Dosa 🔞

354 0 0
                                    

Apartemen Milky.

"Hmm... apartemennya kenapa pink gini?," tanya Junar kaget melihat isinya serba pink.

"Karena aku suka Barbie, kamu lupa?"

Junar tertawa, ia ingat kamar Milky dulu juga serba pink. Ia pikir Milky sudah berubah, tapi sepertinya sisi kekanakannya masih ada.

"Jadi kamu mau bicara apa?," tanya Milky tanpa basa-basi.

"Boleh minta minum dulu?," tanya Junar.

Milky memutar bola matanya, tapi tetap mengambilkan segelas air putih untuk Junar.

"Thanks," ucap Junar setelah meminum habis air itu.

"Jadi?," ucap Milky sambil duduk di sofa, ia mengajak Junar duduk di sebelahnya. Junar pun menurut, ia duduk dan menarik nafas.

"Gimana hidupmu selama ini, Mil? Maksudku... setelah Gian pergi?"

Milky sempat terdiam lalu ia menjawab.

"Aku baik-baik saja, punya beberapa teman, uangku cukup untuk bersenang-senang, apartemenku sesuai impian. Kamu lihat sendiri kan?"

"Kamu yakin ingin hidup seperti ini terus?"

"Apa maksudmu?," tanya Milky agak tersinggung.

"Nggak ada pria lain yang dekat?"

Tentu saja ada, tapi tidak ada yang sebaik Gian. Entah karena Milky yang belum move on atau memang pria-pria itu yang di bawah standart, pikir Milky.

"Itu bukan urusanmu. Lagipula Gian baru pergi dua tahun yang lalu," ucap Milky jadi terisak mengingat Gian.

"Maaf, Mil. Aku nggak bermaksud menyakitimu," ucap Junar hendak memeluk Milky yang sedih, namun Milky mengelak pelukan Junar dan duduk menjauh. Junar menghela nafasnya.

"Sebenarnya, Mil... dua tahun lalu, Gian mengirimiku email. Kurasa sebelum dia pergi."

"Apa?," tanya Milky kaget dan menghentikan tangisnya.

"Dia mengatakan agar aku menyusul dan menjagamu, karena kamu sebatang kara di Amerika. Dia juga cerita soal penyakitnya," ucap Junar.

Di surat itu, Gian juga merasa bersalah dan selalu berharap yang terbaik pada Junar, namun Junar merasa bagian sangat "bapak-bapak" nya tidak penting untuk diceritakan ke Milky.

Oh, Gian, aku tidak menyangka kamu begitu memikirkanku, pikir Milky dan ia pun menangis lagi.

Junar reflek memeluk Milky yang menangis. Kali ini Milky tidak mengelak.

"Menangislah, Mil. Nggak apa-apa," ucap Junar.

Mendengar kalimat Junar, Milky malah menangis semakin kencang. Milky memeluk erat tubuh Junar yang terasa hangat seperti Gian, Milky sangat rindu.

"Oh, Gian, Gian," ucap Milky sambil menangis di dada bidang Junar.

Junar ikut bersimpati melihat Milky yang menangisi Gian. Junar membiarkan Milky menangis sampai reda, namun mereka berdua malah ketiduran dengan posisi berpelukan di sofa.

...

"Mil, Milky... bangun," panggil Junar.

"Ng..," Milky membuka matanya dan kaget.

"Junar? Jam berapa sekarang?"

"Jam satu malam," jawab Junar.

"Astaga, kita ketiduran! Oh, bajumu basah kena air mataku!"

"Nggak apa. Aku harus kembali ke hotel," ucap Junar berdiri.

"Tunggu, Junar!"

Junar melihat ke arah Milky.

Kisah Nyata MilkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang