5.

78 12 54
                                    


“Ck. Kau membuang buang waktuku sialan. Kau terlalu lama, ayahku akan marah jika aku pulang terlambat.”

“Diam kau bocah. Aku tidak akan membiarkan mu pulang sebelum aku bertemu dengan ayahmu, aku mencintai ayahmu. Kau tau itukan?”

“Cih. Ayahku tidak menyukai gadis yang rela menjual keperawanan nya demi orang yang dia suka, sebaiknya minggir kau sebelum aku hilang kendali.”

“Tidak! aku ingin menunggu ayahmu.”

“Kau ternyata benar benar menguji kesabaran ku azera.”

Bocah kecil itu sangat sudah sabar menghadapi azera, tapi azeranya yang benar benar mengujinya. Aldrick mengeluarkan benda tumpul dari sakunya, benda yang mungkin bisa menghilangkan nyawa seseorang jika sudah berada di tangan aldrick.

“Ma—mau apa kau?!”

“Apa? hanya mengeluarkan barang saja.”

“Jangan berani macam macam!”peringat azera.

Azera mencari celah agar bisa kabur tanpa sepengetahuan aldrick, dia berlari ke arah pintu besi jalan satu satunya yang keluar dari ruangan itu.

“Kau tidak bisa lari azera.”

Dengan mudahnya bocah itu melepaskan ikatan rantai di badannya dan berjalan menuju azera yang sedang mencoba untuk membuka pintu akses keluar dari ruangan itu, sepertinyaazera salah sasaran dia salah ttangkap.

Srekkk

Suara goresan belati dengan besi terdengar nyaring, langkah aldrick semakin dekat pada azera.

“Ja—jangan apa apain aku!”teriak azera.

“Tidak perlu takut, berteriaklah. Cari bantuan.”

Azera semakin di buat takut melihat aldrick menodongkan pisau sangat dekat jaraknya, dia mundur perlahan karena ketakutan, hingga akhirnya dia berada di ujung sudut.

“Ayo berteriak.”

“Aldrick! kau benar benar gila!”

“Tidak. Kau yang gila, bahkan tuli. Sudah ku katakan berteriak lah cari bantuan, namun kau tidak mendengar.”

Sekarang aldrick benar benar berada dekat dengan azera, sebelum itu dia mengikat kedua tangan azera dengan mudah.

Kemudian bocah itu kembali mengambil sesuatu di dalam sakunya, sebuah jarum dan juga benang, pasti kalian tahu benang bangunan dan juga jarum yang sangat besar? ya itu yang ada di tangan aldrick saat ini.

“Sepertinya aku harus menjahit bibirmu, sudah baik aku menyuruhmu berteriak. Tapi kamu malah diam, malang sekali.”

“Ja—jangan jait bibirku!”

sleb

sleb

Suara tusukan benang berulang kali terdengar untuk menjahit bibir milik gadis itu, tidak dapat teriak hanya dapat merasakan sakit yang luar biasa, darah mengalir dari bibir itu, matanya mengeluarkan air mata yang sangat banyak.

“Nah, sudah aku jahit. Bagaimana rasanya? oh coba berteriak.”

“Ehmmppa arghhhh..”

“Hahahaha... ayo paksa terus berteriak, agar bibir mu robek.”

Melihat azera yang sudah hampir tidak sadarkan diri reaksi aldrick hanya biasa saja, dia keluar dari ruangan itu dengan sangat santai, melihat karya yang dia buat begitu indah.

____

Kembali pada lelaki yang memiliki peran sebagai ayah, dirinya dari tadi hanya dapat bulak balik tidak jelas menunggu anaknya datang, sudah hampir malam anaknya tak kunjung datang.

ANTARIKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang