Betrayal

10 1 0
                                    

Tanda kehidupan hadir, sebuah bangunan besar nan rapuh bergaya gothic klasik berdiri di antara rimbunnya tanaman. Semburat cahaya berasal dari lampu penerang yang lolos melalui sela-sela konstruksi, menerangi area bangunan yang nyaris ditelan kegelapan. Di dalam, Eriko dan semua rekrutannya mengistirahatkan tubuh mereka setelah menjalankan misi tadi siang. Mereka ada yang bermain kartu, membaca buku, bermain billiard dan sebagainya.

Sementara Eriko duduk menghadap meja bundar, kakinya dinaikan ke atas meja. Sebuah apel dengan bekas gigitan di salah satu tangannya. Sementara tangan lainnya berada di atas paha. Diam-diam mata wanita ini tertuju pada salah seorang anggota tim Beta yang sedang bermain billiard dengan Owen. Anggota dengan gaya rambut Cepak itu bernama Bayu.

Di sela-sela momen itu, Eriko menunjuk sosok Bayu dengan dagunya ketika Owen menoleh, si sopir mungkin merasa dirinya sedang diperhatikan Eriko padahal tidak.

Owen mencolek Bayu dan memberi tahunya agar segera menghampiri Eriko.

Bayu menoleh pada Eriko, dia meletakan stick billiard-nya, dan segera menghampiri. Seutas senyum tanda hormat tersungging di wajahnya yang khas warga lokal.

Eriko meletakkan apel di atas meja, dia menurunkan kaki, dan memperbaiki posisi duduknya. "Kulihat kamu cukup bertanggung jawab dalam tim.

Bayu membungkukan badannya, hormat sebelum Eriko melanjutkan kata-katanya.

"Kupikir kamu cocok jika kujadikan Tim Beta berada di bawah pengawasan-mu."
"Tapi ...." Mata Bayu menoleh pada Danu yang duduk di paling ujung ruangan.

Sejak perdebatan tadi siang, interaksi antara mereka dengan Danu menjadi minim, bahkan nyaris tidak ada.

"Jangan pedulikan dia. Seharusnya dia bersyukur, masih untung aku hanya mencopot jabatannya secara tidak terhormat dan tidak sampai membunuh dia."

Bayu mengambil jeda, dia terlihat ragu menerima tawaran Eriko.

"Bagaimana?" tanya Eriko

"Ba ... baik, Bu."

"Bagus. Kembali ke tempatmu! Nanti malam kamu dan anggota lain bergerak memeriksa armada yang akan kita naiki."

"Baik, Bu." Bayu lalu berbalik badan dan kembali.

Eriko tertegun memperhatikan Danu. Dia jadi teringat pada saat dia menjalankan misi terakhirnya di Angkatan Darat bersama dengan beberapa rekannya, salah satu rekannya memiliki sifat yang sama seperti Danu.

***

Di langit sore yang murung, helikopter angkut personel terbang. Bayang-bayangnya tercetak jelas di atas hamparan ilalang yang tertimpa cahaya jingga. Di dalam heli itu, Eriko memasang helm antipeluru, tubuhnya berbalut pakaian seragam tentara dan diilapisi rompi berwarna hitam. Dia bukan penumpang tunggal, disekitar perempuan ini, ada lima orang yang masing-masing dari kesatuan flying service, komandan lapangan, serta dua orang sersan satu dan dua.

Letnan Eriko bernama Vincent, berdiri dari duduknya, dia berjalan dan mendongak melihat daratan. Lalu menoleh pada Eriko beserta dua orang sersan perempuan.

"Kapten Eriko, apa Anda yakin terhadap keputusan Anda ini?" tanya Vincent. Dia meragukan Eriko.

"Yakin akan mengantar kami pada kesialan, Komandan, " celetuk Dewi, salah seorang Sersan perempuan. Nada bicaranya secara terang-terangan menyangsikan Eriko.

Eriko melempar lirikan tajam pada Dewi. Dari awal mereka selesai di-briefing dan melakukan apel sebelum mengudara, perempuan berambut blonde dengan kacamata hitam itu sudah menyangsikan Eriko.

"Ini adalah misi kelima saya, Pak. Saya janji tidak akan mengecewakan Anda dan satuan angkatan darat," kata Eriko, optimis.

"Tidak akan mengecewakan?" Dewi sedikit menurunkan kacamatanya. "Ini adalah misi pertama Anda pasca mengambil cuti selama enam bulan, Kapten Eriko. Jangan karena kesehatan mental Anda, misi kami jadi kacau," serang Dewi.

Operation Code: ErikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang