Setelah beberapa kali lamaran, akhirnya Milky keterima kerja di perusahaan asing yang bersedia menggajinya di atas UMR walau dirinya belum banyak pengalaman.
"I'm so lucky!," teriak Milky girang pada orang-orang di meja makan. Saking girangnya, ia mentraktir keluarganya yang terdiri dari ayah, ibu, kakaknya dan suaminya, termasuk Junar. Mereka semua cuma bisa geleng-geleng kepala.
"Kamu memang beruntung, sis," ucap Xilo, kakak perempuannya, yg beda lima tahun darinya.
"Pastikan kamu bekerja dengan benar, Mil," ucap ibunya khawatir pada anak bungsunya yang manja.
"Nama CEO nya Gian Zachary, umur 37 tahun. Dia Asia Amerika datang ke Indonesia sepuluh tahun yang lalu untuk investasi disini. Perusahaannya berkembang pesat. Orangnya cukup ramah dan sudah lancar berbahasa Indonesia."
Mereka semua mendengar dengan seksama penjelasan dari pak Irfan, tentu saja dia sudah menyelidiki perusahaan tempat anaknya akan bekerja. Milky memutar bola matanya.
"Tterima kasih atas penjelasan panjang lebarnya, pa." Ayahnya harus sedikit santai perihal dirinya, pikir Milky.
Mereka semua menertawai wajah bete Milky. Junar pun langsung menghiburnya dengan mengelus tangan Milky di bawah meja. Perhatian kecil Junar itu langsung memperbaiki suasana hatinya.
Mereka semua menikmati acara makan malam itu dengan tenang sebelum Milky mulai bekerja besok.
...
Keesokan harinya.
Milky merasa tegang sekaligus semangat di hari pertamanya bekerja. Ia pun disambut ramah oleh seniornya yang bernama Aruna, sekretaris yang akan berhenti setelah mendapat penggantinya.
"Tidak perlu gugup, Mil. Santai saja, kamu punya latar belakang kuliah bisnis dan ada pengalaman magang menjadi sekretaris di perusahaan eksport import. Kamu akan belajar cepat," ucap Aruna sambil tersenyum.
"Iya, terima kasih, kak," balas Milky agak lega.
Seharian itu Aruna mengajari Milky tugas-tugas yang harus dilakukan sekretaris disana. Tidak terlalu susah, Milky merasa sanggup dengan pekerjaan ini.
"Untung bos kita tidak terlalu banyak maunya. Selama saya jadi sekretaris, cuma dia bos yang paling ramah dan jarang marah. Sayangnya... saya harus resign untuk menjaga anak-anak di rumah, padahal saya cukup betah disini," ucap Aruna bercerita pada Milky.
"Gitu ya, kak," balas Milky.
"Iya, kamu sangat beruntung, Mil. Di antara seluruh lamaran yang masuk dia hanya memilihmu."
Milky cukup kaget mendengar hal itu
"Masa, sih? Kok bisa?"
"Saya juga tidak tahu. Ketika melihat lamaranmu ia langsung tertarik dan tidak melihat lamaran lain lagi."
Ya ampun, Milky jadi semakin penasaran pada bosnya itu.
"Tapi, sepertinya Gian tidak salah pilih. Kamu mudah beradaptasi, Mil. I like you already," ucap Aruna yang membuat Milky tersipu.
"Te.. terima kasih, kak."
...
Beberapa jam kemudian.
Milky heran, sudah jam dua siang dan tidak ada tanda-tanda kedatangan bosnya itu. Ruangan di dekat mejanya masih kosong dan rapi.
"Hmm, kak. Boleh aku tanya?," tanya Milky.
"Ya?"
"Bapak Gian kenapa belum datang?"
Di luar dugaan, Aruna malah tertawa mendengar Milky menyebut Gian dengan 'bapak.'
"Sorry, Milky. Saya jadi geli mendengar Gian dipanggil 'bapak.' Yah, walau memang sudah bapak-bapak sih ya."
Milky juga jadi ikut tertawa bersama Aruna walau agak tak mengerti apa yang lucu. Memangnya ada yang salah manggil bapak pada orang yang lebih tua?
"Gian itu maunya dipanggil nama saja. Yah, biasalah orang-orang Amerika kan memang gitu. Biar kesannya lebih akrab dan setara," ucap Aruna.
"Oh, begitu... Lalu kenapa sampai sekarang dia belum datang, kak?"
"Sebentar lagi juga datang, kok. Dia memang suka datang setelah makan siang."
Milky hendak bertanya lagi, namun Aruna keburu berdiri.
"Nah, itu dia orangnya. Baru juga diomongin."
Milky ikut melihat ke arah pintu kaca yang terbuka dan terpukau. Ia baru mengerti kenapa Aruna bilang bosnya tidak pantas dipanggil bapak.
Pria yang baru datang tidak terlihat berumur 37 tahun, tubuhnya masih bugar dan atletis. Wajahnya juga sangat tampan, tidak terlihat bapak-bapak, malah lebih mirip aktor.
Milky pun berusaha tersenyum ramah menyambut atasannya. Gian menyampiri dan menyalami Milky. Genggaman tangannya kuat, pikir Milky.
"Nice to meet you!," ucap Gian sambil tersenyum.
"Nice to meet you too, sir!," balas Milky.
"Please jangan sebut saya 'sir.' Panggil nama saja," ucap Gian.
"Hah? Baik... Gian," ucap Milky ragu.
"Better," ucap Gian tersenyum sebelum masuk ke ruangannya, meninggalkan Milky yang terpaku. Sampai Aruna menegurnya.
"Mil, Mil, Milky!," panggil Aruna.
"Eh..eh, iya, kak? Maaf aku melamun."
Aruna tidak marah, sebaliknya malah tersenyum
"Kenapa? Terpesona ya?"
"Nggak kok, kak," sanggah Milky, tapi mukanya memerah. Aruna terkekeh geli.
"Nggak apa-apa. Bos kita memang ganteng kok. Sekarang ngerti kan kenapa saya betah? Hahaha," ucap Aruna sesaat melupakan suaminya.
Milky sendiri hanya tersenyum mendengar kalimat Aruna, karena hatinya sendiri bergejolak. Sepertinya hari-harinya bekerja disini akan menarik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Nyata Milky
ChickLitApa jadinya seorang ratu tanpa raja? Tanpa raja, ratu bukanlah siapa-siapa. Rumah adalah orang, bukan tempat. Cinta segitiga antara Milky, Gian dan Junar.