01. AWAL MULA

69 22 11
                                    

Malam yang cerah dan bertabur bintang, gadis cantik yang memiliki mata indah dan berparas elegan, sungguh anggun namun tidak dengan prilakunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam yang cerah dan bertabur bintang, gadis cantik yang memiliki mata indah dan berparas elegan, sungguh anggun namun tidak dengan prilakunya. Hari ini pertama dia tinggal di Jakarta.

Dia memiliki adik beda dua tahun dengannya, dia sekarang menduduki bangku kelas delapan SMP.

"BIANN!!"

"I-iya kak, apa hm?"

"DIMANA BUKU BIOLOGI KAKAK. HAH!"

"Anu kak, em"

"ANU APA?!"

"Aduhhh, gimana nih? Mampus gue!" gumam Abian dalam hati.

"JAWAB!!" Gertak Dira makin emosi.

Sementara itu Abian pergi ke suatu tempat, entah kemana dia akan pergi.

"Mau kemana? Woy! Kakak belum selesai yah!" ucap Dira makin geram kepada adiknya itu.

Namun, Abian mengabaikan kakaknya yang terus mengomeli dia. Beberapa menit kemudian Abian menghampiri kakaknya yang kesabarannya setipis tisu.

"Ini kak, maaf. Tapi, ada yang robek di beberapa halaman." Jelas Abian yang sedikit gemetaran, dan takut kalau kakaknya akan marah kepadanya.

"ABIANKA VIANDRAAAA!!" Emosi Dira kini menggelegar di kesunyian malam, dugaan Bian kali ini sangat lah tepat.

Kini Dira sangat geram pada adiknya itu, alhasil Dira menjewer telinga Abian. "Aws, aws sakit kakk" rengek Abian kesakitan. "Le-pasin"

Kali ini Dira mengampuni adiknya itu, "Oke, gue ampuni, lo. Tapi, kalo lagi gue gak bakal ampuni lo, ya!" Ancam Dira.

"I-iya kak, makasih kak. Bian sayang kakak,"

"Tapi gue gak sayang lo, dek!"

Mendengar ucapan kakaknya itu, Abian diam sejenak mengamati setiap ucapan yang di lontarkan oleh kakaknya itu. "Kak, kakak gak sayang Bian, Bian gapapa kok. Yang harus kak Dira tau Bian sayaaang banget sama kak Dira." kalimat ini yang bisa di lontarkan oleh Abian. Tapi, hanya bisa di ucapkan dalam hati.

"Oke, gapapa kak Dira gak sayang Bian. Bian terima,"

Setelah beberapa menit drama adik kakak itu berakhir, karena adanya ayah dari mereka yang mendengar kebisingan dari ruang keluarga.

"Ada apa nih? Dira kamu buat ulah lagi, ya?" Tanya si ayah yang langsung nuduh anak sulungnya itu.

"Apa sih pa, papa selalu nyalain Dira terus. Lagian Bian yang salah, Bian rusakin buku biologi milik Dira. Itu buku penting, lho pa." Ucap Dira penuh penekanan.

Kini ayah dari kedua anak itu menoleh ke arah Abian, "Apa bener yang kakak kamu ucapkan barusan?"

"Hm iya, pa. Tapi Bian gak sengaja kok," pengutaraan Bian sangat antusias.

NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang