21+ tapi boong
Ini kemajuan... Sejak sebulan yang lalu, Samuel selalu mengusahakan untuk balik lebih cepat. Bahkan, kalau ada pekerjaan yang belum selesai Ia membawanya ke rumah dan lanjut bekerja di ruang kerjanya atau balkon.
" Permisi, mas.... ", Hanin mengetuk kusen pintu geser balkon meminta izin Samuel untuk masuk. Tentu saja, Sam pasti tidak mendengarnya. Apalagi jika Sam masih menatap laptopnya seolah tanpa berkedip, suara lembut itu kembali bertanya. " Mas... Hanin masuk boleh ? ", Sam tidak menjawab.
Ini yang ketiga kalinya, Hanin baru akan menerobos masuk jika Sam tidak menjawab. Hanin agak mengeraskan suaranya, " Mas, Hanin bikinin teh ini ". Sam tetap tak menjawab, akhirnya Hanin masuk. Meletakkan secangkir teh di meja kecil samping sofa, " Mas, maaf Hanin nerobos masuk... Hanin mau kasih tau, Hanin bikin teh buat mas ". Hanin menjelaskan alasannya masuk ketika Sam mulai menyadari kehadirannya di sampingnya, " Ya, taro aja di meja sana ".
Hanin tersenyum, si suami terlalu sibuk bergelut dengan laptop sampai tak sadar jika cangkir teh nya memang sudah ada di sana sebelum Sam menyuruhnya.
" Kalau capek, tolong berhenti mas. Jangan di lanjut " pinta Hanin, baginya kosakata harian itu terdiri dari tiga elemen yaitu tolong sebelum menyuruh, maaf jika salah, dan terimakasih ketika menerima. Dia tidak menyuruh suami untuk mencontohnya, tapi dia akan lebih bahagia jika suaminya mengikutinya.
Hanin duduk di sofa, menatap suaminya yang sedang bekerja. Suaminya macho, sifatnya tegas, dingin, dan kasar. Namun, visual yang dimiliki Samuel benar-benar membuat Hanin lemah.
Masalah sifat, itu dapat di perbaiki seiring waktu berjalan. Kepribadian orang terdekat dapat ditularkan, Hanin bisa berharap sosok nya yang dianggap orang hangat dapat menular ke Samuel. Yang jelas, Samuel sudah cukup baik dari sebelumnya.
Samuel menutup laptop nya, Menatap Anin dengan raut letih. Hanin jadi tak tega ingin berbicara hal-hal berat dengan Samuel, tapi Sam mendekatinya ketika melihat mulut kecilnya manggut-manggut.
Sam menengguk teh buatan Anin, cita rasanya menggambarkan sosok Hanin. Membuat tenang dan seolah-olah mengangkat segala letihnya, Ia hanya butuh Hanin untuk pelipur laranya.
Sam merogoh kantong celananya, untuk malam ini ia ingin mengapresiasi Hanin. " Dek, aku tadi survei Mega Mall dan ngelihat ini... Ini cantik buat kamu ", sebuah kalung Winst*n Cluster Pink Sapphire and Diamond Pendant itu tak dapat membohongi mata Hanin. Ia terkejut, kalung ini tak bisa didapatkan di Indonesia. Suaminya berbohong dengan baik untuk sebuah kalung yang sudah di pesan dengan hati-hati, Hanin menghela nafas.
Ini terlalu mahal... Ini harganya lebih dari 7000 dolar atau setara ratusan juta setidaknya
Hanin hanya bisa tersenyum, ia merasa keberatan. Walau dulu keluarganya adalah konglomerat, ia tetap merasa ini pemborosan uang suami.
" Mas, makasih untuk hadiahnya... Hanin suka, tapi lain kali uangnya di simpan aja ", Sam kini terdiam. Bukankah seharusnya istrinya bereaksi senang dan sumringah ? Ia memasangkan kalung itu di leher Anin, tapi hatinya tak puas.
Bukankah perhiasan yang di bawa Hanin dari rumahnya adalah brand-brand ternama dan terkenal, seperti Harry Winst*n, Tiff*ny & Co, Mikim*to, dan C*rtier...
" Dek, aku yang sekarang gak bakalan bangkrut walau beli barang-barang itu puluhan kali " jelas Samuel, Hanin menggeleng. " Hanin bukan ngeremehin, Mas... Tapi kita perlu nabung, buat anak kita... Nanti ", suara Anin menciut... Inikah yang membuatnya sedih ? Hanya seorang anak ?
Samuel terdiam, keduanya sudah pernah tes kesehatan sebelum menikah dan dokter bilang mereka berdua sehat. Cairannya sehat begitupula dengan Hanin, namun dua tahun lebih ini mereka belum dikaruniai anak.
" Mas... Aku istri gak guna ya, Mas pasti kecewa sama Hanin " cicit Hanin kecil, matanya mulai berkaca-kaca. Samuel menghela nafas, " shut, siapa yang ngajarin Anin bilang gitu ? ". Hanin semakin terisak, tentu saja sang mertua yang bilang begitu.
" Mas... tapi kita udah dua tahun, teman ku aja udah punya anak dua sekarang. Pasti.. Ada masalah sama Hanin ", bulir demi bulir jatuh ke pipi nya. Samuel menangkup pipi Anin dengan kedua tangannya, " Anin gak salah, Anin gak salah " bantah Sam. Ketika Anin ingin berkata lagi, Samuel membuatnya terdiam.
" Ayo kita program lagi ", Samuel peka dengan Hanin. Ia makin menyesali perbuatannya seolah-olah melupakan istrinya, tapi ia benar-benar ingin membuat Anin bahagia dengan bisa membeli apapun dengan uang berlimpah.
" kita udah pernah coba, tapi gagal " nada itu seolah putus asa, Samuel perlahan merengkuh Hanin. " Ingat, anak itu titipan tuhan... kecewa boleh, tapi jangan putus asa, Anin. Takdir mesti di jemput, makanya kita harus usaha ", Sam mengecup pucuk rambut Anin. Hatinya benar-benar seolah teriris-iris oleh pisau tak kasat mata, malam ini mereka menghangatkan satu sama lain. Saling melebur dalam lara yang berdatangan tanpa diundang, hingga tertidur menantikan esok pagi yang semoga saja membawa angin baik.
" Anin, aku selalu berharap kamu selalu senang dan bahagia "
••••••••
" Hanin jadi istrinya Samuel ? ", sosok pria itu tampak tak percaya. Ia telah menunggu seorang Masayu Dwi Hanin selama dua tahun dan tidak ada yang memberi taunya jika wanita yang ia cintai menikah. Bahkan, Hanin itu sendiri ? Kabar pernikahan nya tak tersebar !! Seberapa sederhananya ia menikah ?
" Samuel, samuel mana ?! Samuel Arva Kanendra ? Si CEO baru yang katanya briliant ? ", si pemberi informasi mengangguk. Pria itu kini tak habis pikir, sebegitu buruk kah dia di mata seorang Hanin ? Ia melempar hiasan keramik di atas mejanya.
Dia menempuh S3 di luar negeri agar pendidikan nya bisa setara dengan wanita itu, tapi kenyataannya Hanin telah meninggalkannya tanpa memberi tau. Wanita itu adalah teman kecilnya yang begitu ia sayangi, sesama anak konglomerat tentu ia merasa kesepian karena tidak ada anak sebaya dengan nya dengan kedudukan yang setara dan Hanin adalah satu-satunya.
" Tuan Adrian... Maaf baru memberi tau ", pyar !!! Satu persatu keramik hias milik Adrian hancur lebur di lantai kantor. Sektretaris Adrian menahan senyumnya, " Tuan muda, anda bisa mendapatkan segalanya... Perusahaan warisan Tuan besar akan jatuh ke tangan anda, anda bisa memenangkan persaingan ini. Tentunya, dengan rencana yang saya buat ".
Adrian membenarkan dalam hati dan menunggu kelanjutan dari ucapannya, " lanjutkan, Melissa ". " Saya mendengar, Nyonya Kane—maksud saya Nyonya Masayu tidak begitu puas dengan pernikahan nya ", Melissa sedikit mengompori Adrian. Ia sengaja menyebut Hanin sebagai Nyonya Kanendra, " Anda bisa membuat sedikit trik dengan mengagalkan salah satu program kerja perusahaan baru milik mereka dan mengompori Masayu yang ditinggalkan sendirian oleh suaminya yang sibuk bekerja ".
Melissa adalah wanita manipulatif tersembunyi dibalik sosoknya yang penuh senyuman dan Adrian setuju dengan rencana miliknya, Adrian butuh titik balik untuk merampas sosok Hanin dari pencuri dan dia akan memenuhi permintaan Adrian. Ia rela melakukan apapun asal demi Adrian... Walaupun Adrian tidak akan pernah menganggap sosoknya.
Adrian tersenyum puas mendengar rencana Melissa, Menghancurkan karier Sam sekaligus mengambil Hanin. Ini ide brilian untuk seorang Sam yang di sebut-sebut sebagai kincir pemutar uang, " It's like you're looking for death ".
KAMU SEDANG MEMBACA
How to make her happy
RomanceAku tau jika dia selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk ku, tapi... kenyataan nya bahagia ku itu sederhana. Cukup menghabiskan waktu bersama, menikmati manis dan pahitnya cinta. ------------ Samuel dan Hanin telah menikah lebih dari dua tahun...