ᑲᥲᑲ 2(ᑲі᥆sk᥆⍴)

11 0 0
                                    

“Padahal baru kemarin!” Hari ini tanggal merah, Azura mencebik kesal karna dirinya baru saja masuk sekolah kemarin.

Setelah melihat kalender, gadis itu berjalan menghampiri Rima.

“Bun, temen-temen aku disekolah baik semua, gak kayak Rean, dia galak!”

“Rean galak ya? Hatinya enggak kok, dia bidadari.”

Azura tertawa kencang, Rean itu mukanya selalu sangar, lebih kayak singa, bukan bidadari.

Ponsel Azura berdering singkat, menandakan ada pesan masuk.

Gavin ganteng: Ra, jalan-jalan yuk, lo ada dirumahnya Rean kan? Gue tunggu diluar.

Azura melompat bahagia, akhirnya gadis itu tidak akan merasa bosan, “Zura pamit ya Bun! Mau main sama orang ganteng!” teriaknya kesenangan.

“Awas jatuh Ra!” peringat Rima.

Gadis dengan kemeja pink pudar dan ikat rambutnya yang berwarna pink cerah itu berlari, menghampiri seseorang dengan motornya dipinggir jalan.

“Mau kemana?”

“Kemana aja, nanti gue beliin eskrim.” Gavin mengulurkan helm.

“Tapi ... jangan jauh-jauh, kita baru kenal.”

Gavin mengangguk gemas, “Gue gak jahat kok,” ucapnya.

“Kata Rean kamu orang jahat, makanya aku takut.” dengan lugunya Azura mengadu.

Gavin tersenyum singkat, tangannya terangkat untuk membetulkan poni gadis itu.

“Percaya sama gue,” ucapnya.

Azura segera menaiki motor itu, tanpa basa-basi Gavin langsung menancap gas motornya, mereka melesat pergi menuju taman kota.

“Ck, main-main lo sama gue.” sorot mata Laki-laki yang tengah mengintip dari jendela kamar itu tidak main-main.

Dibandingkan Rean, Gavin jauh lebih baik darinya. Tapi ... Rean jauh lebih populer, Gavin adalah siswa cerdas yang namanya selalu masuk olimpiade, sementara Rean adalah siswa yang selalu masuk ruangan BK.

Bahkan Laki-laki itu pernah mendapat predikat berandalan nomor satu di SMA BINA MANDIRI.

•*•*•*•

“Lo beruntung punya sepupu kayak Rean, dia terkenal.” ucap Gavin tersenyum hambar.

Kedua orang itu tengah menduduki bangku panjang yang berada disana, Azura yang sedari tadi menikmati eskrim nya, sedangkan Gavin yang sedari tadi menatap wajahnya.

“Sepupu?” Azura menaikkan sebelah alisnya.

Gavin segera mengerti dengan gelagat cewek itu, “Eh, lo gak tau sepupu ya? Pokoknya kalian itu ada hubungan kek—”

(Kekeluargaan)

“Iya-iya! Aku sama dia punya hubungan!” Bukan hanya Gavin yang gagal paham, Azura juga gagal mengerti.

“Tapi aku gak beruntung punya hubungan sama dia, dia galak, jelek, bau, marah-marah terus!”

Sudut bibir Gavin melengkung keatas, “Lo ... cantik,” ucapnya.

Azura mengerjap kaget, pipinya memerah.

“Aku emang cantik.” ucapnya terdengar malu-malu.

“GAK CUKUP LO CAPER SAMA REAN? SEKARANG LO MAU CAPER SAMA GAVIN JUGA?!”

Dua orang asing itu tiba-tiba datang menghalangi pandangan Azura, gadis itu segera berdiri tidak suka.

“Kalian mau apa lagi? Mau marah-marah gak jelas ya?!” balas Azura dengan berani.

Ya ... dia adalah orang yang kemarin menyenggolnya dilorong sekolah.

“Dasar cewek caper!”

Plak!

Eskrim yang dipegangnya lantas terjatuh.

“Lo apa-apaan sih, Re?!” sentak Gavin.

“Vin, lo jangan ladenin cewek murahan kayak dia!” maki Rere.

Azura memegang pipinya yang terasa panas, gadis itu tidak pernah ditampar sebelumnya.

Dentuman motor tiba-tiba terdengar menggelegar, sebuah motor besar melaju dengan cepat kearah mereka.

Rere dan Kirana reflek menghindar, “Sialan lo! Gak punya mata ya?!”

Pengemudi motor itu membuka helm full face yang menutupi wajahnya, dia adalah Reanno.

“Gue gak punya mata, lo gak punya malu, Gimana? Impas kan?” ucapnya dengan wajah datar.

Rean segera turun dari motornya, Laki-laki itu menarik pergelangan tangan Azura, lalu segera membawanya pergi.

“Jangan sentuh cewek gue!” ucapnya dengan lenuh penekanan.

Tatapan tajam itu menghunus pada bola mata Rere dan Karina bergantian. Membuat keduanya kicep dan membeku ditempat.

•*•*•*•

“Re—”

“Puas lo bikin gue marah?!” sambar Rean dengan cepat.

Laki-laki itu masih mencengkeram pergelangan tangannya, menarik gadis itu asal.

“Ma—”

“Udah gue bilang, turutin apa kata gue! Lo gak tuli Azura, dengerin kalo gue ngomong!” maki Rean habis-habisan.

“SAKIT!” Azura menghentakkan lengannya, sedari tadi Rean mencengkeram pergelangan tangannya, membuat kulit putih itu berubah menjadi merah.

Azura berlari, gadis itu menyeka air matanya yang sedari tadi ia tahan.

“Ra! Maaf!” teriak Rean.

“Kenapa lo gak bilang kalo itu sakit!” Lanjutnya.

.
.
.
To be continued....

Maap ya kalo cerita nya agak gk nyambung biasa lgi mikirin alur
Folow ig author = hxnxl_

ᑲᥲᥡі ᑲᥱsᥲr rᥱᥲᥒ᥆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang