Change

35 2 0
                                    

Dua sejoli memasuki area kantin. Mereka Hyunjin dan Bangchan. Ini merupakan hari pertama Bangchan di perusahaan ini. Sebelumnya Bangchan bekerja di anak cabang perusahaan. Tapi karena saat ini direktur utama sedang membutuhkan asisten, maka sebagai pegawai berprestasi dia pun terpilih menempati posisi tersebut.

Hyun keknya gue bakal dipindah tugaskan di kantor lo deh. Ntar kenalin lingkungan perusahaan pusat ke gue ya.

Begitulah pesan yang semalam diterimanya dari kapten basket semasa SMAnya. Itu juga yang menjadi alasan mengapa keduanya tengah berada di kantin selain lapar. Tampaknya kedatangan keduanya menjadi atensi seseorang.

"Sayang, itu Hyunjin sama siapa? Kek ngga asing?" Mendengar suara sang terkasih, Minho mengalihkan pandangan ke arah dimana Jisung memusatkan perhatian.

"Oh itu Chan, dia kemarin bilang mau dipindah kesini. Tapi kurang tau dia di bagian apa."

"Bangchan?" Tanya Jisung. Minho mengiyakan ketidakyakinan Jisung. "Dulu dia kakak kelas ku waktu SMA tau kak?"

"Oh ya? Chan itu temenku waktu kuliah. Kemarin aku undang dia ke pernikahan kita, tapi keknya dia sibuk." Jisung mengangguk menanggapi ucapan pasangannya.

"Jadi mereka ketemu lagi kapan?" Lirih Jisung.

Saat itu pula dua objek yang menjadi pembicaraan keduanya melewati meja mereka. Hyunjin sama sekali tidak melirik kearah meja itu. Sedangkan Bangchan dia sempatkan berhenti sebentar untuk menyapa teman kuliahnya. Menyadari itu Hyunjin sama sekali tidak berhenti dan melanjutkan jalannya menuju ke meja lain yang kosong.

"Gue kesana dulu ya," Dapat Hyunjin dengar Bangchan berpamitan pada Minho.

"Selamat makan Hyunjin," Hyunjin tak menyahuti Bangchan yang kini duduk di depannya. Hyunjin hanya makan dalam diam. Dia ingin makan dengan cepat dan pergi dari sini.

"Makannya pelan-pelan aja, nanti keselek,  Cantik."

"UHUUKKK"

Itu Hyunjin, bukan karena kecepatan makan, tapi apa tadi kata Bangchan. Cantik? Apa yang salah dengan kakak kelasnya ini. Hyunjin menegak air yang diulurkan Bangchan hingga habis dan menatapnya tajam. Sedangkan yang ditatap hanya terkekeh.

***
Jam kerja telah berakhir. Suasana kantor mulai sepi karena banyak pegawai telah tergopoh pulang setelah hampir sehari berkutat dengan dokumen-dokumen menyebalkan. Hyunjin pun telah bersiap untuk meninggalkan mejanya. Semua barang telah ia kemas dengan rapi.

"Hyun," Minho sebagai salah satu teman satu ruangan menghampirinya. Tangannya mengulurkan paper bag mini lucu berwarna pink pada rekannya. "Kemarin Jisung beli ini buat lo. Tapi dia masih takut buat ngasih secara langsung."

Hyunjin menatap paperbag itu. Dia telah memaafkan Jisung tapi dia tidak bisa seperti dulu lagi. Perhatian seperti ini, apakah ada maksud di baliknya.

Minho menghela napas melihat tidak ada tanda-tanda Hyunjin akan mengambilnya.
"Gue tau lo masih marah sama Jisung, tapi bisa ngga lo terima aja buat menghargai Jisung," Jengan juga Minho lama-lama melihat sifat Hyunjin yang menyebalkan ini.

"Tau apa lo tentang menghargai. Jangan ajarin gue kalau lo belum bisa ngajarin diri lo sendiri. Gue ngga butuh hadiah dari lo ataupun Jisung." Tampaknya Hyunjin terbawa emosi. Untung di ruangan ini tinggal mereka berdua. Sebelum Minho menjawab, satu suara menginterupsi keduanya.

"Hyun," Itu Bangchan dari arah pintu. Dia sudah disana beberapa saat. Melihat mungkin saja terjadi perkelahian Bangchan menyela keduanya. "Ayo pulang,"

Hyunjin tidak bisa menolak ajakan Bangcchan karena dia ingin segera pergi dari sana.

"Hyunjinku berubah ya," Ucap Bangchan ketika keduanya dalam perjalanan pulang.

Hyunjin yang duduk di sampingnya memberikan atensinya ke pada sang pengemudi. Menuntut penjelasan. Saat lampu merah Bangchan menatap Hyunjin.

"Dulu Hyunjinku sangat manis, penuh semangat dan berwarna. Tapi sekarang, dia terjebak di dunia hitam putih." Bangchan hendak meraih tangan Hyunjin, tapi langsunh di tepis oleh Hyunjin.

"Lo siapa? Berani-beraninya menilai hidup gue. Inget lo cuma orang asing. Mau gue berubah atau ngga itu bukan urusan lo. And stop call me hyunjinku."
Hyunjin melirik sekilas detik lampu lalu lintas sebelum keluar dari mobil Bangchan. Bangchan yang tidak menyangka Hyunjin akan marah dan pergi ingin segera mengejarnya. Tapi suara klakson menyadarkannya kalau mobilnya harus segera bergerak.

****
Note:
Makasih buat yang udah mau baca dan vote🥰

Keknya cerita ini semakin ngga jelas. Aku bener-bener ngga bisa bikin konflik lebih dari satu😭 sorry ya kalau cerita ini aneh dan bertele-tele alurnya🙏

Tapi aku lagi nganggur jadi kalau gabut pengen nulis. Jadi maaf atas ketidaknyamanannya selama membaca🙏😞

Untitled LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang