09. Akhirnya di maafkan

72 19 4
                                    

Yuhu, balik lagi dengan ceritaku. Bagaimana kabar kalian? Baik? Semoga baik semua yaa. jangan lupa vote dan komen, karena itu sangat berarti bagi saya.

**

Pagi pagi buta Leana sudah murung karena gangguan sang sahabat yaitu Deigo, dia pagi pagi sudah menggedor gedor pintu kamar Leana agar bangun.

"APASIH DEIGO, BERISIK TAU!" teriak Leana kesal karena Deigo masih mengganggunya, Deigo masih saja menggedor gedor pintunya bahkan makin keras.

"LEANA BUKA PINTUNYA DULU!" Deigo ikut berteriak, dia hanya ini memintak maaf sebelum kesekolah namun Leana enggak membuka pintunya.

"ENGGAK, GUE ENGGAK MAU! PERGI SANA LO!" teriak Leana mengusir Deigo tapi Deigo tetap tidak ingin pergi.

"BUKA DULU PINTUNYA, BARU GUE-"

Cklek

Pintu kamar Leana terbuka menampilkan Leana yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya, sebenarnya Leana sedang siap siap namun di ganggu oleh Deigo.

Terlihat Leana sangat kesal bahkan dia langsung berjalan menuju tangga tanpa menunggu Deigo melanjutkan bicaranya.

Deigo yang melihat Leana pergi pun menyusulnya. "Lea, tungguin gue. Lea," panggil Deigo, yang tidak di hiraukan oleh Leana.

"Lea-" belum menyelesaikan ucapannya, Leana sudah duluan memotong ucapannya.

"Diem, atau gue gak akan pernah maafin lo." potong Leana yang membuat Deigo terdiam, Leana langsung berlalu ke meja makan dengan Deigo yang tetap mengikuti Leana namun tidak mengeluarkan suara lagi.

"Kok makin marah sih dia? Padahal gue cuman mau mintak maaf, salah ya? Aduh gimana nih" batin Deigo, padahal dia cuman mau minta maaf kok malah di marahin.

"Deigo, sini sarapan. Ngapain kamu ngelamun di sana?" ucap Mama Leana yang membuat Deigo sadar dari lamunannya.

"Eh, iyaa tan," jawab Deigo lalu berjalan menuju meja makan karena dia dari tadi berdiri di belakang Papa Leana sambil melihat Leana.

Mereka melanjutkan sarapan bersama dengan tenang tanpa ada yang bersuara, Leana masih terlihat kesal kepada Deigo. Deigo melihat Leana kesal pun sedikit menunduk karena merasa bersalah membuat Leana badmood.

***

"Tristan," panggil wanita paruh baya yang membuka pintu kamar Tristan dengan pelan, dia berjalan menuju ranjang Tristan dengan pelan.

Menggoyangkan badan Tristan pelan berusaha membangunkannya. "Tristan, bangun nak. Udah pagi loh, nanti kamu telat lagi" ucap wanita itu yang tak lain sang Mama.

Namun Tristan tak kunjung bangun, Mamanya mencoba membangunkan Tristan kembali namun sama saja, Tristan tak kunjung bangun yang membuat sang Mama kesal.

"Ais, anak ini sunggu sangat susah di bangunkan. Kalau gini gimana dia sekolah pas tinggal di apartemennya? Atau dia sering bolos?" gumam Mama Tristan yang memikirkan bagaimana anaknya sekolah jika dia bangun saja susah.

Tristan tadi malam pulang kerumah orang tuanya, selama ini dia lebih sering tinggal di apartemennya. Saat sedang bosan di apartemennya dia pulang kerumah orang tuanya tapi jika ingin sendirian dia pulang lagi ke apartemennya.

"TRISTAN BANGUN! ATAU MAMA BLOKIR SEMUA KARTU KAMU!" teriak sang Mama yang sudah emosi karena anaknya ini sangat susah untuk bangun.

Mata Tristan langsung terbuka saat mendengar teriakan sang Mama. "Ma, telingan Tristan masih berfungsi jika Mama lupa. Untung saja telingan Tristan tidak loncat saat mendengar teriakan Mama" ucap Tristan, dia mendudukkan dirinya sambil mengelus dadanya.

Sungguh Mamanya sangat barbar padahal sudah tua tapi sikapnya masih seperti anak muda saja, sang Mama yang melihat anaknya ngedumel pun menjewer telinganya.

"Aw, sakit Ma. Mama apa apaan sih?" ringis Tristan saat merasa sakit di telinganya, namun sang Mama malah makin menjewer telinganya dengan keras.

"Rasain ini, makanya kalau di suruh bangun tuh bangun. Jangan kayak kebo kamu, kalau di bangunin aja susah gimana kamu sekolah pas tinggal di apartemen kamu? Hah!" marah sang Mama, Tristan yang mendengar itu pun hanya acuh.

Bagi Tristan itu adalah kata kata yang tidak berguna karena ya dia tidak peduli, Mamanya saja yang ribet. Tristan bangun dari ranjangnya dan tidak memperdulikan sang Mama yang masih mengoceh.

Saat sudah di depan pintu kamar mandi Tristan membalik badannya menghadap sang Mama. "Udah Ma? Tristan mau mandi, Mama keluar aja" ujar Tristan dengan tidak sopannya kepada Mamanya.

Mamanya yang mendengar ucapan Tristan pun hanya menggelengkan kepala karena dia sudah sangat tau dengan sifat sang anak, Tristan memang begitu sifatnya dari kecil yang membuat sang Mama tidak marah atau pun heran.

Tristan setelah mengatakan itu langsung masuk kedalam kamar mandi, dia harus mandi sebelum kesekolah. Mamanya juga sudah keluar saat melihat Tristan yang masuk kedalam kamar mandi.

Berjalan menuruni tangga, Mama Tristan melihat suaminya yang duduk di depan tv dengan pakaian kantornya. Dia melihat kalau suaminya belum siap untuk ke kantor bahkan dasinya belum di pasang, dia hanya menggunakan pakaian dan celana kantor berantakan.

"PAPA!" teriaknya yang membuat orang di panggil itu menegang.

"KAN UDAH MAMA BILANG TADI, PAKE BAJU PAPA DENGAN RAPI TERUS DUDUK DI RUANG MAKAN SELAGI NUNGGUIN MAMA BANGUNIN TRISTAN!" bentar Mama Tristan, yang di bentar hanya tersenyum kaku ketakutan dengan amaran sang Istri.

Tersenyum kaku lalu berjalan menuju sang istri. "Maafin Papa ya Ma, Papa tadi cuman mau nonton bentar eh kelupaan kalau Papa harus ke kantor. Maafin Papa ya, yaudah Papa rapi rapi dulu bentar," jelasnya, lalu berjalan pergi menuju kamarnya.

"Huu"

"Sabar sabar, gak anak, gak suami, sama sama aja bikin darah tinggi. Harus sesabar apa lagi? Cape banget sama mereka sifatnya gak jauh beda" gumannya lalu berjalan menuju meja makan untuk menunggu dua pangerannya.

***

"Aduh, gimana ya caranya buat jauhin Varel? Kalau aku gak jauhhin dia pasti aku bakal di hukum lagi sama Tristan, tapi kalau aku jauhhin dia tanpa sebabkan aneh," batin Leana yang melamun di dalam mobil Deigo.

Sebenarnya Leana tidak ingin pergi bersama Deigo takutnya dia ditinggal lagi tapi dia di paksa oleh sang Mama jadi mau tidak mau harus mau, Leana sebenarnya tidak marah hanya saja dia ingin memberi pelajaran kepada sang sahabat agar tidak seenaknya meninggalkan dia.

"Lea," panggil Deigo namun tidak ada jawaban karena Leana masih melamun.

"Leana, Leana masih marah?" panggil Deigo lagi yang sukses membuat Leana sadar dari lamunannya.

"Eh, iya kenapa?" tanya Leana saat sadar dari lamunannya.

"Lo ngelamun? Maafin gue ya, gue beneran gak bermaksud kemarin. Gue-" ucapnya terpotong.

"Udah udah, gue udah maafin. Jadi berhenti lo mintak maaf" potong Leana yang membuat Deigo tersenyum.

"Beneran? Lo gak marah lagi" tanya Deigo hanya ingin memastikan apakah sang sahabat tidak marah lagi.

"Iya" jawab Leana sedikit judes karena dia masih memikirkan cara agar bisa jauh dari Varel.


**

Tidak terasa sudah di akhir cerita, terima kasih sudah membaca cerita saya.

Jangan lupaa vote dan komen all.

Tristan🚩 (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang