Hubungan Milky dan Gian sudah kembali normal sejak itu. Begitu juga hubungan Milky dan Sekar yang saat itu sempat diam-diaman. Milky yang meminta maaf terlebih dahulu karena ia merasa bersalah. Sekar pun dengan mudah memaafkannya.
Now
Milky sedang bersandar pada dada bidang Gian setelah sesi bercinta.
"Gian?"
"Hmm?"
"Kamu pernah cerita tentang mamamu, bagaimana dengan papamu?," tanya Milky.
Ada jeda sesaat sebelum Gian membuka suaranya.
"Kamu tidak akan menduga, tapi papaku itu seorang artis," jawab Gian tersenyum.
"Hah, serius?," tanya Milky kaget.
"Serius. Untuk apa aku bohong? Tunggu disini, aku punya buktinya," ucap Gian antusias dan bangun dari kasur.
"Mau kemana?," tanya Milky.
"Mengambil barang peninggalan papa," ucap Gian sambil memakai celananya.
"Jangan lama-lama, sayang," ucap Milky sebelum Gian keluar kamar, entah Gian dengar atau tidak. Rasanya ingin dekat-dekat terus dengan Gian, pikir Milky tersenyum.
Milky pun beranjak dan melihat ke arah cermin. Terlihat sosok dirinya yang masih telanjang. Di leher dan dadanya ada tanda biru samar bekas cupangan Gian. Milky tanpa sadar tersenyum. Lalu pandangannya beralih ke luka bekas operasi di perutnya. Wajah Milky pun menjadi sendu.
Milky sudah ikhlas atas kepergian anaknya, namun memikirkan nasihat dokter agar Milky menunda kehamilan dulu selama dua tahun hingga luka operasinya benar-benar pulih membuat Milky agak sedih.
Syukurlah orang-orang di sekelilingnya mendukung, terutama Gian. Suaminya sama sekali tidak keberatan menunda, walaupun umurnya sudah hampir 40 tahun. Bahkan Gian selalu meyakinkan Milky agar baik-baik saja. Gian juga mendengarkan nasihat dokter dan memastikan agar Milky tidak kebablasan hamil.
Milky memakai kaos dan celananya bertepatan dengan Gian yang datang membawa sekotak dus. Milky yang penasaran pun segera mendekatinya.
"Lihat ini, honey!," ucap Gian saat membuka dusnya.
"Wow, ini papamu?," tanya Milky ketika melihat foto ayah Gian sedang bermain gitar.
"Ya, ini juga ada beberapa cd albumnya," ucap Gian semangat.
Milky memandang antusias pada barang-barang itu. Di sampul albumnya ada foto ayah Gian lagi. Sedikit banyak, ada kemiripan Gian dengan ayahnya. Tapi secara keseluruhan, Gian lebih mirip ibunya.
"Sayang sekali, gitar papa sudah diberikan ke teman bandnya saat papa meninggal," ucap Gian.
"Hmm... boleh aku tanya kenapa ia meninggal?," tanya Milky hati-hati.
"Stroke. Beberapa bulan sebelum meninggal, papa hanya berada di kasur tidak dapat bergerak. Aku dan mama bergantian mengurusnya," jawab Gian.
"Oh, Gian. Maafkan aku," ucap Milky langsung memeluk Gian.
"Tidak apa, aku sudah merelakannya," ucap Gian.
"Pantas kamu bisa bermain gitar sambil menyanyi waktu itu. Papamu yang mengajari?"
Gian berusaha mengingat-ingat momen yang dimaksud Milky.
"Ah, itu... kamu ingat?," tanya Gian.
"Tentu saja, kamu terlihat sangat keren saat itu!"
"Biasa saja," ucap Gian merendah.
"Aku ingin melihatmu main gitar lagi."
"Kapan-kapan, oke," ucap Gian sambil mengusap kepala Milky.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Nyata Milky
ChickLitApa jadinya seorang ratu tanpa raja? Tanpa raja, ratu bukanlah siapa-siapa. Rumah adalah orang, bukan tempat. Cinta segitiga antara Milky, Gian dan Junar.