1. The Beginning

4.9K 227 15
                                    

"Mama ingin mengenalkanmu pada seseorang"

Sunghoon memakan sarapannya dengan tenang, sama sekali tak terlihat tertarik dengan apa yang dikatakan sang Ibu. Pria tampan berusia dua puluh satu tahun itu kini malah terlihat sibuk memilih lauk pauk yang begitu banyak tersedia diatas meja makan. Padahal, di sini hanya ada mereka berdua.

Sheila Park menghela nafas melihat respon acuh Sunghoon. Ia benar-benar sudah terbiasa dengan sikap dingin putra semata wayangnya. Wanita itu memutar bola matanya malas, di usianya yang ke tiga puluh delapan tahun ia benar-benar masih terlihat muda. Hamil diluar pernikahan dan melahirkan Sunghoon saat usianya tujuh belas tahun benar-benar membuat Sheila memiliki mental yang kuat. Tentu saja, bagaimana tidak? Saat mengetahui ia hamilㅡ dan tak tahu siapa pria yang menghamilinya karena ia mabuk akibat pergaulan bebasnya, Sheila berakhir di usir dari rumahnya sendiri.

Bahkan Ibunya enggan melihatnya lagi. Ayahnya? Jangan ditanya, pria tua itu hampir membunuhnya saat tahu ia tengah mengandung. Namun saat Sunghoon lahir, semuanya berubah.

Kedua orang tuanya tiba-tiba bersikap baik padanya, ia bahkan menerima Sunghoon sebagai cucu mereka. Apalagi Sunghoon adalah anak laki-laki, mereka pikir Sunghoon bisa meneruskan bisnis perusahaan keluarga mereka karena Sheila adalah anak perempuan satu-satunya di keluarga mereka. Hal itu yang mendasari kenapa kedua orang tua Sheila begitu marah, karena putrinya sudah mencoreng nama baik keluarga. Namun, karena hal itu pula kedua orang tuanya mau menerimanya kembali, karena kehadiran Sunghoon. Sunghoon Parkㅡ putranya.

"Kali ini siapa lagi? Aku sudah bosan berkenalan dengan pria-pria anehmu itu" balas Sunghoon jengah. Well, ya. Ini bukan pertama kalinya Sheila ingin mengenalkan seseorang padanya.

Mungkin ini sudah yang keㅡ lima belas kali? Entahlah, Sunghoon tak ingat. Yang jelas ia benar-benar bosan, lagi pula yang Ibunya kenalkan itu adalah semuanya pria yang tak menarik sama sekali. Memang mereka kaya, tapi penampilannya sungguh menyakiti kedua mata Sunghoon.

Kaku dan terlalu kuno.

"Kau selalu protes jika aku mengenalkanmu pada pria-pria dewasa. Tapi kali iniㅡ" Sheila menatap Sunghoon, matanya mengerling jenaka ke arah putranya itu "Dia pria muda dan fresh!" Lanjutnya senang. Sunghoon hanya menggelengkan kepalanya tak peduli.

"Terserah Mama saja, aku ada kelas hari ini" Sunghoon bangun dari duduknya, ia melirik jam tangan mahalnya sebelum mengambil tas miliknya disofa.

"Hei, sarapanmu belum habis!"

"Aku sudah kenyang!"

Sheila menghela nafas ketika melihat kepergian Sunghoon. Wanita itu menyisir rambut panjang ikalnya kebelakang. Ia juga ikut bangun dari posisinya dan memakai kacamata hitam miliknya.

Hari ini, ia juga harus pergi ke kantor.

>>>

"Jake, kau kemana saja sih?"

Sunoo menatap Jake yang kini berlari ke arahnya dengan kesal. Bagaimana tidak kesal? Ia sudah lama menunggu pria manis itu tapi dia tak kunjung datang. Padahal Jake sendiri yang membuat janji, namun ia pula yang mengingkari. Seharusnya Sunoo sadar, Jake memang seperti ini.

"Maaf ya, Sheila telat menjemputku"

Jake duduk disamping Sunoo. Ia menyisir rambut brown miliknya kebelakang. Mendengar nama Sheila, tentu saja itu tidak asing lagi untuk Sunoo. Ia bahkan tak habis pikir kenapa Jake masih mempertahankan hubungan aneh ini.

"Kau masih dengannya?"

"Kenapa?"

"Jake seriously, dia mungkin hampir seumuran Ibumu!" Sunoo berdecak pelan. Awalnya, ia pikir itu hanya hubungan bisnis belaka karena Sheila hampir setiap hari selalu membeli beberapa roti ditoko roti milik Sunooㅡ yang memang kini ia kelola berdua dengan Jake. Tapi semakin lama, Sunoo merasa hubungan mereka lebih dari itu.

Apalagi Jake selalu pergi berdua dengan Sheila. Mengantarnya belanja, ke salon, atau kemanapun yang wanita itu inginkan. Sheila bahkan sering memberikan Jake uang. Kalau dipikir-pikir, Jake sudah seperti Sugar Baby.

"Tapi Sheila bukan Ibuku, dia sudah mati" Jake meminum Banana Smoothie yang sudah dipesan Sunoo. Gurat wajahnya tampak sedikit emosi ketika membahas Ibunya. Well, kedua orang tua Jake memang sudah meninggal, mereka berdua sudah bercerai sebelumnya. Hak asuh Jake jatuh ke tangan sang Ibu, namun wanita itu tak pernah memperlakukannya dengan baik sejak mereka bercerai. Entah efek stres atau depresi. Yang jelas, Jake menyalahkan Ibunya atas itu. Karena wanita itu berselingkuh dengan pria lain, membuat akhirnya keluarga kecil mereka hancur berantakan.

"Kau tidur dengannya, kan?"

Jake mendelik mendengar pertanyaan Sunoo. Tentu saja itu maksudnya bukan tidur biasa, tapi dalam tanda kutip.

"Kau gila? Sudah kukatakan aku tidak pernah tidur dengannya! Hubungan kami itu sehat!" Jake mendengus tak terima. Sementara Sunoo hampir tertawa sambil melempar Jake dengan sepatu ke wajahnya. Sehat katanya? Ia hanya bisa menghela nafas sabar. Sudah beberapa kali Sunoo memperingatkan Jake tentang ini, tapi pria itu sama sekali tak mau tahu!

"Kau itu sudah seperti Sugar Baby, bagaimana jika anak-anak kampus sampai tahu?"

"Tidak akan tahu jika kau tetap tutup mulut" Jake menatap Sunoo dengan sebal "Dan lagi aku bukan Sugar Baby! Hubungan kita tidak ditulis diatas kertas" lanjutnya tak terima. Jake memotong stroberi cake didepannya dengan malas sebelum menyuapkannya dengan cepat.

"Tapi dia selalu memberikanmu uang"

"Apa salahnya menerima? Lagi pula Sheila sendiri yang mau memberikannya padaku" jawabnya. Well, ia tidak munafik. Dia juga membutuhkan uang, toko roti yang ia kelola bersama Sunoo masih belum mencukupi semua kebutuhannya. Tapi Jake benar-benar mencintai Sheila, bukan cuma karena uang. Sudah ia katakan, bukan? Hubungan mereka itu atas dasar suka sama suka.

"Terserahlah. Aku sudah memperingatkanmu"

"Iya Tuan Kim, terima kasih jamuannya" balas Jake sarkas. Sunoo mendengus sebal. Ia tak terlalu mengenal Sheila, mereka bahkan tak pernah bertemu. Memang sih, kalau sudah cinta usia bukan masalah. Tapi tetap saja, kenapa harus Sheila?

"Jake, aku yakin Sheila sudah memiliki anak"

"Iya, dia punya kok"

"Apa?!" Sunoo melotot tak percaya. Jake ini benar-benar ya. Apa ia tak takut anaknya tahu? Bagaimana kalau nanti anaknya menyerang Jake? Memukuli pria itu? Atau membunuhnya?

"Dia itu janda, anaknya laki-laki, lebih muda dua tahun dariku" Jake mengangkat bahunya acuh. Ia benar-benar tak perduli soal itu. Melihat sikap Jake yang kelewat santai, Sunoo tahu percuma saja jika ia terus memberi wejangan pada Jake.

>>>

"Sunghoon!"

"Hei, kemarilah. Aku sudah lama menunggumu"

"Maaf ya, tadi aku ada urusan sebentar dengan Guru Kang"

Sunghoon mengangguk. Ia memeluk kekasih cantiknya itu sambil memberikan satu kecupan di kening. Jang Wonyoung, gadis cantik yang masih duduk dibangku tingkat akhir SMA itu sama sekali tampak tidak terganggu dengan perlakuan Sunghoon. Ia malah senang jika Sunghoon memanjakkannya seperti ini, Wonyoung memang suka sekali menjadi pusat perhatian. Gadis itu memang cukup populer disekolahnya. Saat melihat Wonyoung dan Sunghoon yang masih saling berpelukan, bisik-bisikan iri dari teman-teman gadis disekolahnya terdengar.

Bagaimana tidak iri jika Wonyoung bisa berpacaran dengan Mahasiswa yang tampan seperti Sunghoon? Dia kaya pula. Lihat saja mobil miliknya, mewah dan berkelas. Membuat mereka hanya bisa menggigit jari.

"Jadi pergi, kan?"

"Kuliahmu bagaimana?"

"Aku bosan" Sunghoon berbisik pelan, membuat Wonyoung tertawa sambil menepuk lengan pria itu dengan malu.

"Baiklah, ayo pergi!"

Mereka berdua lalu masuk kedalam mobil. Sebelum akhirnya kendaraan roda empat itu melaju cepat membelah jalanan Seoul.

Bersambung..

𝗦𝗼𝗶𝘀 𝗮̀ 𝗠𝗼𝗶 - [SungJake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang