Setahun telah berlalu, Milky dan Gian sudah resmi menikah. Mereka berdua sangat bahagia dan bagai hidup di surga, seperti sejoli yang tak terpisahkan. Bahkan Milky sedang hamil tujuh bulan.
Saat ini mereka sedang mengadakan 'baby shower' kecil-kecilan. Hanya dihadiri Sekar, Zion dan beberapa tetangga mereka.
"It's a girl!," teriak seseorang saat Milky dan Gian memecahkan balon bersama-sama dan yang keluar adalah warna pink. Gian mendekati Milky yang menangis terharu.
"It's a princess, baby," bisik Gian sambil mencium Milky.
"Iya," balas Milky mengangguk. Ia pun memeluk erat Gian untuk meluapkan kebahagiannya.
...
"Kita mau beri nama apa?," tanya Milky saat mereka bersiap tidur.
"Hmm... sejak dulu aku ingin punya anak perempuan bernama Raelyn. Kalau kamu?," jawab Gian.
"Aku tidak pernah berpikir kesana, tapi aku suka nama 'Raelyn', balas Milky tersenyum.
"Glad you like it, dear."
"Kalau begitu, mulai besok kita bisa belanja baju-baju Raelyn," ucap Milky.
"Besok? Bukannya kemarin-kemarin kamu sudah beli banyak?"
"Iya, tapi kan itu warna-warna netral. Aku ingin beli yang warna pink!," ucap Milky agak ngotot.
Masalahnya sejak mulai belanja keperluan bayi, Milky selalu menahan diri untuk membeli baju-baju untuk bayi perempuan karena tidak tahu jenis kelamin bayi mereka.
Gian hanya mengangguk. Sejak hamil, sepertinya istrinya ini jadi boros sekali. Tapi terserah Milky saja, pikir Gian.
"Kamu sedang apa?," tanya Milky melihat Gian fokus pada laptop.
"Aku sedang merevisi esai untuk artikel singkatku di situs B-News," jawab Gian terlihat mengetik sesuatu di laptop.
"Suamiku rajin sekali," ucap Milky sambil bergelayut manja di lengan Gian. Gian tersenyum dan membelai singkat dagu Milky.
"Kamu tidur duluan saja, sebentar lagi aku menyusul," ucap Gian.
"Hmm, baiklah. Good night, Gian."
"Goodnight, Mil! Goodnight, Raelyn," ucap Gian sambil mencium perut Milky.
Sepertinya Milky jadi sulit tidur sejak hamil karena ia merasa sangat bahagia. Saat berbaring di kasur, ia memperhatikan wajah Gian yang sedang konsentrasi dalam bekerja. Keren sekali, pikir Milky sambil tersenyum.
Namun, kebahagiaan itu tidak ada yang abadi...
...
Memasuki minggu ke 36, Milky merasakan mual dan sakit perut teramat sangat. Ia merasakan cairan merembes di pahanya. Ia berteriak memanggil Gian, pria itu segera membopong Milky ke mobil.
"Bertahanlah, sayang!," ucap Gian pada Milky yang berbaring kesakitan di kursi belakang.
Gian secepat mungkin melajukan mobilnya ke rumah sakit. Disana mereka sudah disambut dengan beberapa perawat dan dokter yang dengan sigap memindahkan Milky ke kasur berjalan.
"Please help my wife. She shouldn't have laboured now," ucap Gian pada petugas kesehatan disana.
Gian menemani Milky saat istrinya dibawa ke ruang bersalin. Ia genggam tangan Milky yang terasa dingin.
"Mil, kamu akan baik-baik saja. Kita sudah di rumah sakit."
"Gi..an... sa..kit," rintih Milky.
"Aku disini, sayang. Aku..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Nyata Milky
ChickLitApa jadinya seorang ratu tanpa raja? Tanpa raja, ratu bukanlah siapa-siapa. Rumah adalah orang, bukan tempat. Cinta segitiga antara Milky, Gian dan Junar.