Pinggul Milky dipegang erat, Junar fokus mencicipi vagina Milky sampai puas. Vagina Milky sudah membanjir akibat cairan cinta dan jilatan Junar. Milky hanya bisa menggelengkan kepalanya ke kiri dan kanan sambil mendesah.
"Oh, oh, ampun, Jun... aku keluar, ooh," desah Milky mencapai orgasme dan melengkungkan tubuhnya.
Payudaranya reflek maju dan lehernya terbuka. Hal itu mengundang Junar untuk menciumi leher Milky. Junar tidak memberi Milky jeda sama sekali. Ciuman Junar terus turun ke payudara, perut, vagina diiringi desahan Milky di setiap titik.
"Ng, oh, oh, ah," Milky merem melek.
Di saat Milky menikmati, Junar menepuk keras bokong Milky.
"Aaaww!!!," teriak Milky melotot.
"Sudah kubilang buka matamu, Milky!"
Raut wajah Milky terlihat marah, namun berubah takut saat Junar mulai membuka celananya dan penisnya sudah berdiri sempurna. Milky ingat penis Junar adalah yang pertama kali memasuki vaginanya. Junar menyeringai melihat mimik wajah Milky yang tegang.
"Kenapa? Tambah besar kan? Aku sudah melakukan pembesaran penis," ucap Junar percaya diri.
"Apa? Kenapa kamu melakukan itu?," tanya Milky kaget.
"Karena kamu, Mil. Sejak kamu pergi, rasa percaya diriku terjun bebas. Kurasa ukuran Gian lebih besar, karena itu kamu meninggalkanku kan?"
"Apa? Bukan gitu, Jun!," teriak Milky kaget, tidak menyangka Junar berpikir begitu.
Junar duduk dan bersiap memasuki Milky. Kedua kaki Milky dilingkarkan di pinggang Junar. Bokong Milky sedikit terangkat.
"Nggak masalah sekarang. Aku sudah bukan Junar yang dulu, aku juga bukan Gian. Jadi..."
Jantung Milky berdebar menunggu lanjutan ucapan Junar.
"Jangan harap aku bermain lembut," bisik Junar di telinga Milky.
"Aaaaaaww!!!," teriak Milky ketika penis besar Junar memasuki vaginanya tanpa aba-aba.
"Junar, pelan-pelan...aw, ah!," teriak Milky, namun Junar tidak mengubris permintaan Milky.
Junar menggenjot Milky berulang kali dengan cepat dan brutal, hingga payudara Milky terpental-pental heboh.
Plok! Plok! Plok!
"Aw, aw, sakiit! Junar, stop!"
Plok! Plok! Plok!
"Ng, ah, ah!"
Plok! Plok! Plok!
"Oh, oh, Juun.."
Desahan Milky semakin terdengar manja dan melengking. Junar menyeringai mendengar namanya disebut.
Plok! Plok! Plok!
Kenapa semakin lama semakin nikmat? Gilaa, pikir Milky.
Mata Milky terpejam saking nikmatnya, namun Junar malah memukul bokongnya lagi.
"Aaw!"
"Jangan merem, lihat aku!," perintah Junar.
Milky terpaksa membuka matanya di sela-sela kenikmatan surga. Ia melihat wajah Junar yang sedang menggagahinya. Entah kenapa, Milky merasa Junar terlihat dua kali lipat lebih tampan saat ini. Dengan rambut, wajah dan tubuhnya yang berkeringat. Juga otot-otot leher, dada dan lengannya yang membuat Junar semakin kelihatan jantan dan perkasa.
Oh, oh, Junarkuuu...
Sedangkan Junar juga senang melihat pandangan sayu Milky padanya. Akhirnya mimpinya jadi kenyataan. Ia cukup dendam pada Milky yang pernah meninggalkannya saat mereka berdua hampir menikah. Junar sering membayangkan untuk menyetubuhi Milky dengan kasar. Hari ini keinginannya terkabul sudah.
"Enakkan, Mil?," tanya Junar sambil terus menggenjot-genjot Milky.
Plok! Plok! Plok!
"Oh, oh, oh, yes, Jun... aah," desah Milky.
Pandangan mata Milky yang pasrah, payudaranya yang bergoyang, melihat penisnya menusuk-nusuk vagina Milky adalah pemandangan paling indah di mata Junar.
Plok! Plok! Plok!
"Oh, oh, oooohh, Junaar," erangan Milky mencapai orgasme keduanya malam ini.
Kali ini Junar mengejar orgasmenya sendiri. Kedua kaki Milky diletakkan di bahu Junar. Posisi itu membuat penisnya terjepit erat semakin dalam.
"Ooh, tak kusangka kamu masih sesempit yang dulu, Mil," ucap Junar sambil terpejam penuh nikmat.
Junar langsung menggenjot Milky yang sudah lelah. Namun, hujaman penis Junar di vaginanya membuat Milky mengerang lagi.
"Oh, oh, oh."
Plok! Plok! Plok! Plok! Plok!
Penisnya dijepit erat dalam vagina Milky. Akhirnya Junar menyemprotkan spermanya.
"Ooouh...fuck you, Mil," desah Junar akhirnya. Ia memejamkan mata menikmati momen ini.
Volume spermanya cukup banyak yang dibuang ke dalam rahim Milky. Segera setelah usai, ia langsung mencabut penisnya.
"Aaw, Juun," teriak Milky.
Tarikan penis Junar sangat tiba-tiba hingga vaginanya terasa kosong mendadak dan cairan cintanya mengalir tanpa bisa ditahan.
"Wow, kamu orgasme lagi?," tanya Junar menyeringai.
Milky merasa malu, ia orgasme sampai tiga kali malam ini. Junar menyadari muka Milky yang merona. Penampilan wanita itu sungguh berantakan. Rambutnya awut-awutan, pipinya basah, bibirnya merekah, tanda-tanda kebiruan di tubuhnya. Vaginanya yang basah dan memerah. Pasti akan terasa sakit besok, pikir Junar iba.
Junar langsung melepaskan tali pinggang yang melilit tangan Milky dan ranjang. Terlihat pergelangan tangannya yang memerah juga.
"Maaf ya," ucap Junar merasa bersalah.
"Ya, nggak apa," balas Milky.
Awalnya Milky tidak suka dengan permainan kasar Junar, tapi lama-lama Milky menikmatinya juga.
"Mau kugendong ke kamarmu?"
Milky mengangguk. Junar dengan enteng membopong Milky. Tangan Junar mendarat di payudara Milky, membuatnya terangsang lagi, tapi Junar berusaha menahan diri.
Junar langsung mengeluh saat masuk kamar Milky karena didominasi warna pink. Hasrat bercintanya hilang seketika. Membuat Milky terkikik geli melihat raut wajah Junar yang bete.
Junar meletakkan tubuh Milky ke kasur dengan pelan.
"Istirahatlah, Mil," ucap Junar sambil menyelimuti Milky dan menyalakan ac. Setelahnya, Junar langsung berbalik badan untuk keluar kamar, namun Milky menahannya.
"Temani aku tidur malam ini, kumohon."
Junar melihat mata memelas Milky. Bagaimana bisa ia menolaknya? Junar pun tersenyum dan ikut masuk ke selimut.
"Tidurlah, mimpi yang indah," ucap Junar sambil memeluk dan mencium kening Milky.
Milky memejamkan matanya. Berbulan-bulan tidur sendirian di kasur kosong yang dingin. Sudah lama rasanya ia tidak tidur senyaman ini. Tidur dalam pelukan hangat seseorang. Milky meneteskan air matanya sebelum memasuki alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Nyata Milky
ChickLitApa jadinya seorang ratu tanpa raja? Tanpa raja, ratu bukanlah siapa-siapa. Rumah adalah orang, bukan tempat. Cinta segitiga antara Milky, Gian dan Junar.