7. Sweet Lies

1.8K 203 49
                                    

Jake memasuki rumahㅡ Atau istana? Apa kita bisa menyebutnya rumah jika tempat ini memiliki tiga lantai? Serius, rumah ini hanya dihuni oleh Ibu dan Anak, juga beberapa pelayan yang bisa Jake hitung dengan jari. Dan apakah semua ruangan ini selalu terisi? Selalu terjamah oleh manusia? Maksudnya, jika tempat yang jarang terjamah oleh manusia, otomatis akan terjamah oleh mahluk halus. Benar, kan?

Si manis bergidik ngeri.

Matanya melirik keatas, takut-takut jika ada yang melayang diatas kepalanya.

Jake jadi penasaran, ada apa saja disetiap lantai rumah ini? Terutama dilantai tiga. Saat pesta waktu itu, Jake tak bisa benar-benar mengamati rumah ini dengan jelas karena banyaknya manusia. Ditambah lagi ia sempat mabuk dan tidak terlalu ingat setiap detail rumah ini. Tapi sekarang, semuanya terlihat jelas. Dilantai satu sepertinya hanya ruang tamu, meja makan, dapur dan beberapa tempat lainnya yang entah Jake tak tahu.

Sudah ia katakan bukan? Rumah ini memiliki banyak sekat seperti labirin. Sepertinya ia akan tersesat jika sendirian berkeliaran dirumah ini.

"Sudah puas melihat-lihat?"

Jake menoleh, mendapati tubuh Sunghoon berdiri disebelahnya. Ia refleks menjauh dan menaikkan sebelah alisnya sambil menatap Sunghoon dengan sinis.

"Kenapa kau masih disini? Sana kurung dirimu dikamar dan jangan keluar sampai aku pulang!"

Sunghoon tertawa, ia menyisir rambutnya kebelakang sambil balas menatap Jake dengan jenaka.

"Kenapa aku harus melakukannya?" Pria tampan itu mengangkat bahu dan berjalan menuju tangga, ia berhenti sebentar lalu menoleh kebelakang, melirik Jake yang hampir mengumpat. "Mau melihat-lihat lantai dua dan tiga?"

>>>

Sunghoon tidak mengerti.

Benar-benar tidak mengerti.

Apa yang salah dengannya? Kenapa ia begitu tertarik pada bocah ini? Ada sesuatu yang membuat Sunghoon penasaran dengan Jake. Dan rasa senang tersendiri jika Jake sudah mengumpatinya. Walau sejujurnya ia sedikit kewalahan karena Jake dalam mode menyebalkan benar-benar sangat menyebalkan.

Entahlah. Dan kenapa pula ia harus mengajak Jake kerumahnya? Berdalih jika Sheila bekerja setengah hari jika sabtu. Well, sebenarnya itu bohong. Sheila tetap bekerja sampai sore kadang malam seperti biasa. Dan Sunghoon cukup terkejut karena Jake percaya-percaya saja jika Sheila hari ini bekerja setengah hari. Apakah ia tidak hafal jadwal kerja Ibunya? Bukankah mereka berpacaran? Tapi masalah sepele seperti ini saja tak tahu.

Dan ya, Sunghoon mengakui jika Jake ini benar-benar orang yang menarik. Menarik disini maksudnyaㅡ Dia terlihat apa adanya, bukan seperti orang-orang yang selalu menjaga image. Apalagi didepan calon anak tirinya. Mungkin benar, ia salah menilai pria itu.

Lihat saja Jake yang selalu mengumpat saat melihatnya, Pria itu seolah tak takut, Sunghoon memang sudah mengatakan jika ia tidak menyetujui pernikahan Ibunya dengan Jake. Disamping karena tidak cocok menjadi Ayahnya, Sunghoon masih ingin sedikit mengenal kepribadian Jake.

Pertemuan awal mereka memang sudah buruk. Dan semakin kesini, sepertinya semakin memburuk. Dan semakin membuat Sunghoonㅡ Penasaran.

Hanya penasaran. Tidak ada yang lain.

Oke?

Ia masih mencintai Wonyoung.

"Jadi lantai tiga hanya seperti ini saja isinya?" Jake menatap ruangan yang tak begitu terisi banyak barang. Ada sofa untuk bersantai, bahkan ada perapian juga. Danㅡ Ada piano disudut ruangan.

𝗦𝗼𝗶𝘀 𝗮̀ 𝗠𝗼𝗶 - [SungJake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang