Konfrontasi

17 6 4
                                    

Satu bom asap penyembunyi mendarat di dekat ujung sepatu Danu. Bom itu sempat berputar beberapa kali sebelum Danu menggesernya hingga menggelinding beberapa langkah. Asap putih tebal dengan cepat membutakan semua orang. Para aparat termasuk orang-orang Danu terbatuk-batuk dibuatnya.

Dibantu menggunakan kaca mata googles, tim Delta mengekseskusi aparat yang membekuk Danu. Tim Beta mematung ditempat, ternyata membantu mereka dalam menembak secara presisi dan akurat.

Berbarengan dengan menipisnya asap, Danu bisa melihat tim Delta mendekatinya.

Tim yang beranggotakan empat orang itu, bergegas cepat menghampiri Danu. Mereka mengintruksikan agar segera menuju speed boat.

Sementara itu di salah satu sudut ruang udara pelabuhan, raungan mesin dan suara baling-baling helikopter mendekat. Helikopter polisi.

"Cepat!" perintah anggota tim Delta, ketika hampir semua tim Beta sudah siap kabur.

"Tunggu!" tolak salah satu anggota Danu membuat tatapan sebagian orang tertuju padanya.

"Tunggu apa lagi? Cepat!"

"TA—tapi—"

"Cepat!!!" desak Danu.

Tim Beta dan Tim Delta berlari. Mereka melompat ke laut dan menaiki speed boat.

Sementara itu speed boat tim Alpha dikejar oleh satu unit kapal patroli polair. Kapal dengan nomor lambung 515 itu kini berada sekitar dua puluh meter di belakang mereka.

Beberapa kali crew dari kapal melepaskan tembakan pada tim Eriko, di saat itu juga, tim Eriko merunduk, menghindari terjangan peluru. Beberapa dari terjangan peluru mengenai bagian speed boat. Hingga baku tembak tak bisa terhindarkan

"Eriko, apa yang harus kita lakukan?" tanya Owen sambil merunduk menghindari terjangan peluru.

Eriko tidak lekas menjawab. Dia mengamati area sekitar. Melihat jalur sempit di antara dua bukit karang yang saling berdekatan. Sesaat, dia mengamati kapal yang mengejarnya dan membandingkan ukuran kapal tersebut dengan speed boat-nya. "Kita ambil jalur di antara bukit karang itu!" Dia menunjuk ke arah yang dimaksud. "Kita buat mereka tersangkut di sana!"

Nahkoda mengembil jalur yang diarahkan Eriko.

Hingga di tengah-tengah jalur, upayanya berhasil, lambung kapal terjepit. Beberapa awaknya masih bisa melakukan kontak tembak.

Salah satu anak buah Eriko menembakan roket RPG pada lereng bukit, yang menyebabkan lempengan dan serpihan bebatuan besar berterbangan, menimpa kapal patroli.

Speed boat tim Beta melaju kencang membelah lautan. Mereka dikejar oleh helikopter tadi. Beberapa kali mereka meringkuk untuk menghindari terjangan muntahan peluru yang crew helikopter lepaskan.

Danu dan tiga lainnya membidik baling-baling helikopter. Namun nihil, helikopter itu dengan  luwes menghindar ke sisi lain, lalu memuntahkan pelurunya kembali.

Helikopter itu melintas di atas kepala mereka lalu bermanuver. Bagian depan badannya menghadap tim Beta dan sedikit menukik, seperti memberi intimidasi.

Danu dan lainnya mengambil momentum dengan menghujani tembakan pada helikopter, alih-alih menyerah.

Perjalanan tim Beta berlanjut menyusul tim Alpha. Tujuan kedua tim tersebut adalah sebuah pulau kecil dan terpencil dekat dengan perbatasan negara. Di sana mereka sudah menyiapkan segala kebutuhan seperti logistik makanan, tempat persembunyian, pakaian, sampai jebakan untuk menghalau penyergapan kalau-kalau aparat keamanan mengetahui keberadaan mereka.

Speed boat yang ditumpangi oleh tim Eriko dan Danu menembus rimbunnya hutan bakau. Lalu sekitar sepuluh meter dari perairan, kedua speedboat tersebut mereka tinggalkan dan melanjutkan berjalan kaki menuju tempat persembunyian.

Eriko mengamati semua anggotanya satu per satu, sebuah perasaaan janggal timbul dalam hatinya.

"Ada apa?"  tanya Owen.

"Mana Merlin?"

Owen dan anggotanya lainnya menoleh ke sana ke mari. Dan tidak melihat keberadaan si operator.

"Jangan bilang kalian lupa membawa dia!" tuding Eriko pada tim Beta dan tim Delta.

Anggota yang bernama Rama memberanikan diri untuk angkat suara, "Ta-ta—tadi saya mau mengingatkan semua anggota, akan tapi ..." Rama melirik Danu, kaku dan ketakutan. Pemimpin timnya berdiri di sampingnya.

"Tapi apa?" desak Eriko.

"Tapi Bos Danu menyuruh kami cepat pergi."

"AAARRGH!" Telunjuk Eriko menuding Danu. Dia mengangkat muka dalam lagak menantang. "Kupercayakan kamu untuk memegang tim, tapi ini yang kamu lakukan!? BODOH!"

Sesaat Danu membuang muka. Dia menunjukan kembali lagaknya yang kerap Eriko lihat. Matanya menatap ke bawah karena dia lebih tinggi dari Eriko. "Inikah tanda terima kasihmu? Sudah banyak tenaga  yang kupinjamkan untuk ini, seharusnya kamu pikirkan bagaimana cara membayarnya."

"Kamu lupa? Aku bisa menyelamatkan kalian semua tanpa campur tangan siapa pun. Kalau aku berkehendak dan gila jabatan, mungkin saat itu sudah kubuat nasibmu sama seperti para pendahulumu," tantang Eriko, sengit.

Ekspresi Danu berubah menegang. Matanya yang tajam, mencengkram sosok wanita di hadapannya. Dia tertawa getir. "Jangan pikir aku takut padamu! Kamu hanya perempuan dan tidak akan pernah bisa membalas dendammu sendiri tanpa bantuan kami. Bahkan aku bisa membuatmu sengsara sama halnya korban kejahatan per—"
Tiba-tiba mulut Danu terhenti, perkataannya menggantung, karena mulut senapan serbu Eriko kini masuk di mulutnya. Eriko menodongkan senjata ke arahnya.

Rama dan belasan anggota lain ikut menjadikan Danu sebagai bidikan senjata.

Sementara tiga orang anggota dari tim Delta, yang merupakan loyalis Danu membela junjungan mereka dan melakukan hal sama.

Mereka terpecah jadi dua kubu.

"Apa yang akan kamu lakukan padaku, Danu? Melecehkan kehormatanku secara bergilir? Berani sekali kamu!" Eriko mendorong lebih dalam ujung senjatanya hingga bersinggungan pada langit-langit mulut Danu. Dia benar-benar kalap. "Kamu lihat! Siapa di sini yang memiliki kendali penuh atas mereka? "
Danu tercekat. Eriko bisa menebak lelaki ini benar-benar terdesak.
"Sebaiknya kalian pertimbangan untuk berpihak pada siapa!" kata Eriko pada tiga orang pihak Danu.

"Sudah! Aku mohon hentikan." Perlu beberapa detik untuk Eriko menyadari yang bicara itu adalah Owen. "Saranku gimana kalo kita kembali dan jemput dia sekarang."

"Itu terlalu bersiko," Eriko melirik Owen sekaligus berhenti memberikan ancaman pada Danu. "Apalagi selama dalam misi, dia tidak memakai helm seperti yang lain," Eriko menunjuk Danu dengan dagunya."Identitas kalian mudah ditebak dan kita sudah buron.  Saat ini hanya dua kemungkinan yang terjadi sama Merlin ditangkap atau mati di tangan polisi. Sekarang kalian bersiap! Kita harus bergerak cepat! Tengah malam nanti kita akan mulai kabur naik kapal pencuri ikan."

Eriko dan yang lainnya melanjutkan perjalanan kembali. Di sisi lain, dia benar-benar membatin, karena di samping selalu membuat marah, Merlin sudah banyak berjasa terhadap operasi ini.

Operation Code: ErikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang