24.

309 26 6
                                    

Terkadang Harsa bertanya tanya, dari sekian banyak wanita kenapa harus Chiasa yang menikah dengannya? Harsa tak habis fikir pertanyaan Jendral 5 hari yang lalu masih menghantui malamnya. Pukul 12 malam dini hari, Harsa masih terjaga sementara Chiasa sudah mendengkur halus disebelahnya dengan membelakanginya. Harsa meneguk ludahnya dan entah kenapa dia mengantar dirinya untuk menghadap punggung Chiasa. Ditatapnya punggung sang istri dengan pandangan teramat menyedihkan.

Chiasa ada didepannya, namun untuk sekedar memeluknya saja Harsa masih enggan. Ada perasaan aneh yang menahan dirinya untuk menyentuh Chiasa. Ini sudah bulan ke 4 mereka bersama dan selama 4 bulan juga Harsa tak pernah meminta hak nya pada Chiasa, dia masih merasa berdosa dan masih merasa bahwa dia tak layak mendapatkan itu. Chiasa belum sepenuhnya menjalani kewajibannya sebagai seorang istri tetapi ini sudah lebih baik dari pada 2 bulan lalu.

Tangan Harsa baru saya bergerak mengelus punggung Chiasa tiba tiba Chiasa berbalik menghadap Harsa. Harsa tersentak dan ia langsung menarik kembali tangannya. Kedua matanya memandangi istrinya yang sudah terlelap, dipandanginya wajah cantik Chiasa yang akan Harsa abadikan dalam ingatan dan hatinya. Siapa tahu bulan depan dia tak bisa menikmati pemandangan ini. Pemandangan yang aman langka. Ada rasa hati ingin mencium Chiasa namun tetap saja dia masih menahannya.

Rasa cinta Harsa sudah dia rasakan namun Harsa masih tahu malu untuk perasaannya itu terbalaskan. Apalagi mengingat apa yang sudah dia perbuat pada Chiasa itu sudah sangat keterlaluan. Lalu kedua matanya bergerak mengarah perut Chiasa yang tertutup selimut tebal. Dibalik selimut itu ada perut Chiasa yang sudah membesar. Harsa baru dua kali mengelus perut itu dan keduanya saat Chiasa kontrol saja. Hari hari biasa dia tak berani. Harsa masih takut Chiasa mengamuk atau Harsa takut kembali didiami Chiasa.

"Chia--aku bener bener nyesel udah berbuat kayak gini ke kamu. Chia, tapi sekarang aku nggak mau kehilangan kamu. Semoga aja hati kamu terbuka ya? Semoga aja kamu bisa cinta sama aku--" ada jeda panjang yang Harsa ambil.

Tangannya hanya bergerak mengelus kening Chiasa, kemudian dia menghembuskan napas panjang. Ada rasa sesak yang dia keluarkan, "meski itu cuma pura pura, tapi aku cinta sama kamu nggak pura pura." Sambungnya.

Harsa tak tahu satu bulan lagi akan seperti apa hubungannya nanti. Dia sudah diberikan wejengan oleh Jendral, Revan dan Jafran hanya saja keputusan sudah ditangan Chiasa. Kalau nanti Chiasa memilih untuk pergi dari dirinya, Harsa akan membiarkannya. Dia tidak mau mempertahankan Chiasa jika Chiasa hidup dengannya saja itu menyakiti Chiasa.

Harsa ingin rumah tangganya bahagia namun Harsa rasa itu adalah harapan yang berlebihan. Masih pantaskah Harsa mengharapkan rumah tangganya utuh?

"Nggak apa apa kalau kamu mau pura pura.."

"Kok belum tidur?"

Harsa tersentak saat tiba tiba kedua mata Chiasa terbuka dan menatap dirinya dengan kedua mata menyipit.

"Eh? E-enggak aku--"

"Laper bukan? Mau gua buatin mie rebus soto?" Tanya Chiasa dengan suara serak khas bangun tidur.

°°

Sebenarnya Harsa tidaklah lapar, hanya saja dia tak ingin menyianyiakan kesempatan dimana dia bisa satu meja dengan sang istri. Aroma soto menyeruak sampai keseluruh sudut dapur hal itu membuat Harsa dan Chiasa menikmati mie rebus mereka. Dan terasa nikmat dengan irisan kol dan cabai rawit setan menambah kenikmatan mie rebus tersebut. Chiasa menjauhkan mangkuk yang tersisa hanya kuahnya saja, sementara Harsa masih menikmati telur yang setengah matang itu.

"Sa, lusa gua mau ke Puncak nginep." Ucap Chiasa.

Harsa menatap Chiasa dengan tatapan datar, "Sama siapa? Apa sebaiknya nggak usah?"

Love In Trouble : Harsa | HAECHAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang