Milky langsung merasa bersalah pada wanita itu. Apa yang ia lakukan disini dengan pacar orang lain?
"Kalau gitu, aku pergi saja. Gawat kalau aku disini," ucap Milky beranjak keluar kamar.
"Milky, tunggu!," Junar menahan lengan Milky.
Milky menoleh dan menunggu apa yang akan dikatakan Junar.
"Nggak apa-apa. Dia baru saja boarding ke Jakarta. Kapan-kapan kukenalkan, ya."
"Apa dia tahu kita berdua malam ini?"
Junar tidak menjawab. Milky melepaskan tangan Junar di lengannya.
"Beritahu dia! Kalau pacarmu nggak keberatan, baru aku mau pergi denganmu!"
"Dia sudah tahu!"
"Hah? Apa?," tanya Milky kaget.
"Dia sudah tahu tentang kita, Mil. Aku sudah cerita semuanya."
"Beneran?"
"Sumpah pocong!"
Milky pun jadi tertawa mendengar Junar bersumpah seperti itu. Junar lega melihat Milky tersenyum lagi.
"Jadi pergi kan? Yuk! Aku lapar banget," ucap Junar merangkul bahu Milky untuk keluar kamar.
"Kok dia bisa nggak cemburu gitu kalau kita berduaan, Jun? Btw, namanya siapa?"
"Iya, dia memang baik banget. Namanya Sienna."
"Kalian kenal dimana?"
Junar pun menceritakan kisah pertemuannya dengan Sienna sepanjang jalan menuju restoran. Milky mendengarnya dengan penuh minat.
Maaf, Mil. Aku membohongimu. Sienna memang tahu tentang kita, tapi dia nggak tahu kita hanya berdua malam ini, pikir Junar.
Flashback
"Pelayan wanita itu mantanmu kan?," tanya Sienna.
"Iya."
"Tidak kusangka kita bertemu dengannya disini," ucap Sienna.
"Iya."
"Kamu tidak apa-apa?"
"Tidak apa. Biasa saja," ucap Junar tersenyum.
"Good! Dia juga kelihatan baik-baik saja. Sebaiknya tidak perlu berinteraksi yang tidak perlu lagi dengannya, Jun."
"Aku hanya menolongnya tadi."
"Aku tahu," ucap Sienna tersenyum sambil mengenggam tangan Junar.
Now
"Syukur di Amerika nggak ada pocong," gumam Junar.
"Hah? Apa? Suaramu kekecilan," ucap Milky.
"Nggak apa-apa," balas Junar tersenyum.
Di restoran, sehabis Junar bercerita tentang Sienna. Ia pun bertanya tentang Gian.
"Gimana... kamu dan Gian?"
Milky terdiam dan terlihat muram. Junar juga jadi ikutan serius.
"Dia... dia sudah meninggal setahun yang lalu, Jun," jawab Milky agak bergetar.
"Oh, ya? Kenapa?," tanya Junar kaget.
"Kanker otak."
"Oh," balas Junar. Ucapan-ucapan belasungkawa hanyalah klise belaka menurutnya. Lebih baik diam saja, pikir Junar.
Milky kemudian memandang ke arah Junar.
"Kumohon maafkan dia, Jun. Aku tahu kami menyakitimu, tapi dendam saja padaku, jangan dia. Akulah yang pergi meninggalkanmu, bukan Gian. Biar dia bisa istirahat dengan tenang," ucap Milky.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Nyata Milky
Literatura FemininaApa jadinya seorang ratu tanpa raja? Tanpa raja, ratu bukanlah siapa-siapa. Rumah adalah orang, bukan tempat. Cinta segitiga antara Milky, Gian dan Junar.