Anak Donatur

34 20 0
                                    

Di bawah pohon, seorang gadis berseragam putih abu-abu tengah duduk bersela dengan punggung yang bersandar pada batang pohon. Semilir angin yang menenangkan membuat suasana hatinya ikut tenang. Anakan rambut di sekitar pelipisnya sedikit bergoyang karena terpaan angin tersebut.

Matanya tertutup sejak beberapa menit yang lalu. Matanya tertutup bukan berarti ia tertidur. Ia hanya ingin ke tempat yang mampu membuatnya merasa tenang. Salah satunya tempat ini--yang berada di belakang sekolahnya. Dimana pohon yang cukup besar ini yang sering ia datangi. Meski banyak rumor yang mengatakan tempat ini angker karena keberadaan pohon ini. Jadi jarang sekali mereka menginjakkan kaki ke wilayah tersebut.

Tapi bagi Deva, gadis itu merasa beruntung karena adanya rumor tersebut, ia merasa tak terganggu ketika ingin menyendiri.

Sungguh menenangkan, namun tak lama kemudian, sebuah tepukan kecil berhasil membuatnya tersentak kecil.

Saat ia membuka matanya, ternyata yang menepuknya adalah murid baru tadi, Renki.

Renki berjongkok. "Cewek pohon? Itu lo kan? Yang neduh di bawah pohon kemarin pas hujan." Tanyanya memastikan jika ia tak salah menebak.

Deva mendengus mendrngar nama panggilannya. "Ngikutin gue lo?" Renki tertawa kecil karena bukannya menjawab, Deva justru bertanya balik kepadanya. Ia tau kalau Deva sedang berusaha mengalihkan topik.

"Enggak. Emang sedari tadi gue di sini. Lo kali ngikutin gue. Orang gue udah ada di atas pohonnya dari tadi. Terus pas turun ternyata ada orang lain di sini." Ucap Renki menyanggah.

"Gak mau masuk ke kelas? Bel istirahat udah mau berakhir. " ucapnya sembari menunjukkan jam tangannya.

"Lo sendiri? Ada ya, murid baru yang baru pertama kali masuk sekolah bukannya masuk ke pagian, ini masuknya ke siangan. " Renki terkekeh.

"Ada. Gue orangnya." Deva mendengus. Ia berdiri seraya membersihkan roknya yang terkena debu. Lalu berjalan meninggalkan lelaki tersebut.

***

"Deva! Lo dari mana, sih. Lo belum makan kan? Nih, gue beliin dua bungkus Roti selai keju kesukaan lo, sama susu kotak rasa coklat dua."

Deva mengambilnya. Lalu menyerahkan uang senilai 20.000 rupiah kepada Zena.

"Padahal gak usah bayar gak papa kok. Gue ikhlas. Tapi gak papa juga sih, lumayan buat beli cilok nanti. Hehe."

Deva berjalan di ikuti Sena di belakangnya. Ia duduk dengan Zena yang berada di depannya. Orang yang akan duduk di sampingnya sedang tidak masuk sekolah dengan keterangan ijin. Sebenarnya tempat duduk kelas ini sudah ditentukan oleh wali kelas mereka. Dan bersifat tidak dapat dibantah. Jika bisa, mungkin ia akan duduk sebangku dengan orang yang berada di depannya ini--Zena.

Deva menaruh roti beserta dua susu kotak itu ke dalam tas ranselnya. Ia akan memakannya nanti saja karena sekarang sudah memulai jam pelajaran selanjutnya.

"Titi, makasih ya udah mau repot bantuin kita buat bawa tas kita ke sekolah tadi pagi. Janji deh, ini yang terakhir," ucap Zena sambil mengangkat telapak tangan kanannya ke sebelah wajahnya.

Etika Lauren. Itu nama gadis di sebelah Zena. Etika atau sering di panggil Titi oleh Zena merupakan tetangganya. Nama panggilnya  adalah Tika. Gadis yang rambutnya sering dikepang dua dengan tahi lalat di samping mata kanannya itu ketika berangkat ke sekolah, ia memang sering melewati area perumahan Zena. Hampir setiap hari Zena menitipkan tasnya dan juga Deva--dimana saat itu Deva sedang menunggu di depan rumah Zena untuk berangkat sekolah bersama.

Your PresenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang