26

326 30 25
                                    

Chiasa menatap ponselnya yang baru saja mati. Dia baru membalas pesan dari Shafa, Chiasa mau menemui Shafa untuk bercerita tentang semuanya. Jujur saja Chiasa butuh titik terang pada hubungannya. Chiasa khawatir jika dia bisa jatuh cinta pada Harsa, dia mencoba menolak perasaan itu agar nanti saat bercerai dia tidak akan merasakan sakit. Itu juga kalau perceraiannya jadi, kalau tidak? Chiasa tak tahu apakah dia bisa bertahan dengan perasaan abu abu seperti ini?

Chiasa masih belum mengerti akan perasaannya sendiri, Chiasa masih mencoba meyakinkan hatinya dan memantapkan pilihannya. Kurang lebih 3 hari lagi dia mendekati tanggal HPL kelahirannya itu berarti sebentar lagi mereka akan  bercerai. Terlepas dari hal itu Chiasa berharap semoga saja dia menemukan titik terang. Chiasa tak mau gegabah pada pilihannya sendiri. Dia masih bisa memikirkan matang matang keputusannya ini.

Disebuah Cafe di daerah Tanjung Barat itu Chiasa menunggu Jendral. Pukul 2 siang ini memang pas waktunya untuk makan siang, kebetulan cacing diperut ibu hamil itu sudah berteriak minta diberi makan. Chiasa memesan Nasi Goreng Sea Food dan Dumpling Chili Oil serta air mineral.

Chiasa sendiri tak tahu alasan apa Jendral mengajaknya bertemu, Chiasa tak bilang pada Harsa untuk bertemu Jendral dan kebetulan Harsa pun masih bekerja. Jadi, tak masalah jika rumah kosong toh Harsa tak akan tahu bukan? Terlintas sebuah fikiran jahat dari fikiran Chiasa. Bagaimana jika dia menggoda dan mendekati Jendral kembali? Buktinya kan sudah beberapa bulan dan setelah pertemuan tak sengaja kemarin Jendral memintanya untuk bertemu bukan?

Chiasa tersenyum terang saat menatap langit biru diluar sana. Tampaknya kondisi langit pun sangat mendukungnya. Chiasa mengaduk aduk nasi goreng didepannya dengan perasaan sangat bahagia karena setelah sekian lama, dia akan bertemu lagi dengan Jendral. Chiasa seakan lupa jika perutnya sudah besar dan beberapa hari lagi akan melahirkan, setidaknya biarkan Chiasa bahagia terlebih dulu sekarang. Tak masalah bukan?

Pintu Cafe terbuka, kepala Chiasa menoleh ke arah pintu dan disana Jendral datang dengan sebuah ponsel ditelinganya. Rupanya dia sedang berbicara pada seseorang disebrang sana, nanti jika Jendral sudah duduk didepannya Chiasa akan bertanya dengan siapa Jendral mengobrol. Wangi Woody kesukaan Chiasa kembali menyapa indra penciumannya. Ini adalah wangi yang sangat Chiasa rindukan. Berbulan bulan dia hidup tanpa menatap Jendral dari jarak sedekat ini membuatnya rindu setengah mati.

"Iya, bentaran kok. Tunggu dulu aja, nanti kita ke K3Mart Senayan."

"Oke, mobil enggak usah di matiin. Biar lo nggak kepanasan, nyalain aja AC nya." Tambah Jendral

Jendral kini sudah duduk didepannya dan kini rupanya dia sudah memutus panggilannya, "Hallo!" Sapa Chiasa dengan ramah.

Jendral mengangguk saja.

"Mau pesen enggak? Aku pesenin dulu deh ya--"

"Nggak usah, gua enggak akan lama." Balas Jendral.

Senyum itu perlahan memudar tergantikan rasa kecewa yang amat menyakitkan. Gua? Chiasa tersenyum tipis dan mengangguk. Rupanya, Jendral masih saja bersikap dingin padanya padahal Chiasa sudah mau berusaha memulai mencairkan suasana. Nyatanya, itu gagal. Jendral menolak untuk berlama lama dengannya.

"Apa kabar, Jen?" Tanya Chiasa.

Jendral mensandarkan punggungnya, "Baik, Chia. Lo gimana?"

Serius Jendral tanya kabar gua?

"Nggak usah aku jawab kayaknya kamu udah tahu--" Chiasa terkekeh dan entah kenapa suara tawanya sangat terdengar menyakitkan di telinga Jendral.

"Tadi kamu lagi telepon sama siapa, Jen?"

Jendral menatap Chiasa beberapa detik dan kemudian dia menghembuskan napas panjang. Jendral tersenyum samar, "Temen gua--rasanya lo nggal perlu tahu deh." Jawab Jendral.

Love In Trouble : Harsa | HAECHAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang