5.

226 40 1
                                    

"Makasih loh Oline, udah nganter Levi"

"Iya tante, sama-sama. Aku juga sempet panik pas tau Levi kakinya tiba-tiba cedera pas lagi latihan", jawabnya.

Oline saat itu sedang berada di rumah Levi. Sahabatnya ternyata cedera kaki saat sedang latihan. Levi hanya bisa rebahan di kasur kamarnya. Menggerakkan sedikit kakinya bisa membuat dia menjerit kesakitan. Setelah mamanya keluar dari kamar Levi, Oline duduk di tepi kasur Levi. "Untung aku belom pulang. Bikin panik aja Lev", ucap Oline.

"Hahahaha, maaf ya repotin kamu jadinya. Tapi tumben belom pulang?", tanya Levi.

"Ada janji sih tadi sebenernya"

"Sama?"

"Erine"

Raut ekspresinya sedikit berubah seolah tidak terlalu terkejut. "Oh"

Oline membuka handphonenya. Gadis itu seketika kebingungan karena Erine belum membalas chatnya lagi setelah Oline mengantar Levi ke rumahnya .

"Kenapa?", tanya Levi.

"G-Gapapa. Kalau gitu aku pulang deh ya. Takut kemaleman", ucap Oline yang segera ingin beranjak dari kasur Levi namun seketika Levi menahan tangan gadis tersebut. Hal itu membuat Oline kebingungan. "Kenapa Lev? Sakit lagi kakimu?"

"Pulangnya bisa nanti gak? Temenin aku dulu bentar", jawabnya.

Oline awalnya kebingungan. Apalagi Levi seolah enggan menatapnya. Dia menatap ke arah lain. Namun dia tidak terlalu memikirkannya, dia mengangguk. "Aku telpon kedua orang tuaku dulu kalo pulang agak maleman. Bentar ya"

Levi mengangguk sambil tersenyum. Oline segera keluar dari kamar Levi. Levi menghela nafas kasar sambil menatap layar lockscreen layar handphonenya. Foto dirinya bersama Oline.

Di kediaman Erine, saat itu Erine sedang berada di kamar mandi menikmati dirinya sedang berendam di bathup dengan air hangat. Gadis itu mencoba menenangkan dirinya setelah emosinya meluap hebat dicampur dengan rasa cemburu karena melihat Oline bersama orang lain. Namun Erine teringat dengan percakapan sebelumnya dengan Regie sebelum gadis itu pulang.

---

"Bentar-bentar, Oline jadi udah punya pacar? Kamu tau orangnya?"

Erine menggeleng pelan menandakan dirinya juga tidak tau. "Sebenernya sore ini aku ada janji sama dia buat temenin dia belajar seperti biasa, tapi tiba-tiba dia bilang gak bisa. Aku sempet kecewa sih, tapi yaudahlah mungkin janjinya penting. Nah, pas aku mau pulang, aku gak sengaja liat dari jauh itu kayak Oline. Dia kayak makein helm ke orang lain. Aku gak tau itu siapa soalnya gak pernah liat", jawab Erine dengan nada tidak sabaran.

"Hm... ciri-ciri orangnya gimana?"

"Tinggi, kulitnya putih, dan..."

"Dan?"

"Terlihat cantik...", lanjutnya dengan nada pelan.

"Tinggi... Putih.. Cantik... Hm... Terus terlihat deket sama Oline...", Regie mencoba berpikir sejenak karena ciri-ciri yang dibicarakan oleh Erine rasanya sangat familiar. Hal itu membuat Erine kembali bertanya kepada Oline. "Kamu tau?"

"Oh! Aku tau!"

"Siapa?"

"Namanya Levi, dia satu kelas sama Oline. Bisa dibilang temen akrabnya. Sore tadi, pas kita lagi latihan dance, kebetulan koreo baru buat lomba nanti. Levi kakinya cedera karena salah gerakan, alhasil kita semua jadi panik pas itu. Akhirnya ya kita udahin latihannya. Levi cedera sama aja bom bunuh diri buat kita karena Levi dibutuhin banget di tim"

If My Voice Can Reach YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang