Nenek tua

274 44 1
                                    

Pagi ini, ia segera pergi dari goa tempatnya bersembunyi. Sebelumnya, ia telah merasakan kehadiran para pemburu yang berada beberapa kilometer dari nya dan langsung melarikan diri saat itu juga.

Berlari tanpa henti untuk menghindari kejaran pemburu, sampai ia berada di tengah hutan belantara yang terkenal akan mitos bahwa siapapun yang berani memasuki hutan itu, ia tidak akan kembali lagi.
Sudah bertahun-tahun jemima hidup seperti ini. Ia menyerah. Nanti, saat ia ditemukan oleh para pemburu ia akan berpasrah untuk menyerahkan diri nya di musnahkan.

Rasanya, ia lelah berlari terus menerus. Ia ingin menyerah kepada Dewi. Cukup baginya untuk hidup selama dua puluh tahun ini dengan hal buruk. Ia menyerah. Dewi, hamba mu ini menyerahkan diri nya kepada mu berharap engkau akan memberikan jalan keluar bagi takdirnya.

"Dewi, jika engkau masihlah enggan untuk membantu ku lagi, aku akan dengan senang hati menyerahkan diriku kepada para pemburu. Aku tidak akan berharap untuk dilahirkan kembali. Biarlah diriku menjadi butiran pasir di surga mu nanti"

Yah... Setidaknya jika ia mati ditangan pemburu, ia akan menjadi bagian dari surga nya. Cukup sudah dirinya hidup dengan buruk, saatnya ia meminta ganjaran kepada moon goddess jikalau ia mati diburu. Moon goddess harus bersikap adil kepadanya, ia tidak mau rugi untuk kedua kalinya.

Bunyi akan semak bergoyang membuat nya waspada. Melirik ke sekitar untuk mengecek apakah ada sesuatu disini. Dirasa aman, ia tertidur di atas rumput sembari bersantai sejenak untuk mengosongkan pikiran nya. Ia ingin mati dengan tanpa beban. Akan merepotkan jika ia mati, dewi malah menghidupkan nya lagi karna pikiran nya yang masih kesana kemari.

"Cih menyedihkan sekali hidupku ini. Kalau dipikir-pikir lagi, moon goddess itu hanya bualan semata. Mana mungkin ada seseorang yang mampu mengubah takdir. Yah... Moon goddess hanya cerita dongeng untuk anak anak saja."

"Kau terlalu meremehkan moon goddess anak muda" suara itu membuatnya lekas bangun dari tidurnya. Ia kaget saat melihat sesosok nenek tua yang telah berdiri disampingnya. Apakah ada seorang nenek tua yang tinggal disini? Mungkin legenda yang mengatakan hutan ini berbahaya hanya bualan semata.

"Yah... Sepertinya hidup mu teramat menyedihkan." Ujarnya seraya ikut menduduki dedaunan di atas tanah bersama Jemima.

"Nenek tua yang sok tau sekali anda" kekehan terdengar ditelinga Jemima. Ia tidak mau terlihat menyedihkan dimata siapapun.

"Cukup melihat kondisimu saat ini saja aku sudah dapat menebak nya. Jadi, apa masalahmu?"

"Banyak. masalah ku banyak sekali sampai-sampai aku tidak dapat mengingatnya satu persatu"

"Kedengarannya kau sangat tersiksa ya..."

"Tentu saja. Aku berharap bahwa dewi sialan itu akan mendapat ganjarannya karna telah membuat ku tersiksa" kesalnya. Tentu saja ia kesal karna hidupnya dibuat semenyedihkan ini.

"Aku akan membantumu"

"Apa? Kau akan membantuku untuk menghukum dewi itu? Memangnya apa yang akan kau buat? Apa kau tuhan dari seluruh dewa dewi?"

"Bertanyalah satu persatu. Jika kau bertanya seperti itu, bagaimana aku bisa menjawab pertanyaan mu" keluhnya saat mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Jemima.

"Tinggal jawab saja pertanyaan ku, kenapa kau meributkan nya?"

"Dasar, anak muda sekarang tidak tau bagaimana caranya bertingkah dengan yang lebih tua"

"Yahh, tidak ada yang bisa mengajari ku bertata krama. Semua orang menjauhiku karna second gender ku"

"Hidup didunia tanpa enigma mungkin memang berat bagimu. Tapi bagaimana jika aku membawa mu ke tempat kau akan dihormati sebagai enigma?"

"Cih... Memangnya kau bisa berbuat seperti itu?" Herannya. Bagaimana bisa seorang nenek tua biasa seperti dia dapat membawanya ke tempat istimewa seperti itu. Mungkin ia hanya ingin menghibur ku saja.

"Tentu saja aku bisa melakukannya. Jika kau bersedia, berlari lah terus kedepan. Jangan pernah menoleh ke arah manapun, jangan menghiraukan apapun. Terus berlari kedepan untuk mengubah takdir mu. Aku merestui mu" ucapnya seraya tersenyum. Sayup-sayup terdengar langkah kaki dibarengi dengan teriakan yang menggema oleh para pemburu.

"CEPAT TANGKAP MONSTER ITU!! JANGAN MEMBIARKAN NYA TERLEPAS LAGI" Teriakn perintah dari salah satu nya menggema di hutan ini. Jemima lekas menoleh kearah nenek tua tadi yang menyuruhnya untuk berlari kedepan tanpa berhenti.

Melihat Jemima yang sedang kebingungan, ia segera mengangguk kan kepalanya seraya menyuruh ia untuk lekas pergi dari sini.

"Pergilah, aku moon goddess merestui mu serta memberkati mu untuk selalu bahagia di setiap langkah mu. Ini adalah bentuk permintaan maafku karna telah membuatmu kewalahan" ujar nenek tua itu seraya mengungkapkan jati dirinya. Ia berubah menjadi seorang wanita muda dalam satu kedipan mata. Jemima melongo tak percaya akan apa yang ia lihat.

Ia tak menyangka, sedari tadi ia telah berbicara dengan dewinya. Moon goddess benar benar nyata. Moon goddess memberinya izin untuk mengubah takdir nya. Ia sangat bersyukur. Dalam hati ia memanjatkan segala puji syukur serta doa untuk dewi bulan.

Melihat moon goddess tersenyum terhadap nya, membuat ia bertekad untuk tetap hidup menjalani kehidupan baru yang akan datang nanti. Berharap ia akan hidup dengan lebih baik. Ia percaya akan moon goddess.

"Cepat pergilah" setelah sang dewi mengatakan kalimat terakhirnya, ia lekas berlari sekuat tenaga menghindari kejaran para pemburu. Seperti yang dikatakan oleh moon goddess, ia berlari kedepan tanpa berhenti ataupun menolehkan kepalanya ke arah manapun. Terus berlari kedepan mengejar takdir barunya yang tengah menanti ia disana.

"Terimakasih dewi, akan ku pastikan kali ini hidup ku akan jauh lebih baik dari pada sebelumnya. Akan ku pastikan bantuan besar mu ini tidak menjadi hal yang sia-sia. Terimakasih kasih banyak kepada mu Dewi" segala kalimat syukur ia panjatkan untuk sang dewi, atas bantuan nya ia menjadi semangat untuk mengubah takdir nya.

Ia terus berlari tanpa mengindahkan apapun. Walaupun ia merasa lelah, ia tetap berusaha untuk lari. Walaupun kakinya terasa akan kebas karna berlari selama beberapa hari, ia tetap berusaha untuk lari lebih jauh lagi. Sampai pada saat energinya hampir tak tersisa, ia melihat sekelebat cahaya didepannya. Bersinar cerah seakan memanggilnya untuk masuk.

Ia yakin, ini adalah jalan menuju kehidupan baru nya. Ia terus berlari sampai akhirnya ia masuk kedalam cahaya tersebut di iringi dengan kesadarannya yang kian meredup. Ia bahagia pada akhirnya ia mendapat bagiannya setelah bertahun-tahun tersiksa. Bertahun-tahun pula ia memohon kepada dewi, sampai akhirnya keinginan nya di kabulkan oleh moon goddess.

Ia berharap, kehidupan kali ini akan terasa sempurna. Ia harap ia hidup dengan damai tanpa adanya masalah. Semua harapan nya terus ia bayangkan. Berharap semua nya dapat terkabulkan. Sampai di detik terakhir kesadaran nya, ia melihat sekelebat bayangan sesosok pria didepannya tengah tersenyum seakan ia telah menunggunya dengan lama.

"Aku telah menunggu mu selama ini. Selamat datang di dunia ku, alpha"

Kalimat itu akan ia ingat sampai ia mati. Kalimat terakhir yang ia dengar sebelumnya kesadarannya menghilang dibarengi dengan bayang bayang sang pria dan suaranya.

Dewi, kami mohon kepadamu untuk memberinya takdir baik. Permohonan ini kami panjatkan untuk Jemima yang telah berjuang sendiri selama ini.

The enigma  || Jaemjen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang