang memakai pakaian longgar sekali pun.
Lelaki itu mantan kekasihnya—Sebastian Lucifer, pria dewasa yang diidamkan oleh banyak wanita berbagai kalangan. Tidak seperti namanya; Lucifer yang berarti pembawa cahaya, menurut Cathleya, lelaki itu lebih pantas disebut sebagai pembawa kegelapan yang menusuk.
Cathleya sungguh membenci wajah polos lelaki itu, seakan tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Ia bertingkah seakan dirinya lah yang pantas untuk dipuja, lelaki itu amat sangat berbanding terbalik dengan penampilannya yang begitu menawan bak malaikat.
Wajah dan sikapnya tidak serasi, sungguh! batin Cathleya.
Jika gadis itu menatap Sebastian lebih lama, mungkin ia akan terpengaruh dengan wajahnya lagi, dan akan memasuki jebakannya lagi dan lagi. Cathleya benar-benar terkena tipu muslihat lelaki iblis yang menyamar menjadi malaikat itu.
"Bodoh, semua perempuan bodoh! Bagaimana mereka bisa tertipu dengan wajah tampannya!" seru Cathleya.
"ya ... walaupun aku pun juga sama seperti mereka awalnya. Tapi tidak untuk sekarang! Aku tidak akan pernah bisa terkena jebakannya lagi," ujar Cathleya dengan percaya diri.
"Ah~ Lucifer, nama yang cocok denganmu!" ucap salah satu perempuan dari layar televisi yang menyala.
"Kamu benar-benar pembawa cahaya, Lucifer ... sungguh, kamu menerangi kamu di sini, hahaha," kekeh sang pembawa acara.
"Itu terdengar berlebihan, Kak Maria!" Akhirnya sang pemilik nama, Lucifer kini angkat bicara. Ia terkekeh kecil.
"Hey, Maria! Kamu tidak tahu apa-apa tentangnya! Kenapa bisa sepercaya itu dengan iblis ini, sih?" jengkel Cathleya. Sepanjang acara, gadis itu memaki mereka semua, terutama Sebastian Lucifer, mantan kekasihnya.
"Tapi, kumohon untuk tidak memanggilku sebagai Lucifer. Hanya perempuanku saja yang bisa menyebutnya," ucap lelaki itu. Cathleya yang mendengarnya pun terkejut. Seketika ia teringat kenangan bersama Sebastian sebelum akhirnya sang empu memilih untuk memutuskan hubungan.
Cathleya selalu memanggilnya dengan sebutan Lucifer, dan hanya Cathleya lah yang memanggil lelaki itu dengan nama belakangnya.
Sebelumnya memang Sebastian Lucifer dipanggil dengan sebutan Sebastian, atau hanya Bastian saja. Orang tuanya pun begitu, memanggil Sebastian hanya dengan Bastian saja. Kemudian, datanglah Cathleya, gadis yang amat ia cintai. Sebelum Cathleya tahu kebusukkan Sebastian, gadis itu pikir, memanggilnya Lucifer sangat cocok untuknya, sebab sang kekasih benar-benar membawa cahaya untuknya. Terkadang, Cathleya memanggilnya Luci, menurut sang empu, Luci nama panggilan yang lucu. Sedangkan Sebastian tentu saja memanggil Cathleya hanya dengan sebutan Leya—panggilan kasih sayang.
"Ah~ Sayang sekali, lelaki tampan ini sudah memiliki kekasih! Pasti perempuanmu itu sangat cantik, bukan?"
"Ya, perempuanku sangat cantik ... sampai aku ingin mengurungnya hanya untukku saja." ucapan Sebastian sungguh terdengar mutlak. Semua penonton bahkan dirinya pun terkejut dengan apa yang Sebastian katakan.
Cathleya ingin berpikir positif bahwa mantan kekasihnya sudah memiliki perempuan lain dan jelas sudah melupakannya, namun sering kali Sebastian mengiriminya barang di setiap minggunya, membuat Cathleya kembali berpikir negatif.
"Itu ... bukan aku, kan?" tanya Cathleya dengan was-was.
"Ah, sial! Kalau aku menonton acaranya terus menerus, bisa gila karena overthinking!" Cathleya pun akhirnya menyudahi acara menonton televisinya.
9830 W. Barley St. Palisades, 98845, Seattle, Washington.
Thursday, 8th of May 2018.
Drrt...
Juan K. is calling...
"Juan! Kenapa baru menghubungiku?" seru Cathleya. Suara gadis itu terdengar seperti anak kecil yang sedang merindukan teman karibnya.
Sejujurnya memang gadis itu merindukan lelaki yang baru saja menelponnya ini, Juan Kenarth. Sudah lama sekali Juan tidak menghubungi Cathleya, seakan lelaki itu menghilang dari peradaban manusia.
Juan terkekeh, "Maafkan aku, Cathie! Akhir-akhir ini aku sibuk, dan tak sempat untuk menghubungi siapa-siapa."
"Ya, baiklah. Aku mengerti. Jadi, kapan kita akan bertemu lagi? Aku merindukanmu...," ucap Cathleya.
"Bagaimana kalau sekarang..."
...
"Maafkan aku, Cathie! Akhir-akhir ini aku sibuk, dan tak sempat untuk menghubungi siapa-siapa."
"Ya, baiklah. Aku mengerti. Jadi, kapan kita akan bertemu lagi? Aku merindukanmu...," ucap Cathleya.
"Bagaimana kalau sekarang..."
Brak!
"Oh My Gosh ... he would never get her, trust me." ucap lelaki dengan mimik wajahnya yang terlihat kesal sekaligus jengkel di waktu yang bersamaan.
Seseorang tengah mendengar seluruh percakapan Cathleya dengan Juan. Hingga kini, api kemarahan telah mendominasi dirinya. Ia sangat marah hingga tak ada satu pun yang bisa mengontrolnya.
"No one can control devil like me," ucapnya dengan suara pelan.
Layar monitor telah menampilkan seluruh isi apartemen milik Cathleya Melurine. Walaupun gadis itu telah membuang beberapa CCTV dari lelaki tampan bernama Sebastian, lelaki itu tetap akan bisa melihat gadisnya dari balik monitor. Sebab, Sebastian telah memasangkan CCTV hampir di seluruh sudut rumah, dan tentu saja Cathleya tidak tahu satu persatu, hanya beberapa saja yang sengaja Sebastian buat yang bisa dilihat gadisnya.
Sebastian bangkit dari tempat duduknya, beralih mengambil jaket yang memiliki penutup kepala serta masker guna menyamarkan diri.
"Gadis nakal. Berani sekali kamu berselingkuh!" jengkel Sebastian.
"—lihatlah, apa yang akan aku lakukan padamu setelah ini, Cathleya Melurine," lanjut lelaki itu.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Still Monster
Romance"Without you, i empty," "-only this darkness remains" Sebastian Lucifer masih menginginkan gadisnya, Cathleya. Merelakan segalanya hanya untuk bisa kembali menjalin kisah kasih bersama, namun Cathleya tidak pernah terkecoh olehnya. Gadis itu memutus...