Prologue

19 4 0
                                    

"Aku berpikir hubungan kita tidak layak untuk dipertahankan, Lucifer...," ujar Cathleya.

Sang empu menatap nanar lelaki berperawakan tinggi menjulang itu, berharap bahwa lelaki tersebut memahami apa yang dimaksudnya. Menunggu jawaban dari sang lawan bicara, namun sayangnya bibir manis sang wira tetap terkatup rapat dengan wajah datarnya serta kedua tangannya yang dilipat di depan dada.

"Aku ... ingin mengakhiri hubungan kita," cicit gadis itu.

"Letak tidak layaknya dimana, Leya. Jelaskan." akhirnya lelaki bernama Sebastian mulai mengeluarkan pita suaranya. Dengan jawaban yang diberikan oleh Sebastian, Cathleya merasa sedikit takut untuk menjawabnya.

"Itu ... kamu terlalu mengekangku, Luci."

"Bukankah itu hal yang wajar? Aku kekasihmu, Leya," ucap Sebastian dingin. Jawaban dari Cathleya sungguh tak diindahkan olehnya. Menurut lelaki itu, hal yang dilontarkan Cathleya sebagai alasan mereka putus terlalu biasa. Lagi pula, itu hal yang sudah lumrah, bagi lelaki itu.

"Bukan hanya itu! Kamu memasang kamera tersembunyi di seluruh bagian rumahku. Itu menakutkan," Seru Cathleya. Ia mulai meninggikan intonasi suaranya, sebab merasa kesal.

"—bahkan kamu membajak seluruh isi dari ponselku, terkadang kamu melacak keberadaanku. Itu privasi, Luci...," lanjut Cathleya sesudahnya.

Apa yang dikatakan oleh Cathleya benar adanya, dan sudah memiliki bukti kuat. Beberapa kali Cathleya menemukan kamera yang amat kecil bahkan beberapa ada yang berasal dari barang-barang lucu yang ternyata memiliki kamera di dalamnya. Baru-baru ini ia menyadari hal itu, sebab Sebastian tidak pernah memberi tahukan hal itu sebelumnya.

Jadi, selama ini Cathleya rasanya seperti terkekang. Bukti jelas bahwa Sebastian menguntitnya, jelas itu hal yang menakutkan bagi sang gadis yang hanya tinggal seorang diri di apartemennya.

"Sudah sekian lama aku menaruh kamera tersembunyi dan menyadap ponselmu, lalu kamu baru memutuskan hubungan kita sekarang? Dahulu kemana saja, Sayang," ucap Sebastian penuh penekanan.

"sebelum kita menjalin sebuah hubungan, aku lebih dulu menguntitmu, dan kamu baru menyadarinya sekarang?" lanjut lelaki itu.

Cathleya membulatkan matanya sempurna. Ia benar-benar terkejut mengetahui fakta yang sebesar dan berdampak ini. Gadis itu baru tahu kalau kekasihnya ini lebih dulu menguntitnya sebelum mereka menjalin hubungan kekasih. Seharusnya, dari awal ia tak menerima Sebastian sedari awal. Gadis itu menyesalinya.

"Kamu ... kenapa? Kenapa kamu menguntitku?" tanya gadis itu takut-takut.

"Karena aku mencintaimu. Aku ingin melihat apa yang selama ini kamu lakukan, aku ingin terus melihat wajah ayumu. Itu membuatku merasa tenang lebih dari mengonsumsi narkoba atau hal semacamnya, Sayang." Cathleya benar-benar takut dibuat Sebastian. Napasnya tercekat ketika mendengar penuturan lelaki di depannya yang menurut gadis itu hal yang menakutkan.

"Kamu gila, Luci! Kumohon berhenti melakukan hal yang di luar batas..."

"Kamu menhinaku gila, padahal kamu sendiri yang membuatku gila. Itu konyol," ejek Sebastian.

"Aku tidak melakukan apa pun padamu!" bentak Cathleya.

"Menurutku, kamu hanya diam saja sudah membuatku gila."

"Sinting!" Cathleya mendorong pelan tubuh Sebastian, walau tak berdampak apa pun, ia tetap ingin melakukannya. Setelah melakukan hal tersebut, Cathleya pergi meninggalkan lelaki itu seorang diri di tengah cahaya malam yang temaram.

Sebastian hanya menatap kepergian Cathleya yang perlahan mulai tak terlihat tubuh kecilnya. Lelaki itu tersenyum miring, entah ia bermaksud apa, tidak ada yang tahu hal buruk apa lagi yang akan lelaki itu lakukan untuk gadisnya.

Yang pasti, Sebastian berniat untuk membuat Cathleya kembali lagi padanya. Cathleya terbelenggu lelaki tampan itu, entah apakah gadis malang itu akan selamat dari monster yang siap untuk membelenggumu di ribuan rantai kegelapan.

Still MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang