Berbaikan

60 1 0
                                    

100 hari sejak kepergian Raelyn.

"Kamu yakin tidak mau ikut ke acara seratus harinya Raelyn, Mil?," tanya Gian yang sudah rapi mengenakan kemejanya. Milky menggeleng.

"Percuma pergi kesana, apa gunanya? Dia tidak akan kembali lagi," jawab Milky sambil tidur membelakangi Gian.

Gian menarik rahangnya, sudah seratus hari sejak itu. Fisik Milky mulai membaik, tapi mentalnya belum.

"Anak kita mungkin tidak akan kembali, tapi dia pasti ingin kita melanjutkan hidup dan bahagia," jawab Gian.

Milky menangis diam-diam mendengar kalimat itu. Sedangkan, Gian tidak bisa melihat wajah Milky dari belakang.

Tidak ada respon apapun dari Milky. Walaupun kecewa, namun Gian berusaha bersabar.

"Baiklah, Mil. Whatever you want. Aku sudah menyiapkan teh hangat dan makanan untukmu. Istirahatlah," ucap Gian sebelum pergi.

Setelah Gian pergi, Milky langsung menangis tersedu-sedu. Ia pun memandangi foto-foto USG anaknya ketika masih di dalam perutnya dan ketika Raelyn terlihat seperti sedang tidur mengenakan baju bayi sebelum dikubur.

"Maafkan mama selama ini, sayang," lirih Milky sambil mencium foto tersebut.

Dengan gerakan perlahan, efek dari operasi dan jarang bergerak. Milky berusaha menggapai lemari.

...

Di area taman belakang rumah sudah penuh dengan orang dan anak-anak dari panti asuhan yang diundang oleh Gian. Uang kompensasi dari rumah sakit sudah turun dan Gian menggunakan seluruh uang itu untuk menyumbang ke panti asuhan atas nama Raelyn.

Gian juga menggunakan sisa uangnya untuk mengadakan acara makan-makan di rumahnya, mengundang kolega, pastor dan anak-anak yatim piatu untuk ikut mendoakan Raelyn. Sekar dan Zion ikut membantu Gian menyiapkan itu semua.

Sekarang Gian berada di podium untuk menyampaikan pidato. Ia melihat ke arah orang-orang yang hadir dan anak-anak polos yang mengingatkannya pada Raelyn. Gian tersenyum getir berusaha menahan air mata. Seandainya saja Milky ikut hadir, pikir Gian.

"Good evening, everyone. Thank you fro coming. We're here to commemorate our child, Raelyn Grace Zachary. She was liv..." suara Gian terputus diiringi suara ribut orang-orang.

Gian hampir tidak mempercayai matanya sendiri. Benarkah ini?

Milky hadir dengan gaun formal dan dandanan natural, rambutnya dibiarkan tergerai indah.

"Wow, she'a a princess!," ucap salah satu anak.

"No, she's an angel!," ucap anak lainnya.

Apapun itu, mereka benar. Milky, istrinya itu terlihat sangat cantik dan mempesona. Sudah lama sekali Gian tidak melihatnya seperti ini.

Untuk pertama kalinya Milky melangkah keluar rumah dan bertemu dengan orang-orang lagi. Milky membelah kerumunan orang-orang dan menuju ke podium.

Sekar dan Zion juga saling pandang, mereka juga takjub.

Pandangan Gian dan Milky bertemu, ada rasa rindu mendalam yang tidak bisa digambarkan. Padahal setiap hari mereka bertemu, tapi kali ini bagaikan menembus jiwa masing-masing.

Milky meraih tangan Gian dan menggandengnya. Gian tahu Milky hadir untuk mendukungnya di acara yang dipersembahkan untuk Raelyn ini. Mata Gian berkaca-kaca dan melanjutkan pidatonya sambil merasakan hangatnya tangan Milky.

...

Acara sudah selesai, Sekar dan Zion sedang membereskan sisa-sisa acaranya. Milky hendak melangkah masuk ke dalam rumah ketika Gian menahannya.

"Gian, ada ap...hmm, mmm," desah Milky ketika Gian langsung menciumnya. Gian melepas ciuman mereka untuk memandang manik mata Milky yang terlihat sayu.

"Terima kasih untuk hari ini," ucap Gian tersenyum. Milky mengangguk.

"Aku akan membantu Sekar dan Zion, kamu istirahatlah," ucap Gian, namun Milky menahan tangan Gian.

"Gian, ada tempat yang ingin kukunjungi."

"Kemana?"

"Hmm, itu... tempat Raelyn, boleh?," tanya Milky tidak tega menyebut kuburan Raelyn.

"Tentu saja! Sebenarnya tadi aku juga ingin mengajakmu kesana."

"Terima kasih, Gian."

"Tapi kamu yakin tidak apa-apa, tidak lelah?," tanya Gian memastikan kondisi Milky sehat.

"Aku sudah merasa lebih baik."

Gian tersenyum mendengarnya.

"Baiklah, ayo," ucap Gian sambil menggandeng Milky.

...

Keadaan mendung dan hujan turun rintik-rintik. Milky dan Gian berada di depan nisan yang bertuliskan Raelyn Zachary. Milky mengusapnya sambil menangis.

"Betapa singkat hidupmu, sayang. Maafkan mama selama ini. Mulai sekarang, mama dan papa berjanji akan saling menjaga satu sama lain. Demi Raelyn," ucap Milky sambil mencium nisan anaknya.

Gian yang sedang memayungi Milky ikut mendengar kalimat tadi, ia menjadi terharu dan ikut berkaca-kaca. Milky kemudian berdiri dan memandang dalam ke mata Gian.

"Gian, mulai sekarang bagilah resah dan sedihmu padaku. Jangan menanggung sendirian lagi. Kamu boleh menangis, tidak perlu ditahan. Biarkan aku berada di sisimu," ucap Milky sambil membelai wajah Gian.

Gian memandang wajah Milky. Ia melihat wanita yang cantik, lembut dan hangat di depannya. Milkynya yang dulu sudah kembali, pikir Gian.

"Gian?," panggil Milky melihat Gian hanya terdiam daritadi.

"I miss you like crazy, Mil," ucap Gian menjatuhkan payung, menangkup pipi dan mencium Milky di bawah hujan.

Waktu seakan bergerak lambat di sekeliling mereka. Hujan seakan turun secara perlahan-lahan. Hawa dingin hujan tidak terasa.
Mereka melepas rindu setelah sekian lama.

Pelukan dan ciuman Gian terasa hangat. Milky meneteskan air mata haru karena baru menyadari betapa bodohnya selama ini menyia-nyiakan Gian.

Gian melepas ciuman mereka karena mendengar isakan Milky.

"Mil, kenapa?"

"Tidak apa. Aku hanya... merasa nyaman bersamamu," jawab Milky dengan tatapan sayu. Gian tersenyum penuh arti.

...

Di rumah

Sekar dan Zion sedang mengelap piring yang sudah dicuci ketika Gian dan Milky masuk rumah sambil tertawa. Gian menyapa mereka sebentar, kemudian langsung menarik Milky naik tangga ke arah kamar.

Sekar dan Zion bengong dan saling berpandangan bingung. Sekar mengendap-ngendap naik.

"What are you doing?," tanya Zion.

"Sssst," Sekar menyuruh Zion diam. Zion hanya mengangkat bahu melihat tingkah laku istrinya yang unik.

Di depan kamar, Sekar menempelkan telinganya ke pintu karena penasaran. Apa mereka berdua mabuk? Sekar bertanya-tanya.

"Oh, yes.. yes," sayup-sayup terdengar rintihan Milky dari dalam kamar. Sekar memundurkan telinganya. Ia pun menuruni tangga dengan tersenyum. Sepertinya Milky dan Gian sudah kembali berbaikan dan mesra.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kisah Nyata MilkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang