Setelah perjalanan panjang yang memakan waktu 3 hari. Akhirnya kini Milky dan Gian tiba di sebuah rumah yang cukup besar. Rumah yang terletak di sebuah kota kecil di Arizona.
"Kita sudah tiba, Mil."
"Ini rumahmu? Indah sekali," tanya Milky memandang rumah yang dindingnya dari bata merah itu.
Mulai sekarang aku akan tinggal disini, kehidupan yang sama sekali berbeda dengan Indonesia, pikir Milky.
"Terima kasih. Sekarang ini rumahmu juga. Rumah kita," ucap Gian sambil menggandeng Milky masuk. Milky senang ketika Gian menyebut rumahnya sebagai rumah kita.
"Welcome home, Gian!," ucap seorang wanita paruh baya mendekati mereka berdua. Diikuti dengan pria yang terlihat tua.
"Hai, Sekar, Zion, lama tak berjumpa," ucap Gian ramah pada mereka dan memeluknya.
"Wah, melihatmu sekarang membuatku merasa tua," ucap Sekar berpikir Gian sedikit berubah dari terakhir kali dia melihatnya.
"Sudah sepuluh tahun berlalu, Sekar. Wajar kalau semakin tua," jawab Gian.
"Oh, please. Jangan menyebut seorang wanita dengan kata tua," ucap Sekar.
Gian hanya tertawa mendengarnya, ia pun memanggil Milky untuk mendekat.
"Kenalkan ini calon istriku, Milky. Dia orang Indonesia juga, sama denganmu dan mama."
"Astaga, senangnya ketemu orang dari negara yang sama!," ucap Sekar memeluk Milky.
Sedangkan Milky tidak fokus karena memikirkan kata-kata Gian. Apa katanya tadi? Calon istri?
"I..iya, sama-sama," jawab Milky.
"Urusan beberes disini serahkan padaku!," ucap Sekar.
"A..aku bisa bereskan sendiri," ucap Milky malu.
"Aih, jangan malu-malu! Celana dalam Gian saja aku yang cucikan!"
Kalimat itu membuat mereka semua tertawa.
"Lalu ini Zion, suami Sekar yang bertugas mengurus kebun dan masalah teknis dalam rumah," ucap Gian.
"Hallo, nice to meet you!," ucap Zion.
"Hallo," ucap Milky. Sekar dan Zion tampak ramah, membuat hati Milky merasa hangat dan disambut.
"Okay, enough for introduction. Sekarang, akan kubawa ke kamarmu," ucap Gian tersenyum sambil mengangkat koper. Gian menolak bantuan Zion.
Yah, memang sepertinya Gian lebih kuat daripada pria tua itu, pikir Milky tersenyum geli melihat Gian mengangkat koper berat itu dengan susah payah ke lantai dua.
Namun, senyum Milky lenyap ketika melihat kamarnya dengan satu ranjang besar. Firasatnya langsung tidak enak.
"Kita sekamar?," tanya Milky merasa kamarnya terlalu besar untuk ditempati seorang diri.
"Iya, kamu keberatan?," tanya Gian.
Milky lupa Gian kan orang Amerika yang menganut prinsip 'kumpul kebo.' Seketika muka Milky memerah membayangkan sekasur dengan Gian.
"Tidak masalah untukku," jawab Milky berusaha menyembunyikan kegugupannya. Lagipula dia hanya tamu disini, lebih baik menurut saja daripada diusir.
Gian menyadari Milky yang gelisah, terlihat sangat menggemaskan. Ia pun langsung mendekati Milky dan membopongnya ke kasur.
"Aaah... Gian!," teriak Milky kaget, namun Gian menindih tubuhnya hingga tidak bisa bergerak dan memandangnya dengan tatapan mesra.
"Setiap di dekatmu aku selalu merasa terangsang," bisik Gian dan langsung mencium Milky.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Nyata Milky
ChickLitApa jadinya seorang ratu tanpa raja? Tanpa raja, ratu bukanlah siapa-siapa. Rumah adalah orang, bukan tempat. Cinta segitiga antara Milky, Gian dan Junar.