"Jarang sekali ya guru killernya ga masuk, tapi untung jamkos." Ucap Ziel sambil menangkup kedua pipinya dengan kedua tangannya, dia sekarang sangat bosan. Dan berniat mengajak bicara orang di sampingnya itu, Enzo.
"
Iya, katanya dia sakit. Ziel, nanti istirahat kedua... Ba-Bagaimana kalau... Itu... Nanti–!" Enzo terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu, bahkan mukanya sudah merah sampai ke telinganya.
"Te-Tenang dulu, santai saja. Ada apa, tumben kau gagap seperti itu?"
"Maaf..."
'Dasar bodoh, kenapa kau malah terlihat bodoh di depannya...' Batin Enzo yang super tertekan sekarang.
"Nanti istirahat kedua, apa kau mau ke perpustakaan denganku? Sebentar lagi ada ulangan harian IPS dan Matematika, mungkin kalau ada soal yang tidak dimengerti, kita bisa saling membantu?" Ucap Enzo dengan segala keberaniannya itu.
Sebenarnya Enzo dan Ziel sering berhubungan saat di ponsel. Mereka memiliki kesamaan yaitu, tidak suka berbicara lewat text, kalau ada yang ingin dikatakan, pasti mereka akan saling telepon, diam-diam Aziel juga biasa mengirim pap ke Enzo.
"Boleh saja, sebenarnya memang ada beberapa materi yang belum aku pahami, untung saja aku memiliki teman yang pintar sepertimu."
Enzo seperti ingin berteriak sekarang juga, tapi ketutup sifat kalemnya.
"Baiklah."
Ziel akan menjadi tipe yang kalem jika berbicara dengan Enzo, dia tidak terlalu banyak bicara. Yang diketahui, Ziel pintar dalam berbagai hal, termasuk urusan rumah.
Bisa di bilang sifat Ziel dapat berubah-berubah tergantung siapa lawan bicaranya.
Enzo sudah merencanakan hal ini sejak lama.
Enzo walaupun pendiam dan kurang peka. Dia sebenarnya cowok yang romantis dan penyayang, tapi dia nggak ngerti cara tunjukkinnya, mau sepintar apapun dia, dia juga akan menjadi orang terbodoh dalam hal romantis. Bahkan dia pernah baca buku romantis agar dapat mengerti perasaan Aziel.
Nilai Ziel cukup tinggi di kelasnya, dan Enzo menyimpulkan kalau Ziel suka belajar (berkat buku romantis tersebut), sebenarnya memang sih, jika ada waktu luang, Ziel akan belajar sendiri. Yah, dia tidak benci belajar kok.
Saat waktu istirahat, seperti tujuan mereka, bersama ke perpustakaan untuk persiapan ulangan harian.
"Ah, ini ini. Rumus yang ini aku tidak tau caranya."
"Oh, itu. angka ini harus di kali silang terlebih dahulu, lalu dibagi menjadi 5, setelah itu kalikan lagi dengan 3."
Ziel mengangguk paham, dia sebenarnya sedikit sulit belajar di kelas karena di depannya itu ada orang yang agak tinggi menghalangi pandangannya, hanya melihat papan tulis saja butuh effort. Untuk tinggi badan Ziel itu setara dengan Sho 160an lebih.
Beberapa kali Ziel meminjam catatan Enzo karena dia ketinggalan, dan juga sudah beberapa kali Enzo menawarkan bantuan untuk Ziel duduk di depan. Tapi Ziel menolak dengan alasan "Tapi nanti tempat duduk kita jauh dong?"
Enzo mendengar itu hanya diam, yah dia juga tidak ingin sih teman ngobrol di sampingnya menghilang jadi ke depan.
Mereka hanya sempat membahas beberapa soal dan rumus. Bahkan mereka belum belajar IPS, tapi bel masuk sudah berbunyi.
"Kita bahkan belum selesai menyusun rumusnya..." Ziel terlihat kecewa.
Enzo tidak tahan melihat wajah kecewa Ziel lalu, "Ayo kita ke Cafe jalan xxx.xxx. kita lanjut belajar di sana... Bagaimana? Apa kau ada waktu??"
Ziel berbinar-binar. "Ayo! Bagaimana kalau pulang sekolah nanti?"
"Boleh, sekarang kita masuk kelas dulu. Bisa-bisa terlambat diomelin gurunya."
Ziel mengangguk dengan semangat.
Bahagianya jika memiliki teman yang menerima segala kekuranganmu.
.
.
.Saat pulang sekolah, mereka paling cepat keluar kelas lalu pergi ke cafe tujuannya.
Ziel sangat menyukai belajar bersama Enzo, karena Enzo yang berbicara tidak terlalu cepat, sabar, dan penjelasannya bahkan lebih mudah dipahami daripada diajar oleh gurunya sendiri.
Saat sampai, mereka langsung duduk di bagian belakang dan pojok.
"Aku akan memesan sesuatu, apa kau mau?" Tanya Enzo saat akan menuju kasir.
Ziel menggeleng, dia memang sedang tidak mood makan apa-apa.
Enzo melihat itu hanya langsung pergi ke kasir.
Dan saat kembali, Enzo membawa dessert rasa stoberi lalu menyodorkannya ke depan Ziel.
Ziel hanya menatap Enzo dengan penuh kebingungan.
"Untukmu, kau bukankah maniac stoberi?"
"Mana ada aku sampai maniac stoberi!? Aku hanya menyukai rasa stoberi."
Enzo hanya tersenyum. "Kalau begitu makanlah. Dessert di toko inilah yang biasa kuberikan padamu."
"Benarkah?! Dessert di sini sangat enak, stoberinya terasa meleleh di lidah."
Karena Enzo kepekaannya memang minus, jadi dia membuat buku catatan kecil tentang Ziel.
Saat Ziel moodnya kurang baik atau gamau makan. Dia akan mengirim dessert stoberi, atau apapun yang berkaitan dengan rasa stoberi ke rumahnya, lebih tepatnya di apartemennya. Enzo selain kasi makanan, dia juga sering kasi hadiah kecil kepada Ziel. Sampai sekarang rak apartemen Ziel penuh dengan barang panjangan kecil-kecilan dari Enzo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cari Teman Tapi Malah Jadi Jodoh [WEE!!! X MALEOC]
Romance[WARNING! FANFIC INI MENGANDUNG UNSUR BOYSLOVE/BL/BXB] "Memangnya seaneh itu ya warna mataku beda sebelah..?" -Aziel. "Menurutku itu unik, apa yang diberikan Yang Maha Kuasa adalah anugerah. Kau lucu dengan mata itu, percayalah." -Enzo. "Tidak..."...