Perusahaan Dijual

177 0 0
                                    

Di ruangan pak Irfan.

"Mana Milky?"

"Dia sedang kurang enak badan, om. Mungkin bisa ditunda pembicaraan ini?," ucap Junar sengaja memanipulasi. Ia tahu pak Irfan takkan mau menunda.

"Ya sudah, sama kamu saja bicaranya," ucap pak Irfan. Junar bernafas lega, syukurlah ia bisa menghindari Milky dari situasi ini.

"Jadi kenapa anak saya bisa sampai menangis, Junar?"

Junar pun menjelaskan secara jujur kecurigaannya tentang Gian pada pak Irfan. Pak Irfan mendengarkan seluruh penuturan Junar tanpa memotong. Bahkan Junar memperlihatkan video ketika Milky diselamatkan oleh Gian di villa.

Junar sudah menceritakan semuanya. Ia sangat menghormati pak Irfan, jadi sebagai yang lebih muda ia membutuhkan saran yang lebih tua.

"Baik, Junar. Saya menghargai kejujuran kamu, walau saya agak marah karena kamu baru memberitahu saya soal kejadian di villa itu. Nyawa anak saya hampir melayang dan sebagai ayahnya saya tidak tahu," ucap pak Irfan dengan tatapan tajam.

"Maaf, om. Saya hanya tidak ingin om dan tante khawatir," ucap Junar tidak membawa-bawa nama Milky, padahal Milky yang bersikeras mengatakan jangan memberitahu kejadian itu pada orang tuanya.

"Tapi tetap saja... lain kali hal sepenting ini harus beritahu saya. Saya percaya pada kamu, Junar."

"Baik, om."

Pak Irfan menarik nafasnya, kali ini ia akan membahas Gian.

"Tentang Gian, sebagai sesama pria saya bisa mengerti. Memang kalau dari ceritamu, sikap Gian ini sedikit mencurigakan. Tapi sejauh ini, tindakannya tidak menyalahi aturan dan masih dalam batas wajar."

"Tapi, om..."

Kali ini pak Irfan menyela Junar dengan tangan menandakan dia belum selesai. Junar pun menunggu kalimat pak Irfan selanjutnya.

"Tapi memang tidak ada salahnya waspada. Biar bagaimanapun, Gian itu pria dewasa, sedangkan Milky itu masih muda, naif dan polos. Saya memuji tindakanmu yang mengawasi Milky, Junar. Tetap bertahan seperti itu sampai kondisinya berubah. Sepertinya tidak akan lama lagi."

"Apa maksudnya?," tanya Junar bingung.

"Saya mendapat kabar dari salah satu kolega bahwa Gian akan menjual perusahaannya dengan harga tinggi dan kembali ke Amerika."

"Benarkah, om?," tanya Junar antusias. Tentu saja ia sangat lega jika Gian pergi dari Indonesia, pergi dari hidup Milky.

"Sumbernya bisa dipercaya," jawab pak Irfan tersenyum.

"Kalau begitu... Milky?," tanya Junar.

"Untuk sistem dalam perusahaannya, saya kurang tahu. Tergantung pemilik perusahan selanjutnya. Bisa saja seluruh karyawan diganti, bisa juga masih sama. Hanya beda kepemilikan."

Junar mengangguk dalam diam. Pak Irfan pun melanjutkan.

"Jika memang Milky diberhentikan, itu tidak menjadi masalah besar. Dia ahli waris Arya Agung. Saya sudah punya rencana untuknya dan untukmu."

Junar memandang pak Irfan dengan tatapan bingung. Pak Irfan tersenyun

"Junar, sebentar lagi kamu akan menjadi menantu saya. Masuk ke keluarga Arya Agung. Saya ingin kamu dan Milky mengambil bagian di salah satu anak perusahaan. Tidak ada salahnya mulai belajar dari sekarang. Apa kamu bersedia?"

Mata Junar membelalak, tentu saja ia tidak akan menolak kesempatan ini. Posisi di perusahaan tempatnya bekerja sekarang sudah bagus, namun lebih baik lagi jika bergabung di perusahaan Arya Agung.

Kisah Nyata MilkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang