Masa Lalu Gian

74 0 0
                                    

Seminggu berlalu. Milky dan Gian bekerja seperti biasa. Milky tidak bertanya apapun soal gosip yang beredar mengenai perusahaan akan dijual ataupun tentang Gian yang akan kembali ke Amerika. Ia lebih memilih fokus pada persiapan nikah dirinya dengan Junar.

"Kamu terlihat nggak semangat, are you okay, Mil?," tanya Junar ketika mereka sedang test food.

"Nggak apa," jawab Milky datar.

"Kamu mau pilih chocolate fudge atau funfetti?," tanya Junar menunjukkan foto antara chocolate fudge atau funfetti. Milky menunjuk funfetti.

"Kalau antara waffle atau crepes?," tanya Junar menunjukkan foto waffle atau crepes. Milky menunjuk waffle.

"Bagaimana dengan sapi lada hitam atau ikan asam manis?," tanya Junar menunjukkan foto sapi lada hitam dan ikan asam manis.

"Kenapa harus aku yang milih, sih? Terserah kamu aja, Jun," ucap Milky mulai capek dan bete.

"Keluarin pendapat atau ngomong sesuatu, donk! Daritadi diam saja. Kamu lagi pms ya?"

"Bilang apa tadi?," tanya Milky, ia paling benci jika ditanya seperti itu.

"Sorry, baby. Jangan judes gitu, eh, tapi nggak apa sih. Kamu jadi semakin cantik kok," ucap Junar tersenyum sambil menyentuh dagu Milky.

Milky yang dipuji jadi agak terhibur, walau masih pelit senyum. Junar yang gemas pun mencium pipinya. Milky tidak menolak. Merasa mendapat lampu hijau, Junar lanjut memeluk Milky dari belakang.

"Uhmm," Milky mulai mendesah ketika tangan Junar mulai meraba-raba bagian tubuhnya.

"Eeh, maaf menganggu, pak. Sudah siap untuk pembayarannya?," tanya salah satu staf Wedding Organizer agak salah tingkah melihat sejoli yang sedang bermesraan.

"Oh, ya," jawab Junar melepas Milky dan menuju ke kasir untuk pembayaran di muka.

Milky mengekori Junar karena penasaran berapa biayanya.

Mata Milky melotot, 100 juta?! Ia pun memperhatikan Junar yang terlihat tidak masalah membayar jumlah segitu. Yah, memang pernikahan mereka rencananya mengundang banyak orang. Jadi wajar kalau besar budgetnya. Sedangkan, Milky hanya disuruh Junar membantu biaya yang ringan-ringan seperti souvenir dan kartu undangan. Itupun juga karena Milky yang memaksa.

Milky langsung merasa bersalah pada Junar. Entah kenapa Milky tidak terlalu bersemangat mempersiapkan pernikahan ini.

...

Di kantor.

Milky masuk ke ruangan Gian untuk tanda tangan dokumen ketika mendengar percakapan antara bosnya dengan seseorang di ujung telefon.

"Sure, I'm glad for the deal. See you soon," ucap Gian.

"Ini tolong tanda tangani," ucap Milky.

Gian pun membaca satu-persatu dokumen yang ditaruh Milky di mejanya. Sedangkan Milky mengamati Gian yang terlihat senang setelah menutup panggilan tadi.

Milky memang kesal dan kecewa pada Gian karena menyembunyikan hal penting seperti itu dari karyawan-karyawan lain. Padahal mereka berhak tahu, atau lebih tepatnya Milky yang kecewa karena Gian juga tidak cerita apapun padanya.

"Perusahaannya sudah laku?," tanya Milky tanpa basa-basi.

Gian reflek mendongak dan memandang ke arah mata Milky, terlihat agak terkejut. Well, surprised I know? Pikir Milky.

"Kamu menguping?," tanya Gian.

"Tidak! Gosipnya sudah beredar antar karyawan, jadi sudah bukan rahasia lagi!"

Kisah Nyata MilkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang