"Ziel, nanti malam ada waktu? Ayo makan malam bersama. Aku yang akan memasak malam ini." Ucap Sho dengan tenang. Mereka sudah sering keluar bareng, misalnya makan, keliling, bermain. Love language Sho itu sebenarnya Quality Time sama physical touch loh.
"Hah? Serius? Sho memasak? Pertama kalinya aku melihatmu memasak, boleh deh. Nanti jam 6 aku ke rumahmu ya."
Kebetulan karena hujan-hujanan kemarin, Amu dan Upi lagi demam, jadi tidak akan ada yang mengganggu date mereka berdua, begitulah rencana Sho.
Walaupun ini pengalaman pertama bagi Sho seumur hidupnya, tapi dia akan berusaha bersikap profesional agar Ziel tidak ilfeel dengannya.
Jujur saja, Sho dari dulu tidak pernah berada dalam suatu hubungan, jadi Ziel adalah first love-nya. Baginya, Ziel adalah orang yang berhasil membuat dunianya lebih berarti, layaknya bintang yang menerangi gelapnya malam dengan kesempurnaannya. Ya, Aziel itu sempurna di mata Sho.
"Kalian mau adain party nanti malam? Kami ikut~" ucap Kiki yang tiba-tiba nongol di belakang, juga ada Toro.
"Sorry bro, ga trima ta–"
"Ayo bareng! Lebih ramai lebih seru!" Ucap Ziel.
'Si4l4an, aku lupa masih ada mereka berdua...' batin Sho.
Walaupun tidak ada Amu dan Upi yang mengganggu. Tetap saja masih ada Kiki dan Toro.
Aziel anak baik, aura positifnya sangat terasa, jadi sirkel itu sedang berusaha mendekatinya.
Mereka mengira kalau kedekatannya dengan Ziel masih kurang, padahal bagi Ziel, mereka sudah dianggap sebagai teman dekat.
"Jangan ganggu kami."
"Shoo, jangan mau menang sendiri. Kau kan sudah dekat dengan Ziel." Ucap Kiki yang diangguki Toro.
"Eh, bolehkan aku panggil kau Ziel?" Tanya Kiki lagi.
"Huh? Tentu saja?" Ziel sedikit bingung, kan panggilannya emang Ziel.
Yah, dengan kegeraman Sho, mereka juga pada akhirnya terdampar di rumahnya.
"Sho, katanya kau mau masak?" Tanya Ziel.
"Ah, udahlah. Udah malas." Ucapnya.
"Hadeh, kebiasaan emang."
"Kalau gitu, Sho pinjam dapurnya, aku masak mie aja." Ucap Toro.
"Pake aja."
Toro dengan aura bunga-bunga mendekati dapurnya. Lalu terdiam saat melihat seekor kecoa.
"Tunggu bentar, ya."
Dan saat kembali, dia membawa rombongan. Sho sudah memegang sapu lidi, tapi tetap saja dia takut, yah, sambil menggendong seekor kucing.
"Ayo cing, tangkep!" Ucap Sho.
"MEH!!!" Kucingnya langsung kabur dari gendongan Sho, artinya ga mau.
"Dasar kucing ga guna!"
"Mungkin dia takut karna ukuran kecoanya terlalu gede..." Ucap Ziel yang sembunyi di belakang Toro.
Gawat, dari mereka ber-4 tidak ada yang berani sama serangga, terutama kecoa.
"Si-Sini biar kucoba." Kiki mengambil sapu lidi dari tangan Sho lalu maju.
"Kecoa doang, ngapain takut, kan. Maap ya kecoak, BISMILLAH!"
Geprak!
Kecoanya malah naik ke tangan Kiki.
"..."
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!"
"WOI KABUR WOI! KECOA TERBANG!"
"AKU PALING BENCI KECOA! USIR WOI USIR!!!!"
Mereka yang panik langsung mengambil senjata, berupa pistol, peralatan dapur, dan gas pembasmi makhluk hidup.
Pikiran mereka hanya mengusir kecoa, sampai rumah Sho meledak dikit.
Jendelanya pecah semua, temboknya bahkan retak, untung tidak hancur.
Walaupun sudah separah itu, kecoanya dengan selamat terbang keluar lewat jendela.
Bisa dibilang usaha mereka tidak sia-sia untuk mengusir seekor kecoa.
Ziel bahkan sudah kehabisan tenaga.
"Ka-Kali ini beneran, aku masak dulu..." Ucap Toro dengan susah payah.
"Sho... Peralatan dapurmu ke mana semua?" Tanya Toro.
"Ah itu..." Ziel ragu untuk menjawabnya.
"Aku sama Ziel panik, dan kami melempar barang yang ada di sekitarnya." Ucap Kiki.
"...."
"Yaudah, malam ini order makanan aja..."
.
."Akhirnya kenyang juga."
"Udah kayak habis kerja rodi aja kita."
"Iya, hancurin rumah orang."
"Hehe."
"Kalian mau sampai kapan di sini? Udah malem loh, gak pulang?" Tanya Sho.
"Besok tanggal merah, kami nginap aja deh." Ucap Toro.
"Doggo, hari ini tidur di luar dulu ya, jangan jilat mereka ataupun barang mereka."
"Woof!!!"
"Pinter."
Akhirnya setelah kelelahan Doggo (anjing milik Sho) melihat kerusuhan para manusia-manusia itu, mereka masuk ke dalam fase tidur.
Yang paling syok adalah Doggo, melihat pengeboman rumah di depan matanya.
"Kalian tidur di kamar lain, oh iya, kamarnya cuman ada 2. Ziel di sini sama aku aja, kalian tidur bareng di kamar sebelah." Ucap Sho.
"Cari kesempatan di dalam kesempitan, ya." –Kiki.
Jam 02.34
"Sho, Sho?"
Ziel menggoyangkan badan Sho saat melihat dia seperti orang yang mau mati, lebih tepatnya mimpi buruk.
"Sho!"
"Hah-!"
Sho langsung mengubah posisinya menjadi duduk dengan napas sesak.
"Sho, kau baik-baik saja? Mimpi apa? Mimpi buruk?" Tanya Ziel.
"...Aku ga ingat mimpi apa."
"Kau belum tidur? Sudah semalam ini. Kenapa kau pegang kamera?" Tanya Sho untuk mengalihkan pembicaraan.
"Oh ini? Aku sedang memotret, tanpa sadar udah jadi hobiku, mungkin kebiasaan ini muncul sejak masuk ke ekstra fotografi."
"Benarkah? Coba kulihat fotonya."
"Lihat saja."
"Banyak sekali... Aku bahkan tidak sadar kau sering memegang kamera."
"Karna biasa aku bawa kamera kecil, yang gampang untuk simpan di mana-mana."
"Di apartemenku ada photoshoot gallery yang isinya aku sama Sho juga." Ucap Ziel.
"Beneran, hanya kita...?" Sho tercengang mendengar itu. Apa dia termasuk orang berharga bagi Ziel? Itu akan membuatnya senang.
"Hmm, entahlah, tidur saja, udah malam~" Ziel merebahkan tubuhnya tanpa menjawab pertanyaan dari Sho.
Yah, Sho dan Ziel sering jalan-jalan. Dan mereka juga sering foto, tentu yang ngajak adalah Ziel.
Bagi Ziel, Sho abadi pada fotonya.
Sepanjang malam, Sho tidak bisa tidur saking senangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cari Teman Tapi Malah Jadi Jodoh [WEE!!! X MALEOC]
Romance[WARNING! FANFIC INI MENGANDUNG UNSUR BOYSLOVE/BL/BXB] "Memangnya seaneh itu ya warna mataku beda sebelah..?" -Aziel. "Menurutku itu unik, apa yang diberikan Yang Maha Kuasa adalah anugerah. Kau lucu dengan mata itu, percayalah." -Enzo. "Tidak..."...