25

3.1K 219 38
                                        

Laras menoleh saat mendengar derap langkah seseorang memasuki dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laras menoleh saat mendengar derap langkah seseorang memasuki dapur. Ia lantas bergegas menyiapkan satu porsi nasi kuning yang ia pesan dari grup penjual makanan di komplek. Kesibukannya mengurus pesanan Ayas Kitchen membuatnya tidak bisa memasak sendiri menu sarapan untuk suaminya.

Dirga sendiri baru saja menyelesaikan rutinitas paginya berolahraga ringan di halaman samping rumah. Sementara Hapsari tengah mengikuti senam jantung sehat khusus lansia yang diadakan oleh kader kelurahan setiap minggu pagi.

"Terima kasih sayang," ucap Dirga begitu sepiring nasi kuning lengkap dengan lauk dan sambal Laras letakkan di meja makan. "Kamu sudah sarapan?"

"Belum," jawab Laras singkat. Ia mengambil setoples kukis di sudut meja kerjanya dan membawanya ke meja Dirga bersama segelas teh hangat. Ia tersenyum manis saat duduk berhadapan dengan Dirga untuk menamani suaminya menyantap sarapan pagi.

"Hari ini ada rencana pergi keluar, Mas?" tanya Laras.

Dirga mengangkat wajah, tampak berpikir sesaat, "nggak ada agenda kemana-mana. Kamu mau aku temani kemana? Belanja atau antar pesanan?" Dirga balas bertanya.

Laras menggeleng. Dalam diam, ia mengamati Dirga di depannya.

"Atau kamu mau jalan-jalan?" tanya Dirga tiba-tiba.

Laras yang sedang menggigit kukis sedikit terkejut dengan pertanyaan Dirga. Potongan kukis yang tersisa sedikit patah diujung gigitan, membuat tangan kanannya refleks menutup bibirnya yang dikotori remahan kukis. Seraya mengunyah kukis, Laras menggelengkan kepala sebagai jawaban, dibarengi tangan kirinya yang terangkat dan bergerak ke kiri dan kanan.

"Yang bener?" tanya Dirga menggoda. Ia mengulurkan tangan, membersihkan sudut bibir Laras yang dipenuhi kukis.

"Bener kok." Laras kini sibuk meraba-raba sekitar bibirnya mencari remahan kukis yang tertinggal.

Dirga yang sudah menghabiskan isi piringnya itu merangkum rahang Laras dengan kedua tangannya. Kedua ibu jarinya bergerak lembut memebersihkan sisa-sisa kukis di sana. "Kalau mau pergi keluar, bilang aja ya, Yas. Nanti aku temani."

Laras mengangguk, seiring dengan tangan Dirga yang beranjak dari wajahnya. "Oh ya, Mas. Kabar Tsabitha gimana?"

"Dia baik." Dirga menjawab singkat.

"Hampir dua minggu penuh kamu nggak menemui dia. Dia baik-baik aja?" tanya Laras lagi.

Dirga mengangguk. "Dia cuma beberapa kali kirim pesan seperlunya. Aku merasa dia sudah bisa mengerti dan menerima kondisi kita, Yas."

"Kamu nggak berniat menemui dia?"

"Kalaupun harus bertemu dia, aku akan bilang dulu ke kamu. Tapi, selagi tidak darurat, aku nggak akan menemui dia."

Tidak ada sahutan dari Laras.

"Kenapa tiba-tiba cemburu dengan Tsabitha, hm? Dirga memajukan tubuh, tangannya terulur menyentuh pipi kanan Laras.

Waktu Yang Dinanti ✅️ | LENGKAP DI KK DAN EBOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang