Apartemen Gian.
Gian baru saja pulang, namun terdengar suara bel di pintunya. Ia mengecek untuk melihat siapa yang datang.
"Milky, apa yang ka...," tanya Gian ketika membuka pintu, namun ucapannya terputus karena Milky langsung mencium Gian.
Gian terkejut, berusaha melepas ciuman mereka dan memandangi Milky.
"Aku ikut denganmu. Kita akan bersama kan?," tanya Milky dengan mata berbinar.
Kalimat Milky membuat Gian menyeringai. Ia langsung menarik Milky masuk dan menutup pintu apartemennya.
"Hmm..mmm..mm," desah Milky.
Kini di kamar apartemen itu, terlihat sepasang pria dan wanita sedang berciuman panas.
Gian dan Milky saling meluapkan bara cinta masing-masing. Bibir dan lidah mereka saling bermain. Mereka begitu bergairah hingga kehabisan nafas.
"Hah, hah, hah," nafas mereka saling memburu. Kilatan di mata mereka menyiratkan nafsu.
Tanpa banyak bicara, Gian dan Milky saling menelanjangkan diri masing-masing. Gian langsung membaringkan Milky di kasur.
"God, you're so beautiful, Mil," bisik Gian. Pujian itu membuat Milky tersipu.
"So are you, Gian," balas Milky malu-malu.
Gian tersenyum dan mencium Milky lagi, seperti tidak ada puasnya. Sudah 10 tahun sejak Aliondra meninggal, Gian tidak pernah menyentuh wanita lagi.
Bibir Milky terasa sangat manis dan nikmat. Ciuman Gian berpindah ke hidung, pipi, telinga, leher Milky. Gian tidak hanya sekedar mencium, tapi juga mengecap setiap centi kulit Milky.
"Ah, ah, ah, Gian," desah Milky tak karuan, merasa sangat bahagia saat ini.
Permainan lidah Gian turun hingga payudara. Gian sempat berhenti dan memandang dua gundukan sempurna besar milik Milky.
"Wow," ucap Gian terpesona. Milky jadi merona karena Gian mengagumi bagian tubuhnya itu.
Gian menjilati seluruh permukaan payudara Milky kecuali putingnya, membuat Milky frustasi.
"Gian, please.."
"Please what? Hmm.."
Milky terlalu malu mengatakannya, ia pun reflek memainkan puting payudaranya sendiri, namun tangan Milky ditahan oleh Gian. Milky melotot, Gian menyeringai.
"Tubuhmu milikku sekarang, Mil. Jangan sembarangan menyentuhnya," ucap Gian, seperti terobsesi.
Milky hendak protes, namun Gian keburu mengulum, menjilat, menyedot, menggigit putingnya.
"Oh, oh, oh, God... Gian."
15 menit Gian bermain dengan kedua buah dada Milky, Milky sudah merasa bagian bawahnya sangat basah. Gian juga bisa merasakannya.
Ciuman Gian turun ke perut rata Milky, terus turun hingga hampir bagian sensitif Milky. Milky mengira Gian akan mengoralnya, namun ia kecewa ketika Gian berhenti dan berdiri.
"Gian, kenapa?"
Gian sedang menikmati pemandangan indah di kasurnya, mengamati tubuh Milky dari atas ke bawah, membuat Milky malu.
"Gian, berhenti melihatku seperti itu."
Gian tersenyum dan mendekati Milky. Ia mengangkat kaki Milky dan menciumnya penuh damba.
"Bagaimana kulit manusia bisa sehalus ini? You are a goddess, Mil," ucap Gian.
"Oh, oh, Gian... aku keluaar," desah Milky. Milky heran bagaimana rayuan, pandangan tajam dan ciuman Gian di kakinya bisa membuatnya begitu terangsang hingga reflek orgasme.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Nyata Milky
ChickLitApa jadinya seorang ratu tanpa raja? Tanpa raja, ratu bukanlah siapa-siapa. Rumah adalah orang, bukan tempat. Cinta segitiga antara Milky, Gian dan Junar.