Ciuman

253 1 0
                                    

Sejak itu, Milky memutuskan untuk menjaga jarak dengan Gian. Ia tidak ingin terbawa perasaan jika keseringan bersama dengan pria itu. Milky berusaha memfokuskan diri dengan pekerjaan.

Ajakan makan siang dari Gian pun kian ditolak, karena Milky memilih makan siang dengan Junar. Jika Junar tidak sempat, Milky memilih makan bersama dengan karyawan lain. Untunglah Gian juga tidak mempermasalahkan hal itu.

Sayangnya, walau berusaha menghindar. Keadaan tetap memaksa mereka harus bersama.

Seperti saat ini, ketika permintaan order masuk gila-gilaan akibat situasi perusahaan pesaingnya mendadak bangkrut.

Gian hampir setiap hari lembur sampai malam untuk membuat proposal-proposal baru, walau ada tim marketing tapi Gian sebagai CEO memastikan data-data sudah benar, mengecek dan memperbaiki semuanya, memastikan jika ada yang luput dari timnya. Milky sebagai sekretaris tentu harus menemani dan membantu Gian.

Gian bersandar di kursinya ketika pekerjaan selesai dan memperhatikan Milky yang membereskan dokumen-dokumen.

"Terima kasih atas bantuanmu beberapa hari ini, Milky. Kamu tidak hanya cantik, tapi juga cerdas dan bisa diandalkan," puji Gian.

Jangan ditanya debaran hati Milky dipuji Gian seperti itu. Ia berusaha menyembunyikan rasa senangnya namun sulit.

"Really?," tanya Milky tersipu.

"Iya, kemajuanmu luar biasa sejak pertama kali masuk sampai sekarang," ucap Gian.

"Kalau begitu bisa naikkan gaji?," tanya Milky.

Raut wajah Gian mendadak serius, Milky jadi merasa tidak enak.

"Maaf, Mil. Kita sudah ada peraturan di perusahaan bahwa kenaikan gaji hanya dilakukan setahun sekali. Bukankah bagian HRD sudah menjelaskan hal itu dari awal?"

"Astaga, Gian! Aku cuma bercanda, aku sudah paham peraturan itu," balas Milky sambil tertawa.

Gian pun ikut tertawa dan menjitak kepala Milky. Bisa-bisanya ia ditipu bocah!

"Dasar!," ucap Gian.

Milky merasa Gian sangat lucu dan senang berhasil mengerjai bosnya ini. Milky sudah hampir selesai beres-beres sambil senyum-senyum.

"Tapi... aku bisa memberimu bonus, Mil. Di luar gaji. Tergantung pemasukan kita nanti," ucap Gian sambil tersenyum.

"Really?," tanya Milky. Siapa yang tidak senang dapat bonus. Walau Milky sudah kaya, tapi tentu saja beda rasanya kalau uang hasil jerih payah sendiri.

"Iya, nanti biar papa lihat apa yang papa bisa lakukan, kan kamu butuh uang untuk nikah," ucap Gian.

Milky memutar bola matanya. Mereka memang suka bercanda satu sama lain. Gian suka menyebut dirinya 'papa' ke Milky kalau sedang iseng.

"Iya, iya, terserah dirimu saja," balas Milky malas, membuat Gian tertawa.

Mereka pun jalan beriringan menuju lobi.

"Gimana kamu pulang? Pacarmu jemput?," tanya Gian. Milky menggeleng.

"Tidak, karena dia lembur juga. Aku naik taksi saja," jawab Milky.

"Biar kuantar."

"Eh, no need. Aku bisa naik taksi, kan sudah dapat voucher dari kantor."

"Tidak apa, save it for later. Biar kuantar malam ini," ucap Gian.

Milky tidak kuasa menolak tawaran Gian untuk kedua kali. Ia pun masuk ke mobil BMW milik Gian. Namun ketika hendak memakai sabuk pengaman, Milky kesulitan menariknya. Gian mencondongkan tubuhnya ke arah Milky untuk membantu.

Kisah Nyata MilkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang